Thread Rating:
  • 0 Vote(s) - 0 Average
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
[ASK] Pantaskah kita memberi statement seperti ini ?
#71
Maaf, ni kok jadi ngelantur to,,,:
Reply
#72

Mencoba berbagi pandangan ya, Om....
Kalo sekarang harga tiket KA yg mahal itu pasti ada sebabnya. Yg saya tau setiap moda transportasi angkutan umum soal besaran tarif dan besaran margin profit itu sdh diatur oleh Kementrian Perhubungan. Lha kalo sekarang harga tiket KA sdh mahal & dari Kementrian Perhubungan koq nggak ada tanda2 protes ke operator sarana meskipun masih merupakan badan usaha milik negara, berarti Kementerian Perhubungan melegalkan harga tersebut dong. Jd saya pikir akan lebih tepat sasaran kalo mengungkapkan persoalan harganya justru ke pihak regulator ketimbang ke operator sarana dech... Siapa tau margin profitnya terlalu gede.


Sebenarnya kalimat yg saya BOLD diatas bisa sama2 kita hitung kalo ada yg tau harga pokok produksi K3 versi PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Misal saja KA Progo harusnya per seat dikenai harga Rp 100.000,- sekali jalan. Selisih kurang dr harga yg tertulis di tiket KA tsb yg harus disediakan Pemerintah dlm bentuk PSO. Kalo HPP nya udah ketahuan kan mudah tuch ngitungnya apalg skrg dibuat single price. Nah yg jd pertanyaan saya, apakah udah ada usaha RF yg berani sampai ke meja Dirut minta price list tiket K3 tahun 2012 ini....? Lha kalo pengadaan K3AC Split itu biayanya dr utang Bank gimana tuch....?
"Everyone can train..." #sloganoperatorsepoertempodoeloe







Reply
#73

Pada tahun 2004, LIPI melakukan survey dengan judul 'Analisis studi kasus pelayanan pada PT KA'. untuk download file pdf hasil survey tersebut, silahkan klik di . Kesimpulan dari hasil survey LIPI pada tahun 2004 menyatakan bahwa PT KA kurang memberikan pelayanan jasa yang baik terhadap konsumen. atau dengan kata lain konsumen tidak puas dengan pelayanan PT KA.

kemudian pada tahun 2011, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma melakukan survey dengan judul 'Kepuasan pelanggan terhadap jasa pelayanan PT KA' terhadap 400 penumpang/responden KA yang berangkat dari stasiun surabaya gubeng. 400 penumpang tersebut terdiri dari 66 orang kelas eksekutif, 134 orang kelas bisnis dan 200 orang kelas ekonomi. hasil riset nya:

cara membaca data di atas, contoh untuk indikator kebersihan stasiun sebesar 0.45, artinya tingkat kepuasan terhadap kebersihan toilet adalah 45%.
- kesimpulan dari hasil survey Universitas Gunadarma pada tahun 2011 :
Kepuasan pelanggan atau konsumen terhadap suatu produk atau layanan sebenarnya adalah sesuatu yang tidak mudah dirumuskan dan diukur skala tinggi rendahnya. Untuk produk atau layanan dengan kualitas yang sama, dapat memberikan tingkat kepuasan yang berbeda bagi konsumen yang berbeda. Berdasarkan tinjauan riset, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan pelanggan cukup puas ( 51.47% ) menggunakan kereta api. angka 51.47% adalah angka rata-rata dari seluruh indikator tingkat kepuasan pada table di atas.
- saran dari hasil survey untuk PT KA:
Sebaiknya dalam meningkatkan pelayanan terhadap para konsumen/ pelanggan PT KA, harus memperhatikan aspek-aspek seperti kebersihan, kenyamanan, serta kualitas dari pelayanan tersebut, agar konsumen bersedia menjadi pelanggan tetap dari PT KA.
- ditemukan kekurangan/kelemahan :
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa product development strategy akan mencapai ekuilibrium antara transportasi, permintaan dan penawaran. Fasilitas transportasi seharusnya dapat memenuhi perkembangan kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Ditemukan juga bahwa terdapat ketidakcocokan antara penyampaian jasa layanan dengan janji yang diberikan perusahaan melalui promosi-promosi sebagai salah satu akibat ketidakpuasan pelanggan/konsumen.
- dari hasil survey Universitas Gunadarma tahun 2011 juga diungkap alasan dari para konsumen memilih kereta api :



>>> dari hasil penelitian LIPI tahun 2004 disimpulkan konsumen tidak puas (alias kecewa) terhadap pelayanan kereta api, kemudian dari hasil penelitian Univesitas Gundarma pada tahun 2011 disimpulkan ada peningkatan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan kereta api, walaupun belum sampai pada kategori tingkat puas/sangat puas.
RF spoor_jadul, telah menjadi warga Semboyan35, Indonesian Railfans sejak Jul 2010.
Reply
#74
Lah iya ane bingung kpn menghujatnya ya? Katane saya menghujat? Hehehe.
Punya bukti saya menghujat? Hehehe

Saya emg pendek mas Tersenyuum tp slalu mensyukuri apa yg d atas beri hehehe Big Grin

Jgn ngumpet mulu mas wahahaha.XD
Ketika anda berniat mencari pengetahuan atau ilmu, yang harus anda lakukan adalah membaca, mencari informasi, mendengar diskusi, dan memberi pendapat yang logis. Dan itulah gunanya forum :3.

Apakah Hibernasi bisa menghasilkan ilmu dan informasi? Semua orang pun tau jawabannya...

Hibernasi いみは ねていきます. XDa
l


Reply
#75

menurut sy berdasarkan kedua survei tersebut belum bisa menunjukan peningkatan kepuasan PNP.. karena perbedaan variable dan materi pertanyaan yang di sampaikan ... ga masalah beda lembaga asal materi variablenya sama bobotnya.. tapi bisa disimpulkan secara garis besar ada peningkatan
koleksi jepretan ane



me whit ss-2v5 PInDAD
Reply
#76

Pada tahun 2004, LIPI melakukan survey dengan judul 'Analisis studi kasus pelayanan pada PT KA'. untuk download file pdf hasil survey tersebut, silahkan klik di . Kesimpulan dari hasil survey LIPI pada tahun 2004 menyatakan bahwa PT KA kurang memberikan pelayanan jasa yang baik terhadap konsumen. atau dengan kata lain konsumen tidak puas dengan pelayanan PT KA.

kemudian pada tahun 2011, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma melakukan survey dengan judul 'Kepuasan pelanggan terhadap jasa pelayanan PT KA' terhadap 400 penumpang/responden KA yang berangkat dari stasiun surabaya gubeng. 400 penumpang tersebut terdiri dari 66 orang kelas eksekutif, 134 orang kelas bisnis dan 200 orang kelas ekonomi. hasil riset nya:

cara membaca data di atas, contoh untuk indikator kebersihan stasiun sebesar 0.45, artinya tingkat kepuasan terhadap kebersihan toilet adalah 45%.
- kesimpulan dari hasil survey Universitas Gunadarma pada tahun 2011 :
Kepuasan pelanggan atau konsumen terhadap suatu produk atau layanan sebenarnya adalah sesuatu yang tidak mudah dirumuskan dan diukur skala tinggi rendahnya. Untuk produk atau layanan dengan kualitas yang sama, dapat memberikan tingkat kepuasan yang berbeda bagi konsumen yang berbeda. Berdasarkan tinjauan riset, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan pelanggan cukup puas ( 51.47% ) menggunakan kereta api. angka 51.47% adalah angka rata-rata dari seluruh indikator tingkat kepuasan pada table di atas.
- saran dari hasil survey untuk PT KA:
Sebaiknya dalam meningkatkan pelayanan terhadap para konsumen/ pelanggan PT KA, harus memperhatikan aspek-aspek seperti kebersihan, kenyamanan, serta kualitas dari pelayanan tersebut, agar konsumen bersedia menjadi pelanggan tetap dari PT KA.
- ditemukan kekurangan/kelemahan :
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa product development strategy akan mencapai ekuilibrium antara transportasi, permintaan dan penawaran. Fasilitas transportasi seharusnya dapat memenuhi perkembangan kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Ditemukan juga bahwa terdapat ketidakcocokan antara penyampaian jasa layanan dengan janji yang diberikan perusahaan melalui promosi-promosi sebagai salah satu akibat ketidakpuasan pelanggan/konsumen.
- dari hasil survey Universitas Gunadarma tahun 2011 juga diungkap alasan dari para konsumen memilih kereta api :



>>> dari hasil penelitian LIPI tahun 2004 disimpulkan konsumen tidak puas (alias kecewa) terhadap pelayanan kereta api, kemudian dari hasil penelitian Univesitas Gundarma pada tahun 2011 disimpulkan ada peningkatan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan kereta api, walaupun belum sampai pada kategori tingkat puas/sangat puas.
[/quote]

Kang, yg ditanyain kan kemudahan akses kang, bukan pelayanan yg dlm arti literal (kebersihan, kenyamanan & fasilitas ruang publik) yg dimaksud kang, tp yg gw tangkep & kepikiran bener adanya adl kemudahan dlm hal laen.
Kemajuan untuk kemudahan ruang publik emang uda banyak kemajuan, dr peron tinggi, trus pintu masuk & kluar yg uda banyak dipisah & diperlebar, bahkan sampe bantuan untuk lansia & orang2 disable berupa wheel chair uda ada itu memank 2 thumbs up, tp soal ticketing & kalo toh memank mau ada pelayanan yg dipertanyakan adl soal tuslah.

Soal kemudahan mendapatkan tiket, bantuan mempermudah penyaluran ticket dr operator lewan agen, mini market, kantor post & call center emank suatu peningkatan, tp kalo stasiun sampe 'lepas tangan' ga mo ngelayanin tiket reservasi lg ya itu kan namanya uda + malah di - lg, mending kalo emang via non loket harganya ga dikenain charge, di CN dari dulu dikeluhkan gara2 kalo ruang loket pindah tangan ke agen slalu ga ada pemberitauan, masalahnya ada di pengenaan charge yg dianggep tiba2 (krn smua pengantri pikir loket reservasi masi disana) biar dikata cuma ceban, tp itu berarti kalo dlm kasus skrang ini penumpang K3 kan jelas terbeban. Call center pun transaksi bankingnya bisa dilakukannya masi limited bank nya, smentara waktu transaksinya kan cuma dikasi 3 jam, beda kalo bank nya yg diikat kerja sama uda dg bank yg uda merakyat spt B*A mungkin sklipun harus kena charge masi ada pertimbangan laen dr orang2.

Slaen itu kemudahan yg dimaksud disini kayak yg disebut kang dedy vh, penumpang dr daerah butuh moda yg terintegrasi scara langsung, uda mudah sblom ini KRL masi brenti normal di GMR & PSE penumpang bisa efisien turun KA jarak jauh pulang ke bodetabek ga sulit, ini bukan cuma KRL (emank untuk GMR kan kayak yg ente bilang bnernya uda sala peruntukan, dg pertimbangan beban mungkin kebijakan ini dipertimbangin untuk trasnsisi & mencegah beban yg berlebih pd konstruksi dg okupansi K1 GMR yg bgitu besar) tp knapa PSE jg harus kena?
Apalagi barusan aja ada update kebijakan di DAOP 2 kalo lokal PWK-CB dibuat melintas langsung di RCK, HRP & CCL, katanya mencegah penumpukan penumpang (yg ini masi bisa diterima nalar) & mencegah kambing, herannya RF sana pun meliat justru kalo yg rawan kambing diantara 3 sta itu justru cuma HRP & yg rawan lg itu GK, CTH, CIR ma CMK malah ga diantisipasi, sklipun emang ada penumpukan & penumpang masi bisa pake baraya ato pattas, tp gmana penumpang ke PWK ato CB?
Jlas harga mandra masi menang maka masi dibutuhkan warga, bukan cuma 1 trip yg di suru melintas langsung, tp 1 loop penuh & itu ga memberikan kemudahan sama skali buat penumpang. Omprengan aja ada yg ga perlu pindah buat ke CB, smentara klo pake kereta skrang kudu ke KAC dl nyambung (iya jg kalo masi keburu), pdhl orang DAOP 2 sndiri bilang palingan penumpukan penumpang yg dimaksud itu cuma terjadi skli buat yg PWK-CB nya sore2, ga tepat klo CB-PWK nya jd tumbal ls jg, itu problem


Mencoba berbagi pandangan ya, Om....
Kalo sekarang harga tiket KA yg mahal itu pasti ada sebabnya. Yg saya tau setiap moda transportasi angkutan umum soal besaran tarif dan besaran margin profit itu sdh diatur oleh Kementrian Perhubungan. Lha kalo sekarang harga tiket KA sdh mahal & dari Kementrian Perhubungan koq nggak ada tanda2 protes ke operator sarana meskipun masih merupakan badan usaha milik negara, berarti Kementerian Perhubungan melegalkan harga tersebut dong. Jd saya pikir akan lebih tepat sasaran kalo mengungkapkan persoalan harganya justru ke pihak regulator ketimbang ke operator sarana dech... Siapa tau margin profitnya terlalu gede.


Sebenarnya kalimat yg saya BOLD diatas bisa sama2 kita hitung kalo ada yg tau harga pokok produksi K3 versi PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Misal saja KA Progo harusnya per seat dikenai harga Rp 100.000,- sekali jalan. Selisih kurang dr harga yg tertulis di tiket KA tsb yg harus disediakan Pemerintah dlm bentuk PSO. Kalo HPP nya udah ketahuan kan mudah tuch ngitungnya apalg skrg dibuat single price. Nah yg jd pertanyaan saya, apakah udah ada usaha RF yg berani sampai ke meja Dirut minta price list tiket K3 tahun 2012 ini....? Lha kalo pengadaan K3AC Split itu biayanya dr utang Bank gimana tuch....?
[/quote]

Ya si, klo soal kemahalan emank kliatannya direct krn tuntutan pemerintah minta profit ketinggian (krn bahasa halus dr stephanie bilang, pemerintah qta tangannya tlalu bersih, kalo ada yg ga enak mreka cuma buang muka aja) ga sesuai ma budget yg orang bisa dpt rata2.
Tp apa kalo soal itungan PSO bserta penggunaannya buat perawatan dll itu kalo sebutlah cuma spt itu asumsinya, bner serupa realita nya? Krn kan soal angka2 rumit bgitu sama aja ma accounting, meleset sdikit bisa beda jauh pembagiannya (walopun bnernya ini gw ogah maen2an sama angka yg skian malesinnya amit2)
Ngeledek

Kalo soal ada ngga nya RF yg coba tembusin request ini ke pihak terkait si gw menalarkan mungkin banyakan yg putus asa lebi dulu kali yak, scara orang2 pemilik kedudukan di tempat qta uda terlalu banyak yg sok sibuk sama urusan mereka, disamping itu kliatannya kalo uda urusan angka2 rumit bgitu apa bukan dilabel sbg confidential sama mereka, masa ya akan dipublish bener2 kalo toh direquest?
Apalagi ya spt yg ente bilang kang, blom menjadi masalah buat mereka & blom diangkat sampe ke berita bner2, dlm keadaan damai tentram bgitu buat mereka apa bner mereka mau ngurusin request rakyat doank
No offense, paradigma itu lebi sering bersifat real
Reply
#77
RE: [ASK] Pantaskah kita memberi statement seperti ini ? - Andrew_CN - Hari ini 15:16 PM

(Hari ini 10:54 AM)spoor_jadul Wrote:

(Kemarin 22:58 PM)we supratman Wrote: secara bisnis dan finansial betul sekali ... tapi kalo dr segi kemudahan (pelayanan) ?? penumpangnya lebih banyak puas ato kecewa??


Pada tahun 2004, LIPI melakukan survey dengan judul 'Analisis studi kasus pelayanan pada PT KA'. untuk download file pdf hasil survey tersebut, silahkan klik di sini. Kesimpulan dari hasil survey LIPI pada tahun 2004 menyatakan bahwa PT KA kurang memberikan pelayanan jasa yang baik terhadap konsumen. atau dengan kata lain konsumen tidak puas dengan pelayanan PT KA.

kemudian pada tahun 2011, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma melakukan survey dengan judul 'Kepuasan pelanggan terhadap jasa pelayanan PT KA' terhadap 400 penumpang/responden KA yang berangkat dari stasiun surabaya gubeng. 400 penumpang tersebut terdiri dari 66 orang kelas eksekutif, 134 orang kelas bisnis dan 200 orang kelas ekonomi. hasil riset nya:

cara membaca data di atas, contoh untuk indikator kebersihan stasiun sebesar 0.45, artinya tingkat kepuasan terhadap kebersihan toilet adalah 45%.
- kesimpulan dari hasil survey Universitas Gunadarma pada tahun 2011 :
Kepuasan pelanggan atau konsumen terhadap suatu produk atau layanan sebenarnya adalah sesuatu yang tidak mudah dirumuskan dan diukur skala tinggi rendahnya. Untuk produk atau layanan dengan kualitas yang sama, dapat memberikan tingkat kepuasan yang berbeda bagi konsumen yang berbeda. Berdasarkan tinjauan riset, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan pelanggan cukup puas ( 51.47% ) menggunakan kereta api. angka 51.47% adalah angka rata-rata dari seluruh indikator tingkat kepuasan pada table di atas.
- saran dari hasil survey untuk PT KA:
Sebaiknya dalam meningkatkan pelayanan terhadap para konsumen/ pelanggan PT KA, harus memperhatikan aspek-aspek seperti kebersihan, kenyamanan, serta kualitas dari pelayanan tersebut, agar konsumen bersedia menjadi pelanggan tetap dari PT KA.
- ditemukan kekurangan/kelemahan :
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa product development strategy akan mencapai ekuilibrium antara transportasi, permintaan dan penawaran. Fasilitas transportasi seharusnya dapat memenuhi perkembangan kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Ditemukan juga bahwa terdapat ketidakcocokan antara penyampaian jasa layanan dengan janji yang diberikan perusahaan melalui promosi-promosi sebagai salah satu akibat ketidakpuasan pelanggan/konsumen.
- dari hasil survey Universitas Gunadarma tahun 2011 juga diungkap alasan dari para konsumen memilih kereta api :



>>> dari hasil penelitian LIPI tahun 2004 disimpulkan konsumen tidak puas (alias kecewa) terhadap pelayanan kereta api, kemudian dari hasil penelitian Univesitas Gundarma pada tahun 2011 disimpulkan ada peningkatan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan kereta api, walaupun belum sampai pada kategori tingkat puas/sangat puas.


Kang, yg ditanyain kan kemudahan akses kang, bukan pelayanan yg dlm arti literal (kebersihan, kenyamanan & fasilitas ruang publik) yg dimaksud kang, tp yg gw tangkep & kepikiran bener adanya adl kemudahan dlm hal laen.
Kemajuan untuk kemudahan ruang publik emang uda banyak kemajuan, dr peron tinggi, trus pintu masuk & kluar yg uda banyak dipisah & diperlebar, bahkan sampe bantuan untuk lansia & orang2 disable berupa wheel chair uda ada itu memank 2 thumbs up, tp soal ticketing & kalo toh memank mau ada pelayanan yg dipertanyakan adl soal tuslah.

Soal kemudahan mendapatkan tiket, bantuan mempermudah penyaluran ticket dr operator lewan agen, mini market, kantor post & call center emank suatu peningkatan, tp kalo stasiun sampe 'lepas tangan' ga mo ngelayanin tiket reservasi lg ya itu kan namanya uda + malah di - lg, mending kalo emang via non loket harganya ga dikenain charge, di CN dari dulu dikeluhkan gara2 kalo ruang loket pindah tangan ke agen slalu ga ada pemberitauan, masalahnya ada di pengenaan charge yg dianggep tiba2 (krn smua pengantri pikir loket reservasi masi disana) biar dikata cuma ceban, tp itu berarti kalo dlm kasus skrang ini penumpang K3 kan jelas terbeban. Call center pun transaksi bankingnya bisa dilakukannya masi limited bank nya, smentara waktu transaksinya kan cuma dikasi 3 jam, beda kalo bank nya yg diikat kerja sama uda dg bank yg uda merakyat spt B*A mungkin sklipun harus kena charge masi ada pertimbangan laen dr orang2.

Slaen itu kemudahan yg dimaksud disini kayak yg disebut kang dedy vh, penumpang dr daerah butuh moda yg terintegrasi scara langsung, uda mudah sblom ini KRL masi brenti normal di GMR & PSE penumpang bisa efisien turun KA jarak jauh pulang ke bodetabek ga sulit, ini bukan cuma KRL (emank untuk GMR kan kayak yg ente bilang bnernya uda sala peruntukan, dg pertimbangan beban mungkin kebijakan ini dipertimbangin untuk trasnsisi & mencegah beban yg berlebih pd konstruksi dg okupansi K1 GMR yg bgitu besar) tp knapa PSE jg harus kena?
Apalagi barusan aja ada update kebijakan di DAOP 2 kalo lokal PWK-CB dibuat melintas langsung di RCK, HRP & CCL, katanya mencegah penumpukan penumpang (yg ini masi bisa diterima nalar) & mencegah kambing, herannya RF sana pun meliat justru kalo yg rawan kambing diantara 3 sta itu justru cuma HRP & yg rawan lg itu GK, CTH, CIR ma CMK malah ga diantisipasi, sklipun emang ada penumpukan & penumpang masi bisa pake baraya ato pattas, tp gmana penumpang ke PWK ato CB?
Jlas harga mandra masi menang maka masi dibutuhkan warga, bukan cuma 1 trip yg di suru melintas langsung, tp 1 loop penuh & itu ga memberikan kemudahan sama skali buat penumpang. Omprengan aja ada yg ga perlu pindah buat ke CB, smentara klo pake kereta skrang kudu ke KAC dl nyambung (iya jg kalo masi keburu), pdhl orang DAOP 2 sndiri bilang palingan penumpukan penumpang yg dimaksud itu cuma terjadi skli buat yg PWK-CB nya sore2, ga tepat klo CB-PWK nya jd tumbal ls jg, itu problem

Maaf gan...sekedar mengkritisi hasil survey di atas.
Ni survey variabel nya apa aja gan??? Apakah cuma variabel pengaruhnya reliability, tangible, responsivenes, assurance, emphaty?? ataukah ada variabel lain??? angka pengaruh simultan nya berapa (R2)??? dan error (miu) nya berapa?? Klo error (miu) lumayan gde berati ada variabel lain yg belom dimasukkan, misalnya harga dsb yg berkaitan dg kepuasan pelanggan KA.

RE: [ASK] Pantaskah kita memberi statement seperti ini ? - Andrew_CN - Hari ini 15:16 PM

(Hari ini 10:54 AM)spoor_jadul Wrote:

(Kemarin 22:58 PM)we supratman Wrote: secara bisnis dan finansial betul sekali ... tapi kalo dr segi kemudahan (pelayanan) ?? penumpangnya lebih banyak puas ato kecewa??


Pada tahun 2004, LIPI melakukan survey dengan judul 'Analisis studi kasus pelayanan pada PT KA'. untuk download file pdf hasil survey tersebut, silahkan klik di sini. Kesimpulan dari hasil survey LIPI pada tahun 2004 menyatakan bahwa PT KA kurang memberikan pelayanan jasa yang baik terhadap konsumen. atau dengan kata lain konsumen tidak puas dengan pelayanan PT KA.

kemudian pada tahun 2011, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma melakukan survey dengan judul 'Kepuasan pelanggan terhadap jasa pelayanan PT KA' terhadap 400 penumpang/responden KA yang berangkat dari stasiun surabaya gubeng. 400 penumpang tersebut terdiri dari 66 orang kelas eksekutif, 134 orang kelas bisnis dan 200 orang kelas ekonomi. hasil riset nya:

cara membaca data di atas, contoh untuk indikator kebersihan stasiun sebesar 0.45, artinya tingkat kepuasan terhadap kebersihan toilet adalah 45%.
- kesimpulan dari hasil survey Universitas Gunadarma pada tahun 2011 :
Kepuasan pelanggan atau konsumen terhadap suatu produk atau layanan sebenarnya adalah sesuatu yang tidak mudah dirumuskan dan diukur skala tinggi rendahnya. Untuk produk atau layanan dengan kualitas yang sama, dapat memberikan tingkat kepuasan yang berbeda bagi konsumen yang berbeda. Berdasarkan tinjauan riset, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan pelanggan cukup puas ( 51.47% ) menggunakan kereta api. angka 51.47% adalah angka rata-rata dari seluruh indikator tingkat kepuasan pada table di atas.
- saran dari hasil survey untuk PT KA:
Sebaiknya dalam meningkatkan pelayanan terhadap para konsumen/ pelanggan PT KA, harus memperhatikan aspek-aspek seperti kebersihan, kenyamanan, serta kualitas dari pelayanan tersebut, agar konsumen bersedia menjadi pelanggan tetap dari PT KA.
- ditemukan kekurangan/kelemahan :
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa product development strategy akan mencapai ekuilibrium antara transportasi, permintaan dan penawaran. Fasilitas transportasi seharusnya dapat memenuhi perkembangan kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Ditemukan juga bahwa terdapat ketidakcocokan antara penyampaian jasa layanan dengan janji yang diberikan perusahaan melalui promosi-promosi sebagai salah satu akibat ketidakpuasan pelanggan/konsumen.
- dari hasil survey Universitas Gunadarma tahun 2011 juga diungkap alasan dari para konsumen memilih kereta api :



>>> dari hasil penelitian LIPI tahun 2004 disimpulkan konsumen tidak puas (alias kecewa) terhadap pelayanan kereta api, kemudian dari hasil penelitian Univesitas Gundarma pada tahun 2011 disimpulkan ada peningkatan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan kereta api, walaupun belum sampai pada kategori tingkat puas/sangat puas.


Kang, yg ditanyain kan kemudahan akses kang, bukan pelayanan yg dlm arti literal (kebersihan, kenyamanan & fasilitas ruang publik) yg dimaksud kang, tp yg gw tangkep & kepikiran bener adanya adl kemudahan dlm hal laen.
Kemajuan untuk kemudahan ruang publik emang uda banyak kemajuan, dr peron tinggi, trus pintu masuk & kluar yg uda banyak dipisah & diperlebar, bahkan sampe bantuan untuk lansia & orang2 disable berupa wheel chair uda ada itu memank 2 thumbs up, tp soal ticketing & kalo toh memank mau ada pelayanan yg dipertanyakan adl soal tuslah.

Soal kemudahan mendapatkan tiket, bantuan mempermudah penyaluran ticket dr operator lewan agen, mini market, kantor post & call center emank suatu peningkatan, tp kalo stasiun sampe 'lepas tangan' ga mo ngelayanin tiket reservasi lg ya itu kan namanya uda + malah di - lg, mending kalo emang via non loket harganya ga dikenain charge, di CN dari dulu dikeluhkan gara2 kalo ruang loket pindah tangan ke agen slalu ga ada pemberitauan, masalahnya ada di pengenaan charge yg dianggep tiba2 (krn smua pengantri pikir loket reservasi masi disana) biar dikata cuma ceban, tp itu berarti kalo dlm kasus skrang ini penumpang K3 kan jelas terbeban. Call center pun transaksi bankingnya bisa dilakukannya masi limited bank nya, smentara waktu transaksinya kan cuma dikasi 3 jam, beda kalo bank nya yg diikat kerja sama uda dg bank yg uda merakyat spt B*A mungkin sklipun harus kena charge masi ada pertimbangan laen dr orang2.

Slaen itu kemudahan yg dimaksud disini kayak yg disebut kang dedy vh, penumpang dr daerah butuh moda yg terintegrasi scara langsung, uda mudah sblom ini KRL masi brenti normal di GMR & PSE penumpang bisa efisien turun KA jarak jauh pulang ke bodetabek ga sulit, ini bukan cuma KRL (emank untuk GMR kan kayak yg ente bilang bnernya uda sala peruntukan, dg pertimbangan beban mungkin kebijakan ini dipertimbangin untuk trasnsisi & mencegah beban yg berlebih pd konstruksi dg okupansi K1 GMR yg bgitu besar) tp knapa PSE jg harus kena?
Apalagi barusan aja ada update kebijakan di DAOP 2 kalo lokal PWK-CB dibuat melintas langsung di RCK, HRP & CCL, katanya mencegah penumpukan penumpang (yg ini masi bisa diterima nalar) & mencegah kambing, herannya RF sana pun meliat justru kalo yg rawan kambing diantara 3 sta itu justru cuma HRP & yg rawan lg itu GK, CTH, CIR ma CMK malah ga diantisipasi, sklipun emang ada penumpukan & penumpang masi bisa pake baraya ato pattas, tp gmana penumpang ke PWK ato CB?
Jlas harga mandra masi menang maka masi dibutuhkan warga, bukan cuma 1 trip yg di suru melintas langsung, tp 1 loop penuh & itu ga memberikan kemudahan sama skali buat penumpang. Omprengan aja ada yg ga perlu pindah buat ke CB, smentara klo pake kereta skrang kudu ke KAC dl nyambung (iya jg kalo masi keburu), pdhl orang DAOP 2 sndiri bilang palingan penumpukan penumpang yg dimaksud itu cuma terjadi skli buat yg PWK-CB nya sore2, ga tepat klo CB-PWK nya jd tumbal ls jg, itu problem

Maaf gan...sekedar mengkritisi hasil survey di atas.
Ni survey variabel nya apa aja gan??? Apakah cuma variabel pengaruhnya reliability, tangible, responsivenes, assurance, emphaty?? ataukah ada variabel lain??? angka pengaruh simultan nya berapa (R2)??? dan error (miu) nya berapa?? Klo error (miu) lumayan gde berati ada variabel lain yg belom dimasukkan, misalnya harga dsb yg berkaitan dg kepuasan pelanggan KA. Ane pernah baca laporan skripshit tentang kepuasan pelanggan salah satu maskapai argo karet yg bermarkas di WNG yg intinya harga punya pengaruh dalam menentukan kepuasan pelanggan.
Tag Kereta Lebih Baik
Roda Tebang
Reply
#78
Di era SBY, banyak sekali kritikan/hujatan pada kereta api kita. Tapi, setelah masuk era Jokowi, sangat jarang ada kritikan/hujatan seperti sebelum2nya. Ada apakah gerangan pada kedua rezim ini??

Oya, saya sempat membaca sebuah majalah 2-3 tahun lalu (lupa namanya, pokoknya berbasis law's justice), di situ disebutkan bahwa 'dalang' dari kebijakan yg kontroversial terhadap KA (bahkan kebijakan2 pemerintah yg lain) adalah James Riyadi (bos Lippo Group). Alasannya? Dalam majalah itu menyebutkan, dg adanya kebijakan itu, maka masyarakat akan muncul mosi tidak percaya terhadap KA, sehingga mereka beralih ke transportasi lain. Dg diberinya teror di jalan raya, laut, & udara, maka masyarakat di daerah akan malas mendatangi Jakarta. Didukung dg kebijakan lain bagi 'kaum pribumi' atau 'yg muslim' (maaf menyinggung SARA sedikit) yg menyulitkan mereka, maka mereka secara perlahan2 akan 'diusir' dari Jakarta, sehingga Jakarta hanya akan diisi oleh yg seagama & satu ras dg dia (maaf menyinggung SARA lagi, tapi itu sesuai fakta yg tertulis). Yg unik, di bagian akhir artikelnya, disebutkan bahwa James Riyadiitu 'musuh' masyarakat Indonesia yg menjunjung tinggi keberagaman & keadilan bagi seluruh masyarakat.

Silakan beri tanggapan atas komentar saya... Bye Bye
Buah dari perjuangan adalah kebahagiaan
Semakin keras kita berjuang bagi hidup kita, semakin manis pula buahnya
Semakin santai perjuangan kita, semakin pahit pula buahnya


Reply


Forum Jump:


Users browsing this thread: 2 Guest(s)