PT. INKA membuat gerbong untuk daerah Atjeh...
Berikut reportasenya...
Ada yang mo nambahin info?
Berikut reportasenya...
Quote:Kereta Api Aceh, Modal Transportasi Masa Depan yang Terintegrasi
Rabu, 14 Mei 2008
Oleh Muhammad Nizar
Gerbong KA rampung 80 % di PT. INKA Madiun.
Rakyat Aceh berkesempatan naik kereta api. Jalur kereta api Bireuen-Lhokseumawe sepanjang 71,9 km akan dapat beroperasi mulai tahun ini. “Gerbang kereta sudah dipesan, tinggal menunggu 20 persen lagi,†kata pejabat perhubungan. Demikian headline Harian Aceh, Senin (12/5) tentang persiapan pengoperasian kereta api yang sudah lama menghilang di Aceh. Kehadiran kereta api nantinya akan melancarkan jalur transportasi darat yang selama ini dikuasai bus. Namun, kehadiran kereta api tidak akan menjadi pesaing transportasi yang telah ada, seperti bus dan pesawat.
Kereta api Aceh, zaman dulu disebut Atjeh Tramp, lebih dimaksud sebagai sarana komuter masyarakat kota yang mempunyai mobilitas tinggi berpindah antar kota, jarak-dekat. Padatnya penduduk menjadi pertimbangan utama pemerintah memprioritaskan kehadiran kereta api dengan membangun rel kereta api.
Lintas Bireuen-Lhokseumawe menjadi jalur pertama pembangunan rel kereta api dan diharapkan selesai tahun 2008. Kehadiran kereta api, selain berfungsi sebagai sarana angkutan barang, juga dapat menjadi sarana memperkenalkan objek wisata. Karena ke depan, bisa saja jalur kereta api diarahkan ke Dataran tinggi Aceh, yang terkenal dengan tempat wisatanya.
Prof.DR.Ir. Yuwaldi Away
Impian itu disampaikan oleh Kadishubkomintel Provinsi NAD, Prof.DR.Ir. Yuwaldi Away, putera Aceh Selatan yang baru menduduki posisi ini setelah lulus fit and proper test penerimaan pejabat eselon II beberapa waktu lalu. Penjelasan ini disampaikan sebagai tanggapan atas pro-kontra masyarakat terhadap pembangunan kembali jalur kereta api Aceh - Sumatera Utara sepanjang 586 km.
Muncul pertanyaan, sejauhmana kebutuhan masyarakat Aceh akan adanya sarana transportasi baru jenis KA? Bukankah selama ini masyarakat sudah terlayani dan menikmati transportasi lain seperti bus, kapal laut dan pesawat udara. Pertanyaan ini tidak mudah untuk dijawab, mengingat Aceh memiliki sejarah panjang perkeretaapian sejak zaman Belanda hingga masa kemerdekaan. Jalur kereta api Aceh tempoe doeloe dibangun dengan dana jutaan Golden dan mengorbankan banyak nyawa.
Sejarah pembangunan kereta api Aceh sangat unik, berbeda dari daerah lain. Perbedaan ini disebabkan tujuan awal pembangunan kereta api dan siapa saja yang memanfaatkannya. Kereta api Aceh mulanya dibangun sebagai sarana mengangkut peralatan militer dari pelabuhan Ulee Lheue ke Kutaraja atau Banda Aceh. Dengan kata lain kereta api dibangun untuk kepentingan perang daripada kepentingan ekonomi dan sosial. Hingga pada akhirnya juga memberikan keuntungan ekonomi dan politik yang besar.
Pasca reformasi 1998, Presiden RI saat itu, BJ Habibie mengeluarkan janji politik kepada masyarakat Aceh. Salah satu janji-janji itu adalah pembangunan kembali jalur kereta api. Pasca janji tersebut, pada tahun 2002 dibuatlah Rencana Umum Pengembangan Kereta Api Sumatera, yang merupakan hasil kesepakatan Gubernur se-Sumatera.
Program Perkeretaapian Aceh merupakan bagian dari program Trans Sumatera Railway Development. Pembangunan jalan kereta api Aceh dianggap solusi tepat saat ini dan juga di masa depan, di mana angkutan kereta api ini bersifat massal, murah, aman dan efektif. Pembangunan kembali jaringan pelayanan kereta api Aceh diyakini memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Lokomotif buatan Jepang, terakhir di stasiun Langsa
Pelayanan tersebut akan semakin membuka dan menghubungkan kota Banda Aceh, Sigli, Lhokseumawe, Langsa, Besitang, Medan-Belawan, Medan-Tebing Tinggi, Pematang Siantar-Rantau Perapat. Lintas jaringan tersebut juga nantinya akan terhubung dengan jaringan baru yang menghubungkan kota-kota di provinsi Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung dalam satu kesatuan sistem Trans Sumatera Railway.
Demikian setidaknya grand design yang terdapat dalam proposal pembangunan jaringan kereta api Aceh yang sudah disusun oleh pemerintah dengan bantuan konsultan asing, Mott McDonald dan SNCF Internasional.
Pembangunan kembali jalur kereta api di Provinsi Aceh dilakukan dengan memperhatikan enam pertimbangan yaitu: aspek politis (janji mantan presiden Habibie kepada masyarakat Aceh yang harus ditunaikan), aspek ekonomi (dibukanya pusat-pusat industri dan kawasan-kawasan andalan), aspek potensi jumlah penduduk (perkiraan jumlah penumpang yang diangkut pada jalur kereta api Banda Aceh-Medan), aspek pengembangan wilayah (dengan garis pantai + 1.850 Km, system transportasi Aceh mengacu pada pengembangan kawasan berpotensi), aspek pengembangan transportasi (sebagai perwujudan Transportasi Nasional dan System Transportasi Wilayah jaringan KA sesumatera), aspek potensi wilayah (sepanjang jalur terdapat potensi peternakan, perikanan, perkebunan, pertambangan, pertanian, dsb).
Jadi, dapat disimpulkan, tak ada yang salah dalam rencana pembangunan kereta api. Karenya, masyarakat Aceh sangat mengharapkan pembangunan kereta api Aceh dapat selesai pada tahun 2012 (lihat tabel) yang dimulai dengan pembangunan rel di kawasan lintas tengah yaitu Bireun-Lhokseumawe. Pembangunan dilakukan secara bertahap, layaknya pembangunan kereta api zaman Belanda. Hanya saja Belanda memulai dengan Ulee Lheue-Kutaradja (Lihat Pembangunan AtjehTramp Tempo doeloe.. )
- Sp Mane-Bungkah-Kr. Geukuh-Bl. Pulo Jarak (km) = 20,4 Tahun = 2007 Alokasi Dana (Rp.) = 108 milyar
- Bl. Pulo-Lhokseumawe dan Sp.Mane-Mns Alue Jarak (km) = 51,5 Tahun = 2008 Alokasi Dana (Rp.) = 772,5 milyar
- Sigli – Mns Alue Jarak (km) = 100,6 Tahun = 2009 Alokasi Dana (Rp.) = 1.509 miliyar
- Banda Aceh-Sigli Jarak (km) = 112 Tahun = 2010-2012 Alokasi Dana (Rp.) = 1.680 milyar
- Lhokseumawe-Batas Sumut Jarak (km) = 199,5 Tahun = 2009-2012 Alokasi Dana (Rp.) = 2.992,5 milyar
Namun konsep transportasi Kereta Api Aceh sudah berubah sebagaimana disebutkan dalam awal tulisan ini. Masyarakat harus diyakinkan untuk memanfaatkan kereta api, sebab kereta api akan kesepian tanpa penumpang.
Seorang Pakar Transportasi Universitas Syiah Kuala, Ir.Bukhari RA, M.Eng menyatakan ada hal yang lebih penting disiapkan terlebih dahulu di banding membangun sistem perkeretaapian. Jalan-jalan darat yang menghubungkan berbagai wilayah Aceh Pantai Barat dan dataran Tinggi Aceh harus diselesaikan dahulu. Dengan lancarnya transportasi darat dengan sendiri sistem transportasi secara keseluruhan akan berfungsi dengan otomatis. Transportasi jalan diibaratkan sebagai pengumpan (feeder) penumpang kereta api. Ââ€Jadi bukan hanya masyarakat sekitar jalur kereta api saja yang memanfaatkan kereta api. Kalau cuma mengharap hal ini, niscaya anggapan kereta api merupakan angkutan massal dan murah tidak sesuai lagi,†katanya kepada Harian Aceh.
Pemerintah, lanjutnya, harus sadar akan sistem transportasi yang terintegrasi, bukan sebatas memanfaatkan dana kereta api yang terlanjur dijanjikan tapi lupa memikirkan bahwa masih ada warga yang belum menikmati jalan mulus seperti yang ada di kawasan ALA. Sistem transportasi yang terintegrasi berarti juga memikirkan fasilitas publik jalan yang masih banyak terbengkalai. Menyatukan berbagai wilayah dalam provinsi Aceh dalam suatu kesatuan transportasi. Ke depan diharapkan semakin banyak warga Aceh yang dapat saling mengunjungi antar daerah, daerah pegunungan sekalipun.[]
Bepergian dengan Atjeh Tram Tempoe Doeloe
Anda ingin bepergian dari Medan ke Banda Aceh? Dengan menaiki bus, anda membutuhkan waktu 10 jam untuk tiba di Banda Aceh dengan nyaman. Atau jika anda buru-buru dan mempunyai kocek yang tebal naik saja pesawat terbang, 45 menit sudah sampai di Bandara Sultan Iskandar Muda. Namun bagaiman orang tempoe doeloe, tahun 1930-an, bepergian dari Medan – Banda Aceh? Mereka umumnya menggunakan jasa transportasi kereta Api.
Stasion KA Banda Aceh di akhir kejayaannya,1970-an. (Dok Kadishubkomintel)
Berangkat dari Medan dengan kereta api biasanya pada pagi hari, kereta akan berjalan ke arah utara melalui tempat pengilangan minyak BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) Pangkalan Berandan. Di perbatasan Aceh, yaitu di Besitang, jenis kereta api diganti dari kereta api DSM dengan kereta api Aceh Atjeh Tram yang mempunyai jalur lebih sempit dan gerbong lebih kecil. Perjalanan hingga Langsa melalui daerah-daerah perkebunan karet. Pemandangan kampung-kampung dengan pohon-pohon kelapa dan pisang, rumpun bambu yang rimbun dan persawahan menjadi hiburan tersendiri bagi pengguna kereta api.
Di sepanjang perjalanan banyak dijumpai stasion-stasion kecil. Pada pukul 18.00 sore kereta api sampai di Lhokseumawe, selanjutnya keesokan harinya pada pukul 13.00 siang tiba di stasion Sigli. Di Padang Tiji kereta api berhenti selama + 10 menit untuk ganti lokomotif yang lebih kuat, sebab jalan mulai menanjak melalui batas air antara gunung Seulawah Agam dan gunung Seulawah Inong yaitu melewati krueng Empat Puluh Empat. Pukul 15.00 kereta api berangkat dari Seulimum melalui Indrapuri menuju Lambaro, di Lambaro kondektur kembali memeriksa karcis penumpang. Pada pukul 18.00 sore kereta api baru tiba di stasion Kutaradja. Jadi perjalanan dengan memakai kereta api untuk lintas Medan – Kutaradja memakan waktu selama 2 hari!
Pemberhentian terakhir Atjeh Tram melalui sebuah tanggal kecil yang berujung dekat jembatan kereta api yang terbentang di atas kuala, muara Krueng Aceh. Tempat itu berada dekat hutan bakau. Di tempat itu sekarang sudah berdiri dengan kokoh pertokoan Barata Department Store. Jadi, dengan kehadiran kereta api yang diramalkan akan segera beroperasi di Aceh, diharapakan suasana perjalanan seperti tempoe doeloe yang menyenangkan terhidang di depan mata.(t-7/dbs)
Stasion KA Langsa (Dok Kadishubkomintel Provinsi NAD)
Kisah Pembangunan Atjeh Tram Tempoe Doeloe
- 26 Juni 1874
Gubernur Aceh dan daerah taklukannya memerintahkan untuk menghubungkan tempat demarkasi pelabuhan Ulee Lheue dan Kutaraja dengan rel kereta api sepanjang 5 km dengan lebar spoor (rel) 1,067 m
- 12 Agustus 1876
Jalan kereta api Ulee Lheue resmi dibuka untuk umum dengan menghabiskan biaya 540.000 golden.
- Tahun 1885
Jalur kereta api diteruskan hingga Gle Kameng-Indrapuri, namun hanya mampu mencapai Lambaro dengan alasan keamanan. Lebar spoor dikurangi menjadi 0,75 m dengan panjang 16 km.
- Tahun 1886
Dibuka jalur dari Kutaraja - Lamnyong, sebuah jalur dari Tongah ke Pekan Kr. Cut dan rumah sakit militer Pante Pirak. Jalur ini digunakan untuk membawa orang luka dan sakit dari pos militer ke luar Aceh.
- Januari 1898
Jalur kereta api diperpanjang hingga mencapai Seulimuem sepanjang 18 km dan dimanfaatkan untuk lalu lintas umum.
- Tahun 1900
Gubernur Van Heutzs merencanakan perluasan jalur kereta api Seulimuem-Sigli-Lhokseumawe. Biaya ditaksir untuk membangun jalur ini sebesar 3 juta golden, biaya terbesar untuk membuat lintasan di pegunungan yang sangat berat.
- 15 September 1903
Jalur Beureneuen - Lameulo sepanjang 5 km siap dikerjakan dan dibuka untuk umum.
- Tahun 1912
Pertemuan jalur kereta api lintasan Deli Pangkalan Berandan - Aceh dimulai. Jalur kereta api Langsa - Kuala Simpang resmi dibuka untuk umum
- Tanggal 29 Desember 1919
Persambungan kereta api Deli Spoorweg Maatschappij dengan lintas Aceh diresmikan pemakaiannya. Total panjang jalur kereta api Aceh 450 km dengan total biaya 23 juta Golden.
- Tahun 1982
Banda Aceh resmi sudah tidak memiliki hubungan kereta api lagi. Hal ini dikarenakan tidak mampu bersaing dengan sarana transportasi jalan raya yang sudah semakin baik dan onderdil yang semakin sulit dicari.(t-7/dbs)
Ada yang mo nambahin info?