18-12-2010, 09:56 AM
Pakdhe Bravo..
kalo sekiranya salah sepur, tolong dilangsir ya...
Surabaya - Prokontra terhadap rencana pembangunan jalan tol tengah kota kian meruncing. Wacana alternatif pengganti tol tengah pun digulirkan. Salah satunya melakukan revitalisasi rel kereta api peninggalan kolonial Belanda dengan ditunjang dengan angkutan massal yang memadai dan nyaman.
"Kalau membutuhkan shortcut yang menghubungkan Waru-Perak tidak harus dengan membangun tol tengah kota. Sebaiknya dihindari, karena konsep ini tidak bisa menjadi pilihan untuk kota moderen," kata pemerhati tata kota dari UK Petra Ir. Benny Purbantanu saat dihubungi detiksurabaya.com, Jumat (17/12/2010).
Jika tetap dilakukan pembangunan tol tengah kota, ujar Benny yang juga dosen arsitektur, akan membuka peluang investor otomotif untuk membuka bisnis di Surabaya. "Itu akan makin mendorong kepadatan di dalam kota," ujarnya.
Menurut Benny, seharusnya langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah kemacetan yakni melakukan revitalisasi rel kereta api baik yang sudah ada maupun peninggalan kolonial Belanda yang didukung dengan moda transportasi massal yang memadai, nyaman serta murah bagi masyarakat.
"Tentunya ini harus didukung dengan transportasi massal darat lainnya yang mempunyai banyak jaringan serta halte maupun stasiun yang lebih representatif," tegasnya.
"Daripada Rp 9 triliun untuk membangun tol. Menurut saya, bisa disinergikan dengan PT KA untuk membuat angkutan kereta api yang mempunyai banyak jaringan dengan membuka kembali jalur rel yang dulu dibangun oleh Belanda," imbuhnya.
Belanda membuat jaringan kereta lingkar atas yang diwariskan sejak tahun 1920. "Coba itu dioperasikan berapa uang yang bisa dihemat. Kalau kereta dioperasikan juga bisa datangkan provit yang besar serta juga bisa menghemat waktu maupun mengurangi polusi kendaraan di perkotaan," jelasnya.
Benny juga mempertanyakan, kenapa sejak dulu rel kereta api peninggalan belanda tidak difungsikan. "Hal-hal positif dari Belanda banyak berguna. Lha terus kenapa dari dulu tidak digunakan dan kalau sudah seperti ini siapa yang kemplo," pungkas Benny.
-Sumber: DETIK, Surabaya-
menbaca tulisan ini, jadi membayangkan seandainya WO-SDA-PR-BG-ML dijadikan double track, dilayani KRD yang eksekutif..
mungkin SB-ML orang orang lebih memilih naik kereta.. daripada macet di Porong..
kalo sekiranya salah sepur, tolong dilangsir ya...
Surabaya - Prokontra terhadap rencana pembangunan jalan tol tengah kota kian meruncing. Wacana alternatif pengganti tol tengah pun digulirkan. Salah satunya melakukan revitalisasi rel kereta api peninggalan kolonial Belanda dengan ditunjang dengan angkutan massal yang memadai dan nyaman.
"Kalau membutuhkan shortcut yang menghubungkan Waru-Perak tidak harus dengan membangun tol tengah kota. Sebaiknya dihindari, karena konsep ini tidak bisa menjadi pilihan untuk kota moderen," kata pemerhati tata kota dari UK Petra Ir. Benny Purbantanu saat dihubungi detiksurabaya.com, Jumat (17/12/2010).
Jika tetap dilakukan pembangunan tol tengah kota, ujar Benny yang juga dosen arsitektur, akan membuka peluang investor otomotif untuk membuka bisnis di Surabaya. "Itu akan makin mendorong kepadatan di dalam kota," ujarnya.
Menurut Benny, seharusnya langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah kemacetan yakni melakukan revitalisasi rel kereta api baik yang sudah ada maupun peninggalan kolonial Belanda yang didukung dengan moda transportasi massal yang memadai, nyaman serta murah bagi masyarakat.
"Tentunya ini harus didukung dengan transportasi massal darat lainnya yang mempunyai banyak jaringan serta halte maupun stasiun yang lebih representatif," tegasnya.
"Daripada Rp 9 triliun untuk membangun tol. Menurut saya, bisa disinergikan dengan PT KA untuk membuat angkutan kereta api yang mempunyai banyak jaringan dengan membuka kembali jalur rel yang dulu dibangun oleh Belanda," imbuhnya.
Belanda membuat jaringan kereta lingkar atas yang diwariskan sejak tahun 1920. "Coba itu dioperasikan berapa uang yang bisa dihemat. Kalau kereta dioperasikan juga bisa datangkan provit yang besar serta juga bisa menghemat waktu maupun mengurangi polusi kendaraan di perkotaan," jelasnya.
Benny juga mempertanyakan, kenapa sejak dulu rel kereta api peninggalan belanda tidak difungsikan. "Hal-hal positif dari Belanda banyak berguna. Lha terus kenapa dari dulu tidak digunakan dan kalau sudah seperti ini siapa yang kemplo," pungkas Benny.
-Sumber: DETIK, Surabaya-
menbaca tulisan ini, jadi membayangkan seandainya WO-SDA-PR-BG-ML dijadikan double track, dilayani KRD yang eksekutif..
mungkin SB-ML orang orang lebih memilih naik kereta.. daripada macet di Porong..
....RAILFANS IS NOT A CRIME