22-02-2010, 09:38 AM
Dilarang Masuk Gambir, Supir Taksi dan Bajaj Bakal Unjuk Rasa
Minggu, 21 Februari 2010 | 17:20 WIB
Minggu, 21 Februari 2010 | 17:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Paguyuban supir taksi dan bajaj yang biasa mangkal dan beroperasi di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, berencana menggelar aksi unjuk rasa pada Senin (22/2/2010) besok.
Mereka memprotes tindakan kesewenang-wenangan pengelola Stasiun Gambir yang melarang sejumlah armada taksi dan bajaj untuk masuk dan mencari penumpang di stasiun ini.
"Kami hanya mencari keadilan. Masak sama-sama cari nafkah kok dibeda-bedakan. Aksi besok supaya aspirasi kami ini didengar," kata Gono (43) salah satu pengemudi taksi saat ditemui Kompas.com, di markas LSM Bendera, Minggu (21/2/ 2010).
Para pengemudi taksi dan bajaj yang tergabung dalam Front Transportasi Indonesia (FTI) ini sore tadi mendatangi markas Bendera guna berkonsultasi mengenai perlakuan tidak adil atas pelarangan memasuki kawasan Stasiun Gambir.
Gono menjelaskan, sejak setahun lalu para pengemudi taksi dari berbagai perusahaan telah dilarang beroperasi di Gambir. Namun, kata Gono, pelarangan ini dilakukan secara sepihak. Pasalnya taksi dari salah satu perusahaan taksi yang tergolong besar, masih diperkenankan masuk dan mencari penumpang di dalam stasiun.
"Kalau kami dari taksi warna-wani (taksi-taksi dari berbagai perusahaan), hanya boleh masuk kalau bawa penumpang. Itupun dikenakan tarif seperti kendaraan umum," tuturnya.
Sementara dalam kondisi kosong dan mencari penumpang, tuturnya, mereka tidak boleh masuk Gambir. Gono mengeluhkan pelarangan yang dinilainya tidak berdasar ini.
Mereka memprotes tindakan kesewenang-wenangan pengelola Stasiun Gambir yang melarang sejumlah armada taksi dan bajaj untuk masuk dan mencari penumpang di stasiun ini.
"Kami hanya mencari keadilan. Masak sama-sama cari nafkah kok dibeda-bedakan. Aksi besok supaya aspirasi kami ini didengar," kata Gono (43) salah satu pengemudi taksi saat ditemui Kompas.com, di markas LSM Bendera, Minggu (21/2/ 2010).
Para pengemudi taksi dan bajaj yang tergabung dalam Front Transportasi Indonesia (FTI) ini sore tadi mendatangi markas Bendera guna berkonsultasi mengenai perlakuan tidak adil atas pelarangan memasuki kawasan Stasiun Gambir.
Gono menjelaskan, sejak setahun lalu para pengemudi taksi dari berbagai perusahaan telah dilarang beroperasi di Gambir. Namun, kata Gono, pelarangan ini dilakukan secara sepihak. Pasalnya taksi dari salah satu perusahaan taksi yang tergolong besar, masih diperkenankan masuk dan mencari penumpang di dalam stasiun.
"Kalau kami dari taksi warna-wani (taksi-taksi dari berbagai perusahaan), hanya boleh masuk kalau bawa penumpang. Itupun dikenakan tarif seperti kendaraan umum," tuturnya.
Sementara dalam kondisi kosong dan mencari penumpang, tuturnya, mereka tidak boleh masuk Gambir. Gono mengeluhkan pelarangan yang dinilainya tidak berdasar ini.
Pria asal Pasar Minggu ini mengatakan, ia bisa menerima pelarangan semacam ini jika yang memberlakukan adalah pihak swasta semisal dari hotel atau mal. "Tapi ini kan stasiun, artinya ini fasilitas umum. Semua harusnya boleh masuk. Sama-sama cari rejeki kok. Kenapa yang itu boleh yang lain enggak," tegasnya.
Sementara, menurutnya, di beberapa stasiun lain, serta terminal hingga bandara, tidak ada pelarangan yang dinilainya diskriminatif seperti ini. Ia menduga ada "permainan" antara pengelola stasiun dengan perusahaan taksi tertentu tentang pangkalan taksi di Stasiun Gambir.
Ia pun mengelak jika taksi-taksi dari perusahaan kecil sepertinya ini, oleh pengelola kerap dikatakan sulit diatur dan banyak mendapat komplain dari warga. "Semua punya kesempatan sama. Kalau memang ada yang mengeluhkan dan komplain, mana buktinya," tuturnya.
Sebelumnya, para pengemudi taksi dan bajaj ini sudah melakukan aksi unjuk rasa di Stasiun Gambir pada 15 Februari lalu. Namun aksi para supir yang antara lain terdiri dari Pe Taksi, GM Taksi, Koperasi Taksi Indonesia (KTI), Indah Family, dan Celebrity Taksi ini tidak mendapat tanggapan dari pengelola.
Gono mengatakan setidaknya lebih dari 500 pengemudi taksi se Jabodetabek akan bergabung melakukan unjuk rasa ini. Rencananya, kata Gono, aksi akan dilakukan maraton di Kementerian Perhubungan dan di Gedung DPR.
Sementara, menurutnya, di beberapa stasiun lain, serta terminal hingga bandara, tidak ada pelarangan yang dinilainya diskriminatif seperti ini. Ia menduga ada "permainan" antara pengelola stasiun dengan perusahaan taksi tertentu tentang pangkalan taksi di Stasiun Gambir.
Ia pun mengelak jika taksi-taksi dari perusahaan kecil sepertinya ini, oleh pengelola kerap dikatakan sulit diatur dan banyak mendapat komplain dari warga. "Semua punya kesempatan sama. Kalau memang ada yang mengeluhkan dan komplain, mana buktinya," tuturnya.
Sebelumnya, para pengemudi taksi dan bajaj ini sudah melakukan aksi unjuk rasa di Stasiun Gambir pada 15 Februari lalu. Namun aksi para supir yang antara lain terdiri dari Pe Taksi, GM Taksi, Koperasi Taksi Indonesia (KTI), Indah Family, dan Celebrity Taksi ini tidak mendapat tanggapan dari pengelola.
Gono mengatakan setidaknya lebih dari 500 pengemudi taksi se Jabodetabek akan bergabung melakukan unjuk rasa ini. Rencananya, kata Gono, aksi akan dilakukan maraton di Kementerian Perhubungan dan di Gedung DPR.
"Sumber Berita"
http://megapolitan.kompas.com/read/2010/02/21/17203638/Dilarang.Masuk.Gambir..Supir.Taksi.dan.Bajaj.Bakal.Unjuk.Rasa
http://megapolitan.kompas.com/read/2010/02/21/17203638/Dilarang.Masuk.Gambir..Supir.Taksi.dan.Bajaj.Bakal.Unjuk.Rasa
|