18-09-2011, 06:38 AM
Bacanya sih yah rasa2nya gak mungkin kalau cuma sekedar elektrifikasi doank... Soalnya armada KRL itu khan dibatasin... Jadinya kalau beneran Citayam-Nambo elektrifikasi dan berasumsi rangkaian KRL bergelut dg petak rel Jakarta - Bogor itu berarti harus menandingi kecepatan, ketepatan dan keinginan waktu dan konsumen. Konsumen apakah ingin mencari lokasi tinggal, dagang dan kantor mereka di wilayah Gunung Putri, Cibinong dan Nambo? Sementara kawasan Gunung Putri itu sendiri merupakan area pabrikan yg notabene dilaluin truk - truk yang mendominasi ruas2 jalan yang ada. Kalau pun pr warga Jabodetabek berminat membuka usaha, lahan tinggal dan dagang mrk di kawasan tsb, berarti PT. KA harus mempersiapkan diri dg armada yang ada. Petak rel pun haruslah rel ganda.
Tapi sangat disayangkan kalau kawasan Nambo dan sekitarnya itu sepi pekerja. Berkaca dr KRD Nambo Ekspres dahulu (sebelum dibawa ke Lampung utk menjadi Rawa Jurai) dg jumlah armada 2 kereta per rangkaian yg membeludak hingga ke luar kabin alias bergelantungan bak Spiderman sih peluang juga utk warga sekitar utk beraktifitas di Jakarta dan sekitarnya. Itu berarti petak rel harus ganda dan enggak sekedar itu, lebih baik perjalanan KRL harus menyatu dg perjalanan yang mengakhiri dan mengawalinya di stasiun Depok atau pun juga Depok Baru. Selama ini jadwal yang hanya berawal dan berakhir di stasiun Depok terlebih juga Depok Baru sedikit ketimbang yg berawal dan berakhir di Bogor. Itu berarti PT. KCJ harus menambah lagi jadwalnya terutama di jam2 padat.
Tapi aku berharap jgn menganak tirikan perjalanan KRL Nambo - Jakarta nantinya sih... Mengapa? Sebab spt petak rel Serpong - Jakarta kalau sudah di atas jam 10 sepi perjalanan KA meski itu KRL atau pun KA Langsam. Ada lagi jam 12 sd jam 1. Terus sepi lagi sd jam 3 sore. Bayangkan aja... di jam2 segitu ada banyak calon penumpang yg hendak ke Jakarta lho... Mrk terpaksa naek angkot dan bus sbg alternatif lain yg mesti bergelut di jalan yg sempit, penuh ngeteman angkutan umum, jalan rusak dan berbenturan dg jam2 makan siang org kantoran....
OK itu sih sekilas khayalan dr aku kalau kelak Citayam - Nambo elektrifitasi... Jd jangan buang2 duit dah mahal2 tapi ternyata gak efisien mencari peluang waktu dan konsumennya...
Tapi sangat disayangkan kalau kawasan Nambo dan sekitarnya itu sepi pekerja. Berkaca dr KRD Nambo Ekspres dahulu (sebelum dibawa ke Lampung utk menjadi Rawa Jurai) dg jumlah armada 2 kereta per rangkaian yg membeludak hingga ke luar kabin alias bergelantungan bak Spiderman sih peluang juga utk warga sekitar utk beraktifitas di Jakarta dan sekitarnya. Itu berarti petak rel harus ganda dan enggak sekedar itu, lebih baik perjalanan KRL harus menyatu dg perjalanan yang mengakhiri dan mengawalinya di stasiun Depok atau pun juga Depok Baru. Selama ini jadwal yang hanya berawal dan berakhir di stasiun Depok terlebih juga Depok Baru sedikit ketimbang yg berawal dan berakhir di Bogor. Itu berarti PT. KCJ harus menambah lagi jadwalnya terutama di jam2 padat.
Tapi aku berharap jgn menganak tirikan perjalanan KRL Nambo - Jakarta nantinya sih... Mengapa? Sebab spt petak rel Serpong - Jakarta kalau sudah di atas jam 10 sepi perjalanan KA meski itu KRL atau pun KA Langsam. Ada lagi jam 12 sd jam 1. Terus sepi lagi sd jam 3 sore. Bayangkan aja... di jam2 segitu ada banyak calon penumpang yg hendak ke Jakarta lho... Mrk terpaksa naek angkot dan bus sbg alternatif lain yg mesti bergelut di jalan yg sempit, penuh ngeteman angkutan umum, jalan rusak dan berbenturan dg jam2 makan siang org kantoran....
OK itu sih sekilas khayalan dr aku kalau kelak Citayam - Nambo elektrifitasi... Jd jangan buang2 duit dah mahal2 tapi ternyata gak efisien mencari peluang waktu dan konsumennya...