Thread Rating:
  • 0 Vote(s) - 0 Average
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
Perkembangan Pembangunan Kembali Perkeretaapaian di Aceh
#41
Wah sayang banget jadi bongkar pasang gitu banyak biaya yg dibuang. Kenapa tahap awal tidak membangun dengan daerah/wilayah yg udah ada keretanya, misal perbatasan dengan medan. Meski lebar rel beda setidaknya masih nyambung kalo mau pindah kereta. Mudah2an tidak makin berpolemik soal kereta di aceh ini, dan pemerintah daerah seharusnya seirama menyoal pengadaan kereta ini dan tidak menakut2i sebagi mesin pembunuh baru Bingung
Reply
#42
Kelihatannya perkembangan perkeretaapian di Aceh sepertinya jalan ditempat,saya baru-baru ini melewati kota loksumawe sepertinya jalur ka nya sama aja yg ada di foto ini dengan yang saya lihat.
Reply
#43
Sekarang gimana kabarnya jalur Kereta Api di Aceh, apakan udah selesai masalah yang dihadapi?
Mudah-mudahan sih masih berlanjut pembangunannya dan selesai sesuai rencana.

Pengin naik kereta ke Pangandaran lagi
Jalur hidup bisa mati, tapi jalur yang mati lebih baik dihidupkan lagi
Reply
#44
Kalo orang sana mang ogah2an ya bongkar aja sekalian. Buat aja Trans Sumatra exclude NAD, biar NAD tetep naek angkot n becak aja. Rel yg sudah dipasang pindahin aja ke proyek lainnya.
Reply
#45
ya kalau disana di tolak masyarakat dan aparat setempat, bawa aja itu rel dan bantalan berikut kedaerah lain yg membutuhkan, simple lah, sayah rasa banyak provinsi mau menerimanya
Terdampar di Purwokerto setahun gara-gara proyek fiber optik Jateng ga kelarMarah
Reply
#46
Memang pembangunan kereta di aceh ada sangkut pautnya dengan Jakarta, kayaknya perlu pendekatan khusus, Aceh jaman dulu sebelum jatuh ke tangan Belanda mempunyai kedekatan dengan ulama, saya yakin sekarang juga pasti mereka mempunyai tokoh masyarakat yang dihormati, tidak ada pembangunan yang tanpa hambatan, sekarang memang dalam kondisi yang tidak mudah untuk menghadirkan perkeretaapian di Aceh, setelah lebih kurang 40-an tahun hilang? Perlu sosialisasi, apa manfaatnya bagi mereka, mungkin diberikan hitung-hitungan ekonomi juga, penolakan terjadi juga pada saat akan dioperasikan komuter Surabaya-Sidoarjo, harus disikapi dengan bijaksana dan hati-hati, suara penolakan belum tentu suara mayoritas, penolakan juga karena ranah ekonomi sebagian masyarakat terganggu misal jasa angkutan. Kebijakan perekeretaapian aceh salah satu upaya pemerataan pembangunan dan meredam gejolak, yang selama ini Aceh sebagai penyumbang gas terbesar Indonesia. Jika mereka sudah merasakan manfaatnya, pasti mereka tentu mencintainya.
Reply
#47
Sayang bangget ada acara bongkar pasang segala.. mubazir tuh uang yang di buang-buang..
TUT TUT.. KOBONG..!!




~Presjam~
Reply
#48
Kalo tak salah aceh dulu pakai rel 750 mm, terus waktu jaman habibi dibuat lagi dengan lebar standar 1435. Jadi nanti ada dua peron di stasiun penggantian. kalau kereta penumpang ya pindah kereta (seperti stassiun jogja, solo dan kedungjati jaman belanda dulu) tapi mungkin jadi ribet harus pindah2 barang, kalau di negara dengan lalu lintas ramai (seperti pindah gauge antara rusia dan eropa yang lebar treknya beda), gerbongnya yang diangkat terus dipindah ke bogie yang sesuai. Jadi penumpang tetap naik kereta yang sama, bogienya yang ganti. Jadi harus ada crane diantara peron. kalau gerbong barang ya ganti bogie. kontainernya yang diangkat pakai crane pindah ke flatcar baru. asyik banget tuh.
RF Nashiruddin, telah menjadi warga Semboyan35, Indonesian Railfans sejak Aug 2010.
Reply
#49
Saya pernah dengar, diam-diam katanya KRDI di Aceh sudah beroperasi. Apa benar?
Reply
#50
Meskipun diam-diam beroperasi, itu lebih baik,agar prasarana dan sarananya tidak rusak, jika beroperasi pasti ada pengecekan, pengawasan dan sebagainya. Sehingga ada kontrol kelayakan operasinya, yang tentu saja dilakukan perawatan.
Reply


Forum Jump:


Users browsing this thread: