MyBB Internal: One or more warnings occurred. Please contact your administrator for assistance.
Trip Report Ke Ciawi dengan Zephyr (28 Februari 2010).

Thread Rating:
  • 0 Vote(s) - 0 Average
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
Trip Report Ke Ciawi dengan Zephyr (28 Februari 2010).
#1
Setelah beberapa minggu langit di Bandung gelap dan hujan terus, akhirnya dalam waktu beberapa hari ini cuaca di Bandung setiap pagi tampak lebih terang dari sebelum-sebelumnya.
Saya pikir, setelah lama tidak trekking dan hunting foto KA di lintas, rasanya ini waktunya untuk refreshing lagi.
Dan setelah memilah-milah waktu (maklum, kalau minggu saya tetap ada aktifitas pekerjaan), akhirnya saya memilih untuk berangkat hari minggu, karena tidak ada barang bawaan besar yang harus dibawa.
Awalnya saya berniat untuk hunting ke tempat-tempat yang sudah umumnya saya kunjungi seperti Lebakjero, Karangsari, Leles, atau Cipeundeuy. Tapi saya pikir, karena saya sudah terlalu sering ke sana, saya mencoba memilih tempat yang belum atau jarang saya kunjungi sebelumnya.
Akhirnya saya memilih untuk hunting ke Ciawi, dekat Tasikmalaya (bukan Bogor), saja. Oya, bagi rekan-rekan yang juga penggemar bus, ada baiknya tak lama-lama membaca tulisan ini karena saya akan menyumpah serapahi hampir semua bis yang saya temui.

RUDE AWAKENING.
Alarm di handphone saya saya set ke jam lima pagi sebelum tidur di malam minggu. Walaupun sehari sebelumnya saya kurang tidur, saya tetap bersikeras agar harus bisa berangkat. Karena saya benar-benar perlu refreshing agar tidak terlalu jenuh. Saya bosan kalau menghabiskan akhir minggu di dalam kota Bandung terus, harus ada yang berbeda.
Setelah tidur nyenyak semalam, saya akhirnya bisa bangun tepat waktu. Bahkan mendahului alarm jam saya! Kok bisa? Ya, rupanya di tengah malam buta (menjelang subuh) ada sebuah bis besar yang parkir di depan rumah saya, persis di depan kamar tidur saya! Yang menyebalkan, mesinnya suaranya bergemuruh! Gemuruhnya membahana di seluruh rumah saya.
Tadinya saya pikir ada gempa atau ada pesawat bersuara keras yang lewat diatas rumah. Begitu keluar saya melihat sebuah bus pariwisata berwarna putih yang parkir sampai menutupi pintu masuk pagar, serta pagar depan garasi.
Dengan perasaan kesal, saya berusaha mencari sopirnya. Rupanya saya tak menemuinya. Dengan perasaan mendongkol, saya masuk lagi ke dalam sambil mau wudhu. Tapi begitu masuk ke kamar mandi, saya dengar klakson yang keras, sama suara mesin bis yang agak digas. Sayapun langsung bergegas keluar rumah, sambil memaki-maki si sopir bis “Hei, go****! Enak saja kamu parkir bismu di depan rumah saya! Memangnya halaman rumah saya terminal bis?? Pergi kamu, dan bawa bis sialan bin terkutuk kamu pergi dari sini!!!”
Si sopir bis, langsung tergesa-gesa memundurkan bisnya ke tempat yang agak jauh.

BERANGKAT.
Setelah mengepak barang-barang serta mengeluarkan mobil dari garasi, akhirnya saya berangkat jam 5.20 pagi. Saya langsung menuju ke ATM dan pom bensin, sebelum kemudian melaju melewati tol Padaleunyi dari gerbang Pasteur yang dekat rumah. Bagi saya ini pertama kali hunting KA ke timur dengan mobil, semenjak hunting pengiriman loko CC204 17 beberapa waktu silam.
Perjalanan berlangsung relatif lancar, apalagi karena para orang-orang yang jogging di Rancaekek belum keluar, maka saya bisa melewati daerah depan pabrik Kahatex dengan lancar.
Selama awal-awal perjalanan, saya lebih memilih untuk tak menyalakan AC, dan membuka jendela saja. Tapi suara gemuruh angin, serta asap hitam dari truk akhirnya membuat saya memilih untuk menutup jendela saja.
Tapi selama melewati tol, saya sempat takjub (sekaligus agak takut) melihat kabut yang sangat tebal sekali di dekat Cileunyi. Bahkan jarak pandang ke depan hanya sekitar 10-15 meter saja! Otomatis, semua pengendara langsung mengurangi kecepatan. Untunglah, menjelang masuk gerbang tol Cileunyi kabutnya sudah menghilang.
Perjalanan dari Cileunyi hingga seterusnya berjalan cukup lancar tanpa masalah. Hanya saya merasa sebal dengan banyak pengendara sepeda motor di daerah Rancaekek-Cicalengka yang tak mau mengalah, dan mengemudi pelan tanpa helm di lajur tengah.
Terkadang juga, saya menemui lalu lintas berjalan lambat, hanya karena ada truk kelebihan muatan yang tak sanggup melibas tanjakan terjal. Jalanan dengan tanjakan ekstra terjal memang merupakan ciri khas jalan provinsi di daerah ini, dan awalnya jalan-jalan ini tak didesain untuk kendaraan besar.
Namun, demi mengejar kekayaan pribadi (yang merupakan ciri khas sebagian pemimpin daerah di Jawa Barat), para pejabat daerah dengan senang hati memberikan ijin kepada pengusaha truk atau bus untuk memiliki armada sebanyak-banyaknya, dan memuat sebanyak yang mereka mau. Karena mereka pasti dapat persenan dari setiap kendaraan yang beroperasi. Sementara di sisi lain, mereka setengah hati memperbaiki jalanan yang berlubang besar akibat monster-monster jalanan ini.
Jika saya naik sepeda motor, saya pasti dengan mudah akan menyalip mereka (kenyataannya kondisi mesin yang tua cenderung menghalangi saya). Tapi karena saya naik mobil, jelas tak mudah untuk menyalip. Tetapi terkadang saya juga harus agak nekat dalam menyalip, termasuk menerjang area di kiri jalan.

SAMPAI DI CIAWI.
Setelah beberapa jam perjalanan, saya akhirnya tiba di stasiun Ciawi. Stasiun ini sebenarnya sangatlah mudah dijangkau. Letaknya persis di dekat perlintasan KA yang melintasi jalan utama, sekitar 500 meter di timur alun-alun Ciawi. Begitu sampai di parkiran stasiun, saya langsung memarkir kendaraan saya.



Daerah di sekeliling stasiun juga dikelilingi oleh rumah-rumah jaman Belanda yang bercat putih dan masih baik kondisi eksteriornya, walaupun pekarangannya terlihat berantakan.



Stasiun masih tampak sepi, karena memang masih sangat pagi. Kios yang ada di stasiun masih tutup. Apalagi sebenarnya jarang ada KA yang berhenti di sini. Suasana stasiun masih terkesan agak mirip dengan suasana jaman Belanda. Apalagi ubin lantai stasiun terlihat kalau belum diganti. Lantai peron 1 juga terlihat terbuat dari batu-batu yang disusun (ciri khas lantai peron stasiun kecil jaman Belanda). Walaupun kondisinya sudah agak babak-belur, tapi masihlah cukup rapi.
Tapi saya agak terkejut melihat ada pintu gerbong KA ditaruh di salah satu sudut stasiun. Jarang sekali saya melihat ada komponen utama gerbong KA yang ditaruh di tempat yang jauh sekali dari depo kereta atau stasiun besar.



Saya lihat ruang PPKA, tampak tidak ada orang sama sekali. Bahkan di ruang penjualan tiket tak ada satupun orang di dalam. Tadinya saya mau mencari petugas PT KA yang ada untuk tanya jadwal KA. Tetapi karena tidak ada orang, dan juga karena pintu terbuka, saya langsung masuk ke dalam dan memotret jadwal KA yang tertempel di tembok.

HUNTING FOTO.
Seingat saya, di sebelah barat stasiun Ciawi ada sebuah tikungan besar yang tampaknya cukup lumayan. Hanya saja, saya tak tahu apakah tikungan itu sangat jauh sekali dari stasiun atau tidak.
Memang sebelumnya saya pernah ke sini, tepatnya tahun 2006 silam. Waktu itu saya dan mas Nurcahyo MS menggarap shooting film Parahyangan Pass. Hanya karena waktu itu kami agak tergesa-gesa (dan sudah sore) maka kami tak banyak melihat-lihat area sekitar stasiun.
Namun hari itu saya mendedikasikan waktu pagi saya untuk hunting. Walaupun rel ke arah barat stasiun Ciawi lurus, tapi di sekelilingnya banyak pegunungan serta sawah yang meghijau. Makin ke barat, rumah-rumah makin jarang. Sekitar 2 kilometer dari stasiun jalan kereta api mulai berbelok sedikit.
Di dekat belokan itu ada lapangan sepakbola kecil, yang kebetulan lagi ada acara sepak bola sekolahan yang ada di dekat situ. Anak-anaknya menggunakan pakaian yang berwarna-warni. Sayapun iseng memotret mereka, dan mereka semua (termasuk gurunya) bersorak-sorai.
Setelah itu saya melanjutkan perjalanan. Tak jauh dari lapangan kecil tadi, jalan kereta mulai lurus, dan menanjak. Di tempat ini rumah-rumah hampir tidak ada yang kelihatan, tak ada satupun perkampungan yang tampak, padahal letaknya tidak jauh sekali dari stasiun.
Saya juga merasa agak kuatir, karena jalur ke depan tidak jelas apakah berbelok atau lurus. Namun setelah beberapa kilometer berjalan, akhirnya sampai juga ke tikungan tersebut.
Tikungan ini memang bisa disamakan dengan tikungan yang ada di dekat stasiun Cipeundeuy. Bahkan di situ juga ada jembatannya. Sayangnya, pemandangannya rupanya tak sebebas yang di Cipeundeuy, karena ada beberapa pohon pisang yang ditanam di spot yang strategis. Selain itu, sebagian dari jalur kereta agak tersembunyi di balik pematang-pematang yang ada di sebelah rel.
Saya mencoba mencari spot di pematang yang ada di sebelah rel, walaupun agak terhalang pohon pisang, tapi akhirnya dapat juga. Namun yang agak mengherankan, di situ juga ada lubang perangkap babi hutan. Sayapun juga hampir terjerembab ke dalamnya.
Hawa yang agak panas di situ tak menyurutkan niat hunting saya, dan kira-kira sekitar pukul 9 lebih, KA Pasundan akhirnya datang juga dari arah barat. Yang agak aneh, di gerbong-gerbongnya banyak coretan graffiti para Bobotoh Viking Persib.
Awalnya saya berniat untuk memotret KA Argo Wilis di tempat yang sama, tapi saya kemudian berubah pikiran dan memutuskan untuk memotret KA ini jalur lurus yang ada di ceruk hijau dekat stasiun.
Setelah berjalan dengan setengah berlari sayapun sampai di tempat yang saya maksud. Tadinya saya mau memotret di bagian bawah, persis di pinggir rel. Tapi kemudian berubah pikiran dan memutuskan untuk memotret dari atas pematang saja. Saya tak salah pilih: walaupun aksesnya agak susah, tapi dari atas saya bisa melihat pegunungan dengan jelas sekali, dan pemandangan ke rel masih cukup jelas.
Penungguan saya agak lama juga, dan sekitar pukul 9.30 akhirnya KA Argo Wilis dari Bandung pun lewat. Tapi saya juga agak terkejut melihat 2 gerbong penumpang pertama adalah gerbong EXA buatan tahun 1965 (K1-65802 dan K1-65802). Seingat saya gerbong-gerbong ini dulu dipakai KA Kamandanu, tapi mungkin sudah dipindah ke Bandung.

BALIK KE STASIUN
Setelah itu, saya kembali lagi ke stasiun. Dan saya juga memutuskan untuk tak hunting KA Lodaya karena perut sudah kosong dan saya belum sarapan.
Kali ini di ruang PPKA ada beberapa orang yang bertugas. Sayapun langsung sowan ke PPKA bernama pak Asep Muharam. Beliau orangnya cukup ramah, dan dengan senang hati menyambut saya.
Kami banyak berbicara panjang lebar tentang segala hal, mulai kedekatan pak Asep dengan beberapa pejabat polisi di Bandung, korupsi yang akut di pemerintahan provinsi Jawa Barat, serta dunia kesehatan.
Kebetulan pak Asep ini juga membuka usaha sampingan di rumahnya, yaitu terapi pijat totok syaraf. Beliau juga memperagakannya ke saya. Jujur saja, seumur-umur saya hunting foto, baru kali ini juga dipijat. Biasanya dipijat kalau sepulang di rumah. Pijatan pak Asep ini cukup kuat juga sampai saya sempat kehilangan kesadaran selama beberapa detik! Tapi setelah itu saya merasa segar sekali!
Asyik ngobtol-ngobrol, tiba-tiba ada sinyal telegram datang dari Cirahayu. Rupanya KA Lodaya datang! Wah, kebetulan, akhirnya saya memotretnya dari peron saja. Dan yang cukup menggembirakan, KA ini ditarik loko CC204 15, yang merupakan salah satu favorit saya.
Setelah KA itu lewat, sayapun langsung pamit ke pak Asep serta KS yang ada dan kemudian kembali lagi ke Bandung.

BALADA PERJALANAN PULANG.
Berhubung mobil saya ber-AC, maka sayapun bisa mendinginkan badan selama perjalanan pulang. Segar sekali rasanya, sehingga sayapun tak lekas capai dan bisa lebih santai dalam perjalanan.
Perjalanan berlangsung normal, sampai di pinggir Ciawi, diamana tiba-tiba jalanan dijejali bis-bis dari terminal Ciawi. Otomatis perjalanan terganggu. Apalagi bis-bis ini jalannya pelan, banyak berhenti, dan suka oleng ke tengah sehingga sayapun susah menyalipnya. Tapi di tanjakan Gentong, sayapun berhasil menyalip mereka semua akhirnya.
Terkadang jalanan menjadi macet akibat ulah pengemudi yang mengemudi terlalu pelan di sana. Sesampainya di Cipeundeuy, sayapun mampir sebentar untuk makan siang (dan sarapan juga sebenarnya). Tak banyak yang istimewa di saat itu, karena saya tak hunting KA Serayu. Selesai makan, sayapun langsung melanjutkan perjalanan.
Di perjalanan saya langsung diapit oleh dua mobil plat Jakarta. Tampaknya mereka ini adalah orang Tasik atau Ciamis yang merantau di Jakarta dan dalam perjalanan kembali setelah pulang kampung. Dan sejujurnya, saya juga banyak menemui mobil plat Jakarta yang berjalan searah dengan saya. Walaupun orang Tasik dan Ciamis, tetapi gaya menyetir mereka lebih menyerupai orang Jakarta: arogan dan egois. Biarpun pelan sekalipun.
Para pengemudi sepeda motor juga banyak yang egois, karena mereka berjalan pelan di tengah dan cenderung membuat manuver untuk menghalangi saya menyalip. Bahkan ada juga motor yang nekat, walaupun saya mau menyalip, dan sudah memberi rifting, tetapi dia tetap mengklakson meminta jalan (dan tak saya beri).
Yang aneh, tampaknya sepanjang jalan saya banyak menemui konvoi vespa yang dimodifikasi aneh, seperti dimodifikasi dengan motif mistis, atau ada yang posisi mengemudinya berdiri atau seperti berbaring.
Di Nagreg, sempat terjadi kemacetan hebat. Rupanya ada mobil kelebihan muatan yang mogok tepat di tanjakan yang terjal. Saya berusaha mengambil jalan, tapi dihalangi sebuah mobil plat-B yang tak mau mengalah, tapi sebenarnya ragu-ragu. Setelah mengambil manuver nekat, sayapun berhasil menyalip dia.
Perjalanan pulang hingga Cileunyi berlangsung normal. Tetapi begitu memasuki tol, saya melihat awan hujan yang cukup pekat diiringi kilat. Yang agak aneh, diantara awan-awan itu saya bisa melihat bentuk lancip seperti puting beliung. Rupanya ada angin puyuh!


Dan makin lama angin itu terlihat makin besar. Beberapa mobil saya perhatikan ada yang menepi untuk melihat angin tersebut. Sayapun langsung mengabadikan angin tersebut dengan kamera saya.
Setelah puas, saya melanjutkan perjalanan saya. Di sekitar Buah Batu sempat ada hujan yang sangat deras, bahkan pandangan ke depan hanya sekitar 20 meter saja karena begitu pekatnya. Tapi menjelang Pasteur, tiba-tiba cerah lagi! Ajaib....
Setelah beberapa menit mengemudi, akhirnya saya sampai kembali ke rumah saya di Bandung.
Reply


Messages In This Thread
Trip Report Ke Ciawi dengan Zephyr (28 Februari 2010). - by bagus70 - 01-03-2010, 09:09 PM

Forum Jump:


Users browsing this thread: 1 Guest(s)