Thread Rating:
  • 0 Vote(s) - 0 Average
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
All About Stasiun Gambir
negara kok terlalu rahasia,sampe2,penumpang KA aja ga boleh liat... Ngakak
[/quote]
Setau gw pagar itu buat meredam suara kalo kereta lewat jadi gak berisik



[/quote]

Bethe ga mungkin, masa rambatan suara bisa terhalang dari pagar terbuka gitu, itu sih emang kedubes usa paranoid aje, kali takut ada yg lempar macem2 ke halaman nye Ngakak
[/quote]

Takutnya ada atapers naik disana,trus,atapers bawa batu,lemparin tuh ke kedubes amrik.. Ngakak
Terus belajar tentang kehidupan dengan Lok Merah Biru , terjun ke masyarakat dengan kereta api adalah cara belajar terbaik.
Reply
Ya silahkan kalo gak percaya Bye Bye
Tepatnya bukan menghilangkan tapi mengurangi rambatan suara sehingga gelombang suaranya terpantul ke arah sebaliknya
Lagian pagar iti bukan sembarang pagar kok,pagar itu dilapisi busa tebal coba aja kalo naek CL eko pas ngebut lewat situ pasti suara yang didengar berbeda dengan yang tanpa pagar
Lagian pagar itu setau gw cuma ada di dekat gondangdia kalo gak salah karena rumah jendral Bethe
sama di masjid istiqlal
Sory gw nubi soalnya hehehe
My Train Frequent Passanger Card

[spoiler]
[/spoiler]
Reply

Trim's juga mas Gege :
Reply
Rada gelap mas...

1. Iya dulu relnya di bawah. Mulai dibangun rel layang sekitar pertengahan tahun 1988 kalau gak salah inget. Berakhir di awal2 tahun 1993 sebagai pengoperasian pertama dilaluin oleh semua KRL Ekonomi (+ 1 KRL Pakuan Bisnis pp kala itu) Jakarta - Bogor pp saja. Kecuali 2 KA diesel, yaitu KA Parahyangan yg mengakhiri perjalanan di Gambir (semula sampai Jakarta Kota) dan KRD Bisnis Jakarta - Kerawang pp.
2. Gambir - Manggarai gak meninggalkan sepetak pun rel KA di bawah pasca pengaktifan rel layang. Itulah yang amat sangat aku pribadi sayangkan. Padahal bisa dimanfaatin buat jalur wisata spt ke Planetarium melalui stasiun Cikini, Gondangdia utk menuju museum Joeang'45, bahkan hingga ke Beos pun melalui st. Juanda utk berwisata rohani ke masjid Istiqlal dan gereja Kathedral bahkan ke Pasar Baroe...
3. Mungkin foto ini bisa membantu, ma'af kalau andai repost yah... :

Pada ke2 foto itu di mana sisi kiri itu rel bawah yang mana kalau mengarah ke depan itu ke arah stasiun Gambir dari arah Manggarai.
Foto ini :

Stasiun Gambir di sebagian sisinya sudah menggunakan logo baru PT. KA...
[/quote]

makasii mas infonya, bermanfaat banget. mgkn ada lagi dari temen2 yang bisa menambahkan dokumen fotonya pembangunan stasiun gambir
Reply
Rel bawah sudah gak tersisa sama sekali... Bahkan konon di samping masjid Istiqlal cuma menyisakan tiang2 jembatan KA.

Kawasan2 yang rawan kemacetan lalin :
1. Jl. Kebon Sirih. Apalagi di depannya ada prapatan Tugu Tani.
2. Silang Monas. Di sini pertemuan antara bus2 Trans Jakarta Koridor 2 dg kendaraan2 umum yg hendak berbelok ke kanan ke arah Kwitang dan Tugu Tani.
3. Sisi selatan stasiun Sawah Besar. Penuh pasar tumpah ruah dan sering jadi pangkalan Mikrolet ke-dari Ps. Baru.
4. Jl. Diponegoro (sisi selatan stasiun Cikini). Bersinggungan dengan prapatan Megaria. Gak terbayang kalau tiap menit kehadang ama perjalanan KA yang melintas. Waktu masih di bawah gak gitu macet karena aku inget bgt di dpn bangunan Percik / Perguruan Cikini masih 2 arah...

Jadi.... kebayang gak kalau andai rel KA masih di bawah dan ada jg yg di atas tapi yg di bawah msh berlaku utk perjalanan KA umum / bukan wisata...??? Sakit

Reply
Rel bawah sudah gak tersisa sama sekali... Bahkan konon di samping masjid Istiqlal cuma menyisakan tiang2 jembatan KA.

Kawasan2 yang rawan kemacetan lalin :
1. Jl. Kebon Sirih. Apalagi di depannya ada prapatan Tugu Tani.
2. Silang Monas. Di sini pertemuan antara bus2 Trans Jakarta Koridor 2 dg kendaraan2 umum yg hendak berbelok ke kanan ke arah Kwitang dan Tugu Tani.
3. Sisi selatan stasiun Sawah Besar. Penuh pasar tumpah ruah dan sering jadi pangkalan Mikrolet ke-dari Ps. Baru.
4. Jl. Diponegoro (sisi selatan stasiun Cikini). Bersinggungan dengan prapatan Megaria. Gak terbayang kalau tiap menit kehadang ama perjalanan KA yang melintas. Waktu masih di bawah gak gitu macet karena aku inget bgt di dpn bangunan Percik / Perguruan Cikini masih 2 arah...

Jadi.... kebayang gak kalau andai rel KA masih di bawah dan ada jg yg di atas tapi yg di bawah msh berlaku utk perjalanan KA umum / bukan wisata...??? Sakit

[/quote]

Yup ga kebayang deh klo rell masih dibawah
Reply
Rel bawah sudah gak tersisa sama sekali... Bahkan konon di samping masjid Istiqlal cuma menyisakan tiang2 jembatan KA.

Kawasan2 yang rawan kemacetan lalin :
1. Jl. Kebon Sirih. Apalagi di depannya ada prapatan Tugu Tani.
2. Silang Monas. Di sini pertemuan antara bus2 Trans Jakarta Koridor 2 dg kendaraan2 umum yg hendak berbelok ke kanan ke arah Kwitang dan Tugu Tani.
3. Sisi selatan stasiun Sawah Besar. Penuh pasar tumpah ruah dan sering jadi pangkalan Mikrolet ke-dari Ps. Baru.
4. Jl. Diponegoro (sisi selatan stasiun Cikini). Bersinggungan dengan prapatan Megaria. Gak terbayang kalau tiap menit kehadang ama perjalanan KA yang melintas. Waktu masih di bawah gak gitu macet karena aku inget bgt di dpn bangunan Percik / Perguruan Cikini masih 2 arah...

Jadi.... kebayang gak kalau andai rel KA masih di bawah dan ada jg yg di atas tapi yg di bawah msh berlaku utk perjalanan KA umum / bukan wisata...??? Sakit

[/quote]

Yup ga kebayang deh klo rell masih dibawah
[/quote]

Macetnya luar biasa ampun dah SakitSekarang saja yg dah di atas ajah kadang2 masih suka macet, palagi dibawah ya? Bingung Bethe Sakit

Tambah foto-foto di stasiun GMR
[spoiler] [/spoiler]
Reply
Rindu sama stasiun Gambir, pertama kalinya nginjek Sta Gambir bener2 kaya orang desa, keren aja Stasiun ada eskalatornya terus ternyata peronnya di atas.
kaga bisa ditemuin dah di daerah jawa....

SEBELUM MENUTUP MATA INI IJINKAN AKU TUHAN MELIHAT SEMUA JALUR MATI DI JAWA HIDUP KEMBALI. AMIN

Reply
Kalau perlu 4 jalur tambahan... 2 utk langsiran lok yg mau pindah posisi dan 2 lagi utk langsiran rangkaian KA yang noatebe dilaluin KRL Ekonomi dan dahulu Ekonomi AC...Bethe
Soalnya Gambri dahului wkt masih di bawah konon juga cuma punya 4 jalur... Tapi jangan bayangin kepadatannya... Khan blm ada rangkaian KA Klas Argo... Jadi Fajar Utama dan Senja Utama pun masih bebas melanglang buana melalui stasiun ini...

Reply
Kalau perlu 4 jalur tambahan... 2 utk langsiran lok yg mau pindah posisi dan 2 lagi utk langsiran rangkaian KA yang noatebe dilaluin KRL Ekonomi dan dahulu Ekonomi AC...Bethe
Soalnya Gambri dahului wkt masih di bawah konon juga cuma punya 4 jalur... Tapi jangan bayangin kepadatannya... Khan blm ada rangkaian KA Klas Argo... Jadi Fajar Utama dan Senja Utama pun masih bebas melanglang buana melalui stasiun ini...
[/quote]

tampaknya merenovasi gambir menyelesaikan 1 masalah yaitu macet di tiap2 pjl sepanjang lintas JAKK-GMR-MRI jadi berkurang, walaupun pada kenyataannya tidak berkurang drastis, macet tetap aja ada di jalan yg pernah dilintasi rel di sepanjang lintas tersebut.

tapi masalah baru justru timbul, yaitu dengan "memiskinkan" jalur rel di gambir menjadi 4, justru trafiknya sejak dielevasi smp skrg malah tambah padat sehingga 4 jalur yg ada malah tidak memadai. mungkin ini faktor X yg tidak diperhitungkan waktu mendesain jumlah jalur KA di gmr. ditambah lagi kebijakan waktu itu dengan memindahkan stasiun keberangkatan awal bbrp kereta dari jakarta kota ke gambir (khusus yg via GMR-MRI)

akhirnya bbrp kereta terpaksa "dibuang" ke pasar senen. liat bebannya pasar senen sekarang pada pagi, siang, sore sampai menjelang malam.

sekalipun nantinya manggarai menjadi semcam pusat kedatangan dan keberangkatan kereta api jarak menengah dan jauh plus dengan program DDTnya, mungkin ada baiknya jumlah sepur di gambir ditambah dari 4 menjadi 6 ato 8. Lalu memindahkan ruang PPKA dari utara ke selatan, karena sering kali masinis dan kondektur terhalang pandangannya untuk melihat semboyan dari PPKA.

Masalah desain perluasan gambir, kita ndak usah bingung lah, orang2 kereta api cerdas, pintar dan kreatif. masalah klasik yg timbul ya hanya masalah DUIT alias DANA.

Ternyata di jaman sekarang kebutuhan akan angkutan kereta api malah bertambah pesat ya

Murtini

Lahir: Purwokerto, 12 Desember 1950
Wafat: Jakarta, 17 Juli 2012

Selamat jalan mama. Kelak kita akan bertemu kembali.

Semboyan 40, 41, mama aman berangkat.
Reply


Forum Jump:


Users browsing this thread: 1 Guest(s)