21-12-2011, 01:50 PM
Rekan-rekan sekalian,
Riwayat KRD dari Surabaya ke Blitar dimulai tahun 1978.
(kalau tidak salah bulan April).
Saat itulah di Jawa Timur sedang digalakkan konsep Megapolitan Gerbang Kertosusilo (GERsik [?1?], BANGkalan, mojoKERTO, SUrabaya, LamOngan) atau kadang disingkat juga sebagai Gerbang Kertasusila. Konsep ini diikuti dengan perbaikan sarana-prasarana perhubungan, termasuk kereta api. Untuk menghubungkan titik pusat kegiatan dalam wilayah Megapolitan, dipakailah bentuk KRD sebagai sarana transportasi. Kebetulan waktu itu sedang kebanjiran KRD Shinko-Shinko buatan Nippon Sharyo yang diberi kode MCW-301xx. Nah, yang ke wilayah tenggara, KRD jurusan Mojokerto di-"bablaskan" sampai Blitar. Jadilah lintas Blitar dirambah KRD, dengan jadwal pagi dari SB, sampai Blitar jam 10an kurang, berangkat lagi ke KTS sampainya tengah hari, kembali ke BL dan jam 3an balik lagi ke SB.
Tetapi KRD ini tidak bertahan lama, sering mogok sehingga dihentikan. Setelah penomoran sistem baru, saya baru tahu kalau nomernya KD3-761xx, sehingga pas diresmikan juga sudah jadi barang lama.
Setelah lama vakum, tahun 1982 akhir ada lagi KRD SB-KTS-BL.
Ceritanya lagi2 kita kebanjiran barang luar negeri gara2 program KRE (kredit realisasi ekspor). Yang membanjiri salah satu jenisnya KRD dengan sistem Shinko-Voith buatan Kawasaki, yang saat itu diberi kode MCW-302xx. Saking banyaknya, sampai-sampai rangkaian Rapih Dhoho sebanyak 3 jadwal diganti dengan KRD ini dengan susunan rangkaian terdiri dari 6 (Enam!!!) unit atau 3 set KRD. Saat inilah rasanya angkutan KA ke Blitar jadi Modern, dengan KRD yang pintunya banyaaak sekali plus bisa buka-tutup sendiri dan tangganya bisa keluar masuk otomatis.
Pada tahun 1984 rangkaian Dhoho ditambah jadwalnya yang setengah tujuh berangkat BL dengan rangkaian lok menarik CW.
Riwayat KRD sebelumnya berulang, KRD sering mogok, sehingga format rangkaian dibalik. Saya monitor pada tahun 1986, tiga rangkaian Dhoho balik jadi K3 ditarik BB301 yang satu jadi KRD.
Lama kelamaan KRD di Jatim sebagian besar bobrok, sehingga seluruh perjalanan KRD ke Blitar dihapus seiring dengan diberkalukannnya perjalanan terusan secara melingkar. Tahun 90an KRD hanya sebagai kereta Lebaran, malah akhirnya semua kelontongan dan hanya ditarik lok.
Salam kami
Nurcahyo
******
Riwayat KRD dari Surabaya ke Blitar dimulai tahun 1978.
(kalau tidak salah bulan April).
Saat itulah di Jawa Timur sedang digalakkan konsep Megapolitan Gerbang Kertosusilo (GERsik [?1?], BANGkalan, mojoKERTO, SUrabaya, LamOngan) atau kadang disingkat juga sebagai Gerbang Kertasusila. Konsep ini diikuti dengan perbaikan sarana-prasarana perhubungan, termasuk kereta api. Untuk menghubungkan titik pusat kegiatan dalam wilayah Megapolitan, dipakailah bentuk KRD sebagai sarana transportasi. Kebetulan waktu itu sedang kebanjiran KRD Shinko-Shinko buatan Nippon Sharyo yang diberi kode MCW-301xx. Nah, yang ke wilayah tenggara, KRD jurusan Mojokerto di-"bablaskan" sampai Blitar. Jadilah lintas Blitar dirambah KRD, dengan jadwal pagi dari SB, sampai Blitar jam 10an kurang, berangkat lagi ke KTS sampainya tengah hari, kembali ke BL dan jam 3an balik lagi ke SB.
Tetapi KRD ini tidak bertahan lama, sering mogok sehingga dihentikan. Setelah penomoran sistem baru, saya baru tahu kalau nomernya KD3-761xx, sehingga pas diresmikan juga sudah jadi barang lama.
Setelah lama vakum, tahun 1982 akhir ada lagi KRD SB-KTS-BL.
Ceritanya lagi2 kita kebanjiran barang luar negeri gara2 program KRE (kredit realisasi ekspor). Yang membanjiri salah satu jenisnya KRD dengan sistem Shinko-Voith buatan Kawasaki, yang saat itu diberi kode MCW-302xx. Saking banyaknya, sampai-sampai rangkaian Rapih Dhoho sebanyak 3 jadwal diganti dengan KRD ini dengan susunan rangkaian terdiri dari 6 (Enam!!!) unit atau 3 set KRD. Saat inilah rasanya angkutan KA ke Blitar jadi Modern, dengan KRD yang pintunya banyaaak sekali plus bisa buka-tutup sendiri dan tangganya bisa keluar masuk otomatis.
Pada tahun 1984 rangkaian Dhoho ditambah jadwalnya yang setengah tujuh berangkat BL dengan rangkaian lok menarik CW.
Riwayat KRD sebelumnya berulang, KRD sering mogok, sehingga format rangkaian dibalik. Saya monitor pada tahun 1986, tiga rangkaian Dhoho balik jadi K3 ditarik BB301 yang satu jadi KRD.
Lama kelamaan KRD di Jatim sebagian besar bobrok, sehingga seluruh perjalanan KRD ke Blitar dihapus seiring dengan diberkalukannnya perjalanan terusan secara melingkar. Tahun 90an KRD hanya sebagai kereta Lebaran, malah akhirnya semua kelontongan dan hanya ditarik lok.
Salam kami
Nurcahyo
******
.