Laporan Napak Tilas Kediri – Pare, Sabtu 5 Januari 2013
Rute Kediri – Pare: Kediri – Bangsal – Pesantren – Gumul – Gurah Pasar – Gurah – Banjaranyar – Wonokasian – Gayam – Adan-adan – Sambirejo – Bendo – Pelem – Pare.
Stasiun Pesantren
Kami berangkat pukul 09.45 dan kami menuju Pesantren tiba pukul 11.00. Kami langsung ke Pesantren, karena sisa – sisa jalur masih nampak, dan berharap dapat informasi dari penduduk setempat. Disini kami berhenti untuk bertanya, kebetulan nara sumbernya mantan pegawai PJKA. Stasiun Pesantren berada di depan kami, kebetulan sudah berubah menjadi Toko . Jendela tiket juga masih tampak. Kami menduga toko tersebut adalah ruang peron, sedangkan sebelah ada tulisan “GANTI OLIE†adalah ruang PPKA, kerena posisinya yang memanjang. Bekas emplesmenya juga masih ada, sedangkan PG Pesantren yang lama berada didepan St Pesantren, tapai agak mengarah ke Barat sedikit. Bagian depannya sudah berubah menjadi ruko.
Stasiun Gumul
Kami melanjutkan ke Stasiun Gumul. Bekas stasiun sudah hilang, posisi tepat berada di tikungan dengan sedikit nyembul bekas rel nya, sekarang berubah menjadi warung – warung kecil. Lalu kami ke Stasiun Gurah Pasar yang sekarang sudah menjadi rumah warga, sedangkan Stasiun Gurah sendiri sudah jadi toko meubel dengan ruangan yang luas. Sinyal tebeng masih lengakap, baik dari arah Kediri, ataupun dari arah Pare. Untuk yang dari arah Pare dekat sinyal tebeng, jalur sudah tertutup oleh rumah warga.
Stasiun Gurah Pasar
Stasiun Gurah Pasar berjarak 1km dari St Gurah. Stasiun ini sekarang sudah berubah menjadi rumah warga.
Stasiun Gurah
Sinyal tebeng masih lengkap di Stasiun Pare, baik dari arah Pare maupun Kediri. Besar Stasiun Gurah masih tetap, sekrang menjadi Toko Meubel. Pemilik Toko Meubel ketika kami Tanya, juga menyatakan bahwa toko milikinya adalah Stasiun Gurah
Banjaranyar
Stasiun Banyaranyar, terletak didekat perempatan Desa Banjaranyar, sekarang berubah menjadi bengkel motor.
Wonokasian
Stasiun Wonokasian menjadi rumah penduduk. Rel masih terlihat meskipun sedikit.
Gayam
Stasiun Gayam masih tampak asli. Dari depan masih kelihatan seperti stasiun, penghuni rumah mengakui kalau dulunya stasiun. Sewanya Rp. 500.000 pertahun
Stasiun Adan-adan
Stasiun adan-adan yang masih tersisa adalah pondasi. Sebelah pondasi ada pos jaga
Stasiun Sambirejo
Stasiun Sambirejo sudah tidak berbekas sama sekali. Sekarang tepat bekas stasiun terdapat toko kecil, yang kebetulan saya kesana tutup
Stasiun Bendo
Seperti St Gurah, St Bendo sinyal tebeng baik dari arah Kediri dan Pare masih ada. Bangunan sudah menjadi pasar, dang menjadi satu dengan yang lain. Tapi, yang membedakan bangunan ini adalal bentuknya yang khas bangunan Belanda. Emplesemen Stasiun bendo masih terlihat
Stasiun Pelem
Stasiun Pelem tidak tersisa sama sekali. Bahkan, Stasiun Pelem sudah menjadi taman di Kota Pare
Stasiun Pare
Perjalan kami telah sampai di Stasiun Pare. Bentuk masih utuh, beberapa jalur juga masih tampak. Emplesemen sudah menjadi pasar.
Demikian laporan perjalanan kami. Kami sangat terharu dengan kondisi jalur Kediri-Pare, kurang begitu terawat. Menurut kami, meski jalur tidak aktif lagi stasiun/halte, rel seharusnya masih ada dengan harapan bisa masuk cagar budaya. Bahkan, mulai Stasiun Pesantren – Stasiun Pelem tidak ada papan yang menunjukan asset milik PT. KAI. Baru setelah masuh Stasiun Pare ada papan asset PT. Kereta Api Indonesia (Persero).
Kami RF Blitar mengharap saran dan kritik dati teman-teman RF. Karena, merupakan evaluasi bagi kami untuk lebih baik lagi. Terima Kasih
Salam Sepoor RF Blitar
Lampiran Foto Kegiatan Napak Tilas kami
1. Foto Stasiun Pesantren. Pada tulisan "GANTI OLIE" adalah ruang PPKA. Sebelahnya adalah ruang tunggu Stasiun Pesantren[Spoiler]
[/Spoiler]
2. Jendela loket Stasiun Pesantren [Spoiler]
[/Spoiler]
3. Stasiun Gurah berubah menjadi Toko Meubel (kursi), kebetulan saya langsung bertemu dengan pemiliknya menyatakan kalau tempatnya berjualan adalah Stasiun Gurah [Spoiler]
[/Spoiler]
4. Stasiun Gayam. Stasiun Gayam dulunya sebesar rumah ini. Disamping rumah tampak rel yang masih sangat jelas [Spoiler]
[/Spoiler]
5. Stasiun Pare [Spoiler]
[/Spoiler]
6. Peserta Napak Tilas dari paling kiri : Anas Findisari, Arditya Mufida (lbiru lengan panjang), Prambudi (RF Lawang), Hartotok (kelihatan kepalanya), Dhea Rafsaloka, Ilham Perdana (memakai kacamata), Muhammad Rifai, Nikodio Eko Prasetyo (jongkok) [Spoiler]
[/Spoiler]