Thread Rating:
  • 0 Vote(s) - 0 Average
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
Satu Kereta, Satu Kelas: Beda Gerbong, Beda Fasilitas
#1
Sakit

Jakarta - Sekarang ini saya masih berada diatas kereta Argo anggrek, perjalanan dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Pasar Turi Surabaya, yang saya rasakan adalah kekecewaan terhadap pelayanan PT Kereta Api Indonesia (PT. Kereta Api Indonesia (Persero)).

Saya membeli tiket hari kamis malam, awalnya oleh petugas loket yang berinisial H diinfokan kalau tiket habis. Saya tanyakan "apakah ada gerbong tambahan?" dengan cepat dia menjawab "tidak ada". Saya langsung bermaksud untuk pulang, tapi di pintu keluar, ada calo menawarkan tiket dengan harga upping Rp 100 ribu.

Karena saya berpikir yang penting bisa pulang dengan fasilitas ekskutif, maka tidak masalah harga lebih mahal Rp 100 ribu. Saya memastikan dan menanyakan bahwa tiketnya tidak palsu, calo itu menjawab "tenang aja, anda dapat lihat saya dapat tiket dari loket dalam."

Ternyata bukannya tiket habis, untuk mjemastikannya saya ikuti calo tersebut dan benar dia mendapatkan tiket dari petugas initial H tadi. Saya maklum, mungkin ini cara oknum PT. Kereta Api Indonesia (Persero) untuk dapat membeli "permen".

Jum'at malam kereta berangkat tepat pukul 21.30, dan ini yang mengecewakan saya. Ketika saya masuk gerbong, melihat tempat duduk, kondisi bagasi atas dan televisi dan ternyata kursinya bergoyang karena per-nya sudah rusak sehingga sangat tidak nyaman, televisi nya seperti TV kost saya dahulu.

Saya tanya ke petugas pegecekan karcis, "kenapa kursinya jelek?" dia langsung memanggil teknisi. Teknisi yang sudah tua berkata "ini tidak rusak, bisa dipakai", astaga yang seperti ini bisa dipakai?

Yang lebih membuat saya heran dan kecewa, ketika saya memutuskan untuk jalan-jalan (karena capai duduk dikursi rusak) dan ternyata gerbong belakang saya kondisinya jauh lebih baik dari gerbong yang saya naiki, bagaikan langit dan bumi.

Dengan harga Rp 430 ribu, kelas eksekutif PT. Kereta Api Indonesia (Persero) ternyata pelayanan dan fasilitasnya kelas ekonomi, dan ada perbedaan gerbong yang mencolok. Atau mungkin gerbong yang saya naiki adalah gerbong tambahan?

Sakit


source :


( Shizier...089671371636 )
Jurig Argo Wilis

Reply
#2
Ya begitulah PT KA. Selama dimonopoli susah ada perubahan ... Wek
PT KA sudah beda zaman PJKA dulu.

Reply
#3
....dan susahnya, pemerintah sering menerbitkan kebiajakan "seram" seputar KA, sehingga investor malas berinvestasi di dunia KA....
Rumah bata en semen. Minum cendol..segarrr
Reply
#4

Heran

Wooow..., kenapa harus pake Argo Bromo yak....? Ke SBI kan masih ada KA yg lebih hemat tarifnya. Nggak perlu ngejar gengsi, mending duitnya dikumpulin dl buat nyobain Argo Bromo dgn rangkaian yg baru. Siapa tau besok2 dirilis dgn menjual brand image JS1266. Xie Xie


"Everyone can train..." #sloganoperatorsepoertempodoeloe







Reply
#5
Mending naik Bima.. Lebih jelas asal usul rangkaiannya... Ngikik

benerjuga kata bravo, mending ditabung, naik Kertajaya atau Gumarang atau GBMS sekalian dibanding ngejar prestise dan waktu tempuh yang cuma selisih 2-3 jam. Wkwkwk.
Cobalah Cari tahu sendiri dulu baru bertanya bila benar - Benar Bingung dan tidak ada penjelasan, jangan maunya disuapin terus. Gak ada Nubie atau Master, semua sama, sama - sama belajar. Eh iya lupa...
Reply
#6
tau tuch, orang gak ngerti sich... udah tau Ka 1 - 4 gerbongnya lagi pada dibenerin.... kalo aku mending naik sembrani or Bima dech... gerbongnya jelas...


( Shizier...089671371636 )
Jurig Argo Wilis

Reply
#7
Saya ingat kasus salah seorang Indoflyers naik pesawat Garuda Jakarta - Sydney.
Ya modelnya seperti ini kursinya rusak, Garuda memberikan kopensasi penggantian uang ke penumpang itu kok, kenapa KAI ngak kasih uang kopensasi ?

Padahalkan pesawat Garuda ke luar negeri pada baru baru kok kursinya udah rusak Bingung
Jauh lebih happy naik kereta dari pd pesawat, ngak tau kenapa

Menunggu kebangkitan era transportasi Kereta Api seperti dulu Lok Merah Biru
BIS akap, pesawat, jalan tol merupakan pesaing terberat
Reply
#8
Ini yang nyebabin ambisi ruas tol se-Jawa mungkin....Nangis Membuat miris perkereta apian karena banyaknya monopoli....Lempar Loko Lamban laun komsumen KA pun akan beralih ke jalan tol dg banyaknya armada mobil2 dan bus2 travel deh...Bingung
Enggak ada yang enggak suka dari aku pribadi soal moda transportasi mana pun. Hanya saja membayangkan mobil travel Jakarta - Bandung pp yang sudah penuh sesak tapi masih lebih nyaman KA Argo Parahyangan sih... Semakin sepi peminat maka semakin sepi penjualan karcis via calo. Setidaknya meski didera penggulungan tikaran rangkaian KA tapi khan itu cuma sebatas namanya saja... Bodi tetap dioperasiin khan... Spt X-Argo Gede yg kini menjadi Argo Parahyangan bodi khan tetep K-8 bukan? Cuma nama saja berubah...

Sedih tetap ada....MalaikatRoda Tebang Tapi yah itulah perputaran waktu... Kejayaan PJKA atau pun DKA mengantar perubahan cara kerja kita semua...

Reply
#9

Out of Topic ʕ•́ᴥ•̀ʔっ

widih... kalo buat yang masih nyantai dan ndak dikejar waktu seh asik2 ajah.... tapi kalo kita kebetulan punya banyak schedule... sehingga memerlukan kalkulasi waktu yang tepat... ya 1 jam terbuang itu juga sangat merugikan.... bisa kehilangan peluang usaha, peluang nge-goalin proyek, dan bahkan bisa dianggap tidak memiliki komitmen.... bahkan ketika kita cuman sebagai seorang pegawai ajah... telat berarti kan: ada pemotongan uang makan, pemotongan tunjangan remunerasi dan bisa dicatat dalam catatan indisipliner.... inget loh... akumulasi keterlambatan dan pulang sebelum waktunya apabila telah mencapai 7 jam 30 menit langsung dianggap sebagai alpha tanpa keterangan... artinya ya sanksi...

selain itu untuk kita2.... dari kampung halaman sore, besok pagi musti kerjain hal seubruk di jakarta.... kalo naek K-3, bisa remuk lah itu badan..besoknya tidak akan bekerja secara optimal.... mangkanya kita2 naek K-1... agar diperjalanan beristirahat untuk mempersiapkan aktivitas esok hari nya... daripada cari murah tapi kita ndak fit dan menjadi tidak produktif.... untuk apa????







OK BTT..... mohon maaf, mungkin saya yang termasuk tidak setuju dengan usulan ini...... ya simpel ajah seh... kalo banyak kelas dalam satu rangkaian... maka keunggulan cuman pelayanan ajah, tidak ada keunggulan waktu tempuh.... gimana tuh buat yang dikejar waktu... bisa2 pada mabur tuh...
"Penipuan Publik atau kebohongan Publik adalah seseorang yang dengan sadar berkata - menyampaikan - melakukan kebohongan dan ungkapan tersebut, tersebar luas dan bisa dipahami sebagai kebenaran atau dipercayai kebenarannya"
~just quote~
Reply
#10
Kasusnya masih mending dapat tempat duduk walaupun jelek... 2 minggu lalu aku naik ABA ada orang tua dapat tempat duduk "nomor keramat" dan bisa ditebak, kursinya gak ada... Jadilah tuh orang tua duduk di atas tasnya sampai SBI...
Purwojaya mahal... Kutojaya tiketnya habis... Yo wes lah Sinar Jaya ae...
Reply


Forum Jump:


Users browsing this thread: 1 Guest(s)