22-10-2016, 06:42 AM
(This post was last modified: 22-10-2016, 06:47 AM by Dana Komuter.)
Aktual Perkeretaapian
Hall Baru Stasiun Bogor Dioperasikan: Megah Sih, Tapi…
Hall baru stasiun Bogor menjadi angin segar bagi para penggunanya, namun seefektif apa?
By Taufik Adi -20 October 2016
Pada Kamis (20/10) PT Kereta Api Indonesia (Persero) meresmikan pengoperasian hall baru di stasiun besar Bogor. Hall dengan lebar -+ 7m dan panjang sekitar 15 m ini berada persis di samping hall stasiun eksisting dan dibangun dengan menggunakan lahan yang sebelumnya berfungsi sebagai area parkir mobil. Bangunan yang mulai dibangun pada tanggal 29 Juli 2016 ini memiliki bentuk yang sedikit berbeda dari hall eksisting, di mana tidak ada atap kaca pada hall baru ini dan tidak terdapat kolom (tiang) penyangga di tengah-tengah bangunan, sehingga memberi kesan lapang. Pada bagian struktur, seperti bangunan stasiun yang dibangun PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebelumnya, hall baru ini juga menggunakan struktur kolom dan atap dengan berbahan dasar baja. Pada sisi barat, bangunan tetap menggunakan bentukan bentukan segitiga dengan variasi kaca yang dipadukan dengan tiang besi.
Adanya bangunan baru ini menyebabkan perubahan signifikan pada arus (flow) penumpang baik, saat hendak masuk (tap in) maupun tap out. Sebelumnya, penumpang yang hendak tap in harus melewati loket-loket pada hall eksisting, lalu melakukan tap in di mesin yang berada di sisi kanan dari pintu masuk, namun saat ini untuk tap in penumpang harus melewati hall baru terlebih dahulu dari sebelah kiri, berbelok masuk ke hall eksisting, baru melakukan tap in dengan menggunakan mesin yang berada di sisi kiri. Hal ini juga berdampak pada berubahnya flow pada koridor menuju peron sehingga LED informasi posisi kereta di ujung koridor menjadi semakin sulit terlihat karena terhalang vegetasi yang berada di tengah koridor. Celakanya, penumpang dengan kartu multi trip (KMT) maupun kartu prabayar bank harus ikut tap in melalui hall ini dan harus ikut melewati antrian bersama penumpang Tiket Harian Berjaminan (THB).
Walau tak dapat dipungkiri perluasan area masuk penumpang ini akan mengurangi kepadatan penumpang yang setiap hari keluar-masuk dan mengantri tiket, banyak masalah lain yang sebenarnya lebih mendesak dan tidak dapat diselesaikan dengan hall baru ini. Hal tersebut adalah permasalahan akses keluar-masuk stasiun melalui tangga penyeberangan yang sangat sempit sehingga menyebabkan bottleneck dan membuat penumpang harus berdesakan hanya untuk melewati tangga. Sebenarnya hal ini telah terjadi sejak sekitar 1 tahun yang lalu, namun belum ada perubahan yang terjadi hingga saat ini. Masalah tangga ini sangat signifikan karena tangga ini dilewati penumpang yang menggunakan transportasi umum untuk menuju stasiun.
Masalah lainnya adalah jumlah loket dan mesin otomatis (CVIM) yang beroperasi saat ini. Loket dan CVIM tidak mengalami perubahan jumlah namun hanya berpindah tempat saja, sehingga ada kemungkinan akan tetap terjadi penumpukan penumpang di hall baru. Salah satu cara untuk mengantisipasi hal ini adalah dengan mengoperasikannya loket pada hall eksisting sebagai loket khusus refund jaminan dan pengisian ulang tujuan. Permasalahan terakhir adalah sirkulasi udara yang kurang baik pada hall baru stasiun Bogor yang mana hal ini sangat terasa pada bagian loket dan CVIM tempat banyak orang berkumpul. Walau telah ada sejumlah kipas angin besar, namun tidak banyak membantu karena hall tetap terasa pengap dan panas. Situasi ini sudah dirasakan pada siang hari kerja (penumpang tidak begitu banyak) dan bukan pada jam sibuk. Terbayang bila di ruangan yang pengap, panas, ramai penumpang dan pada saat weekend, tentu situasi akan lebih kacau lagi.
Peningkatan pelayanan tentu hal yang sangat disambut oleh seluruh penumpang KRL Jabodetabek dan pembangunan hall stasiun Bogor adalah langkah mengatasi masalah klasik padatnya penumpang di stasiun dengan 300 ribu penumpang per hari ini. Tetapi akan lebih baik jika perencanaan pembangunan dilakukan dengan memperhatikan pola pergerakan penumpang agar prasarana mahal tak salah sasaran.
Cemplus Newsline | oleh Taufik Adi
Hall Baru Stasiun Bogor Dioperasikan: Megah Sih, Tapi…
Hall baru stasiun Bogor menjadi angin segar bagi para penggunanya, namun seefektif apa?
By Taufik Adi -20 October 2016
Pada Kamis (20/10) PT Kereta Api Indonesia (Persero) meresmikan pengoperasian hall baru di stasiun besar Bogor. Hall dengan lebar -+ 7m dan panjang sekitar 15 m ini berada persis di samping hall stasiun eksisting dan dibangun dengan menggunakan lahan yang sebelumnya berfungsi sebagai area parkir mobil. Bangunan yang mulai dibangun pada tanggal 29 Juli 2016 ini memiliki bentuk yang sedikit berbeda dari hall eksisting, di mana tidak ada atap kaca pada hall baru ini dan tidak terdapat kolom (tiang) penyangga di tengah-tengah bangunan, sehingga memberi kesan lapang. Pada bagian struktur, seperti bangunan stasiun yang dibangun PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebelumnya, hall baru ini juga menggunakan struktur kolom dan atap dengan berbahan dasar baja. Pada sisi barat, bangunan tetap menggunakan bentukan bentukan segitiga dengan variasi kaca yang dipadukan dengan tiang besi.
Adanya bangunan baru ini menyebabkan perubahan signifikan pada arus (flow) penumpang baik, saat hendak masuk (tap in) maupun tap out. Sebelumnya, penumpang yang hendak tap in harus melewati loket-loket pada hall eksisting, lalu melakukan tap in di mesin yang berada di sisi kanan dari pintu masuk, namun saat ini untuk tap in penumpang harus melewati hall baru terlebih dahulu dari sebelah kiri, berbelok masuk ke hall eksisting, baru melakukan tap in dengan menggunakan mesin yang berada di sisi kiri. Hal ini juga berdampak pada berubahnya flow pada koridor menuju peron sehingga LED informasi posisi kereta di ujung koridor menjadi semakin sulit terlihat karena terhalang vegetasi yang berada di tengah koridor. Celakanya, penumpang dengan kartu multi trip (KMT) maupun kartu prabayar bank harus ikut tap in melalui hall ini dan harus ikut melewati antrian bersama penumpang Tiket Harian Berjaminan (THB).
Walau tak dapat dipungkiri perluasan area masuk penumpang ini akan mengurangi kepadatan penumpang yang setiap hari keluar-masuk dan mengantri tiket, banyak masalah lain yang sebenarnya lebih mendesak dan tidak dapat diselesaikan dengan hall baru ini. Hal tersebut adalah permasalahan akses keluar-masuk stasiun melalui tangga penyeberangan yang sangat sempit sehingga menyebabkan bottleneck dan membuat penumpang harus berdesakan hanya untuk melewati tangga. Sebenarnya hal ini telah terjadi sejak sekitar 1 tahun yang lalu, namun belum ada perubahan yang terjadi hingga saat ini. Masalah tangga ini sangat signifikan karena tangga ini dilewati penumpang yang menggunakan transportasi umum untuk menuju stasiun.
Masalah lainnya adalah jumlah loket dan mesin otomatis (CVIM) yang beroperasi saat ini. Loket dan CVIM tidak mengalami perubahan jumlah namun hanya berpindah tempat saja, sehingga ada kemungkinan akan tetap terjadi penumpukan penumpang di hall baru. Salah satu cara untuk mengantisipasi hal ini adalah dengan mengoperasikannya loket pada hall eksisting sebagai loket khusus refund jaminan dan pengisian ulang tujuan. Permasalahan terakhir adalah sirkulasi udara yang kurang baik pada hall baru stasiun Bogor yang mana hal ini sangat terasa pada bagian loket dan CVIM tempat banyak orang berkumpul. Walau telah ada sejumlah kipas angin besar, namun tidak banyak membantu karena hall tetap terasa pengap dan panas. Situasi ini sudah dirasakan pada siang hari kerja (penumpang tidak begitu banyak) dan bukan pada jam sibuk. Terbayang bila di ruangan yang pengap, panas, ramai penumpang dan pada saat weekend, tentu situasi akan lebih kacau lagi.
Peningkatan pelayanan tentu hal yang sangat disambut oleh seluruh penumpang KRL Jabodetabek dan pembangunan hall stasiun Bogor adalah langkah mengatasi masalah klasik padatnya penumpang di stasiun dengan 300 ribu penumpang per hari ini. Tetapi akan lebih baik jika perencanaan pembangunan dilakukan dengan memperhatikan pola pergerakan penumpang agar prasarana mahal tak salah sasaran.
Cemplus Newsline | oleh Taufik Adi