Kuburan sepi dan sosok karatan loko uap tua C 3322 yang dipenuhi ilalang serta semak belukar dengan sebongkah batu bertahtakan tulisan "Monumen Kerdja" dan tembok relief perjuangan, merupakan saksi bisu yang menceritakan masa pendudukan jepang saat membangun jalur kereta api di Sumetera dari Pekanbaru, Riau menuju Muara Sijunjung, Sumatera Barat sepanjang 220km dengan program Romusa-nya. Kala itu, dengan peralatan sangat sederhana, sekitar 25.000 romusa dipaksa mampu menyelesaikan jalur dalam tempo waktu 15 bulan. Berbagai rintangan menjadi tantangan. Mulai dari derasnya air sungai, rawa-rawa, perbukitan sampai serangan nyamuk malaria. Itupun masih ditambah pukulan dan cambukan-cambukan sang mandor. Maka tak heran banyak romusa yang mati atau hilang begitu saja di hutan belantara sepanjang jalur tersebut.
[spoiler=Pekanbaru, 16 Mei 2007.]
[/spoiler]
nb.
Menurut kabar terakhir, loko tersebut telah dicat ulang, dibersihkan dari ilalang yang menutupinya, diperbaiki tembok reliefnya dan bahkan DPRD Riau telah mengusulkan pemerintah daerah setempat untuk memindahkan rangkaian kereta api tersebut ke Gedung Museum Daerah Pekanbaru agar bisa lebih banyak diapresiasikan oleh masyarakat.
[spoiler=Pekanbaru, 16 Mei 2007.]
[/spoiler]nb.
Menurut kabar terakhir, loko tersebut telah dicat ulang, dibersihkan dari ilalang yang menutupinya, diperbaiki tembok reliefnya dan bahkan DPRD Riau telah mengusulkan pemerintah daerah setempat untuk memindahkan rangkaian kereta api tersebut ke Gedung Museum Daerah Pekanbaru agar bisa lebih banyak diapresiasikan oleh masyarakat.
.