29-06-2011, 06:26 AM
Sesudah kami mengabdikannya, kami mencoba menyusuri bekas jalur KA yang ke arah Jatinangor.

Tampak bekas jalur KA tersebut kini sudah diaspal dan diurug karena makin ke depan kontur menurun cukup curam. Kami terus menyusuri bekas jalur ini, makin kesana lama-lama jalan tersebut berganti kontur, dari aspal ke cor-coran dan akhirnya menjadi gundukan tanah yang menyerupai tanggul atau cerukan di tengah-tengah hamparan sawah, makin ketara bahwa memang dulunya jalan ini adalah bekas jalur.

Diantara rumah-rumah penduduk, masih tersisa beberapa bekas tiang telegraf yang ternyata tingginya berbeda dengan tiang telegraf yang masih masih ada di jalur aktif.

Jalan makin kesana berkontur tanah merah yang licin padahal sudah 3 hari tidak turun hujan, disuatu tempat kami sempat terjatuh dari motor karena saking licinnya dan motor salah ban juga, harusnya ban pake untuk jalanan tanah dan berbatu yang ada grifnya, eh ini pake ban buat jalan raya.



Tampak bekas jalur KA tersebut kini sudah diaspal dan diurug karena makin ke depan kontur menurun cukup curam. Kami terus menyusuri bekas jalur ini, makin kesana lama-lama jalan tersebut berganti kontur, dari aspal ke cor-coran dan akhirnya menjadi gundukan tanah yang menyerupai tanggul atau cerukan di tengah-tengah hamparan sawah, makin ketara bahwa memang dulunya jalan ini adalah bekas jalur.

Diantara rumah-rumah penduduk, masih tersisa beberapa bekas tiang telegraf yang ternyata tingginya berbeda dengan tiang telegraf yang masih masih ada di jalur aktif.

Jalan makin kesana berkontur tanah merah yang licin padahal sudah 3 hari tidak turun hujan, disuatu tempat kami sempat terjatuh dari motor karena saking licinnya dan motor salah ban juga, harusnya ban pake untuk jalanan tanah dan berbatu yang ada grifnya, eh ini pake ban buat jalan raya.

