07-08-2011, 12:43 AM
Nyari untung ya boleh2 saja, Kang... Tp ya ingat dgn kondisi daya beli masyarakat Indonesia pd umumnya.
Yach, itulah keunikan Indonesia, kendaraan pribadi BBM disubsidi. Transportasi massal semacam kereta malah kagak...
[/quote]
Perusahaan yang cari untung kalau mo dagangannya laku, pasti selalu memperhatikan daya beli target pasarnya. Kalau tidak memperhatikan daya beli target pasarnya dan ternyata penentuan tarifnya salah, ya dagangannya gak akan ada yg mau beli, gak akan laku, , alias no profit.
Ini Railbus kan diserahterimakannya kan kepada Pemkot Solo (mohon koreksi kalau salah). Nah mestinya sih Pemkot Solo buat operator baru aja semacam BLU untuk operasiin RB. Tapi masalahnya kan gak ada yg punya skill n knowledge untuk operasiin RB selain PT KA yg memang ahlinya. Nah kalau seperti itu ceritanya, pemkot Solo outsource saja pengoperasian RB dengan menerapkan pola PPP seperti model busway transjakarta.
Pemkot Solo melalui BLU nya bisa buka tender kepada pihak ketiga. Perkara nanti pesertanya ternyata yg daftar cuman PT KA doang ya tidak masalah. BLU bayar ke PT KA sesuai dengan harga layanan PT KA yg ditenderkan. Sedangkan harga layanan yg dijual kepada masyarakat Solo ya pakai tarif versi pemkot Rp 3000.
Kalau kayak gini kan pembagian tugasnya jelas dan enak. PT KA emang tugasnya nyari profit ya wajar matok harga Rp 30.000, BLU nanti bayar pelayanan kepada PT KA dengan patokan harga Rp 30.000. Sedangkan ke masyarakat BLU mematok tarif Rp 3000. Ini jadi yg subsidi jelas adalah BLU yg kata lainnya pemkot Solo, bukan PT KA. Pemkot membeli layanan dari PT KA pakai harga pasar, pemkot jual layanan ke masyarakat pakai harga TERJANGKAU / SUBSIDI.
Jangan perusahaan yang cari profit yang disuruh subsidi.
The only thing necessary for the triumph of evil is for good man to do nothing.
(Edmund Burke 1729-1797)
(Edmund Burke 1729-1797)