08-12-2009, 06:04 AM
![[Image: 20091207-fmp483sabq2gmfpdfyss5sbeye.jpg]](http://img.skitch.com/20091207-fmp483sabq2gmfpdfyss5sbeye.jpg)
maaf gambarnya gak jelas, kamera HP-nya dudul

intinya sih para investor luar negeri yang terdiri dari konsorsium dari negara Amerika, Kanada, Belgia, Jerman, Singapura, dan Malaysia, berencana untuk membangun Maglev dengan jalur Jakarta - Bandung -Cirebon
berita selengkapnya (diambil dari koran Pikiran Rakyat Edisi 7 Desember 2009) :
Quote:Kian Dekat Karena Kereta Cepat
MASYARAKAT Jawa Barat akan menjadi saksi sejarah dari evolusi transportasi massal di dunia. Sebuah transformasi menuju penggunaan bahan bakar terbarukan yang untuk pertama kalinya akan diaplikasikan bagi keperluan komersial.
Evolusi ini akan diaplikasikan pada kereta api cepat yang akan membuka jalur Jakarta-Bandung-Cirebon sepanjang 357 kilometer. Pembiayaan projek ini sepenuhnya akan dipenuhi oleh sebuah konsorsium beranggotakan lima belas investor global.
Total biaya yang diperlukan untuk pembangunan dan operasional pada tahun pertama sebesar 3 miliar dolar AS (kira-kira Rp 28,5 triliun).
Nota kesepahaman yang sekaligus menjadi titik awal realisasi projek ini sudah dilakukan di Hotel Marriott di Putrajaya Kuala Lumpur pada 1 Desember 2009. Penandatanganan kesepahaman dilakukan antara Ketua Kadin Indonesia Komite Singapura (KIKS) Iwan Dermawan Hanafi dan perwakilan konsorsium, disaksikan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Jabar Iwa Kartiwa.
Dalam kesepakatan tersebut, KIKS akan memfasilitasi pihak konsorsium dengan pemerintah Indonesia.
Kelima belas konsorsium ini terdiri atas Aon Risk Service Inc., Aqua-PhyD Inc., Aruna Solutions, Asian Energy Limited, Tricap Group, Copernicus International, eCompass Group, Fidelity National Financial, Global Green Management, McGladry & Pullen, Modular Integrated Technologies, Obermeyer Planen + Beraten, Pembinaan Aktif Gemalang, The Interstate Traveler Company, dan TUM Geotechnical Research.
Dikatakan Iwan, keseriusan konsorsium ini patut diakomodasi oleh pemerintah Indonesia. "Konsorsium ini beranggotakan investor dari berbagai negara seperti Amerika, Kanada, Belgia, Jerman, Singapura, dan Malaysia. Ini menandakan kepercayaan mereka untuk berinvestasi di Jabar cukup tinggi," tuturnya.
Pionir
Sistem bahan bakar kereta cepat (bullet train) ini berbeda dengan pendahulunya karena merupakan pionir penggunaan bahan bakar hidrogen yang diperoleh dari panel surya sekaligus mengantarkan sejumlah kargo pada trek yang sama. Inilah produk transportasi massal yang ramah lingkungan.
Projek bernama Hydrogen Hi-Speed Rail Super Highway (H2RSH) ini menghasilkan energi yang mandiri dari panel surya yang diubah menjadi energi hidrogen. Namun untuk keperluan operasional, kereta ini hanya memerlukan 10 persen dari energi yang dihasilkan, sehingga surplus energi tersebut bisa dijual. Rencananya, 80 persen energi yang dihasilkan oleh kereta ini akan dijual ke PLN. Energi hidrogen dihasilkan dari panel surya yang dipasang di rel kereta sepanjang 357 kilometer ini.
"Sekitar 400 MW listrik akan kita tawarkan ke PLN. Saya kira ini akan memberikan kontribusi pada rencana pembangunan 10.000 MW listrik di Jawa," ujar koordinator konsorsium E. Sjahrial.
Mengingat modelnya yang ringan, konstruksi transportasi yang multifungsional ini dapat diselesaikan hanya dalam waktu kurang dari 12 bulan, atau rata-rata 45 kilometer per bulan.
"Kami harapkan pada April 2011 pembangunan kereta api ini sudah bisa dilakukan dan sepuluh bulan setelah itu sudah bisa digunakan masyarakat. Paling lambat, tahun 2012 layanan ini sudah bisa menjadi transportasi massal yang baru," katanya.
Di luar pendapatan dari penumpang dan kargo, sistem H2RSH memiliki tujuh pendapatan tambahan, yakni produksi dan penjualan kelistrikan, penyewaan jaringan distribusi kelistrikan, penyewaan jaringan distribusi serat optik untuk keperluan telekomunikasi, penyewaan jaringan pipa bahan bakar hidrogen, gas alam, dan air. Semua jaringan ini akan ditempatkan secara bersusun di bawah rel kereta sekaligus menjadi penopang kereta ini.
Dengan kecepatan hingga 400 km/jam menjadikan sistem transportasi kereta komputer berbahan bakar hidrogen ini tercepat di dunia.
Sistem H2RSH menggunakan magnetic levitation (maglev), teknologi yang "mengangkat" kereta, sementara gerak maju didorong oleh tenaga jet yang terpasang pada badan kereta.
Oleh karena rel kereta berada di atas permukaan tanah dan tidak memerlukan terowongan serta jembatan (hanya memerlukan silinder berdiameter kecil yang ditopang oleh pilar-pilar-red.) membuat kereta ini lebih mudah dibangun dibandingkan dengan kereta konvensional. Faktor kenyamanan sangat diutamakan.
"Saya bisa menjamin kopi yang Anda pegang dalam cangkir selama perjalanan tidak akan tumpah," ujar Sjahrial.
Konsesi dilakukan melalui sistem Built, Operation, Transfer (BOT) untuk jangka waktu 30 tahun. Rencananya, pembangunan jaringan transportasi ini akan dimulai dari Pelabuhan Cirebon dan berakhir di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Akan ada lima terminal besar sepanjang jalur ini, yang akan menghubungkan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Bandara Kertajati, dan dua pelabuhan utama di Cirebon dan Jakarta.
Saat ini ada lebih dari 1,6 juta orang penumpang yang melalui jalur ini setiap hari. Lebih dari 14 juta tinggal dalam radius 3 kilometer dari jalur ini.
Tahap pertama projek ini atau dalam dua tahun pertama, diperkirakan bisa mengakomodasi 211.000 penumpang per hari, atau 1/8 dari arus trafik saat ini. Jumlah ini akan ditingkatkan dua kali lipat pada tahun ketiga sejalan dengan semakin diperbanyaknya unit kereta.
Tahap pertama akan dipasang 40 unit kereta berkapasitas 200 penumpang dan 10 kereta berkapasitas 100 penumpang. Waktu perjalanan sepanjang jalur ini memakan waktu kurang dari 90 menit. Padahal sekarang ini dengan transportasi darat memerlukan waktu lebih dari lima jam untuk bisa menempuh jalur tersebut.
Inilah potensi yang diperkirakan akan mengubah pola kehidupan masyarakat di koridor ini. Perekonomian Jabar diperkirakan akan terdorong dengan sangat signifikan. Tetapi tentunya diperlukan peran serta dan political will yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan untuk bisa merealisasikan projek ini. (Dadang Hermawan/"PR")***
artikel kedua
Quote:Investor Butuh Kepastian
PEMERINTAH tidak akan mengeluarkan uang sepeser pun untuk projek yang ambisius ini. Investor hanya meminta kepastian bahwa seluruh regulasi dan kebijakan para pemangku kepentingan akan berjalan seiring sehingga projek ini bisa berjalan sesuai dengan jadwal.
Untuk itulah, lima belas investor dari berbagai negara menggaet Kadin Indonesia Komite Singapura (KIKS) yang diharapkan bisa menjadi penghubung konsorsium dengan pemerintah setempat.
"Ini adalah kepercayaan besar dari dunia internasional bagi Jabar. Betapa tidak, untuk projek yang prestisius ini mereka memilih Jabar sebagai pilot projek. Oleh karena itu, dukungan dari pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sangat diperlukan," ujar Ketua KIKS Iwan D. Hanafi.
Pemilihan Jabar sendiri, menurut Koordinator Konsorsium E. Sjahrial berawal dari tawaran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk membangun jaringan transportasi kereta api sepanjang 900 km di Pulau Jawa. "Namun, untuk sementara kami hanya menyanggupi membangun 357 km dulu, sekaligus mengembangkan koridornya," katanya.
Jabar sendiri, menurut Sjahrial, memiliki tantangan tersendiri terutama dari sisi topografi daerahnya yang berbukit-bukit. "Selain itu, seluruh kondisi alam ada di sini, dari mulai potensi gempa, angin yang ekstrem, banjir, dan longsor. Ini yang harus kami buktikan kepada dunia bahwa sistem kereta ini bisa bertahan di kondisi ekstrem. Bila berhasil di Jabar maka dibangun di mana pun di belahan dunia lain saya yakin akan bisa berjalan dengan baik pula," katanya.
Dikatakan, teknologi ini sebenarnya sudah diterapkan oleh Amerika Serikat sejak puluhan tahun silam. "Namun, saat itu digunakan untuk kepentingan militer saja, dan beberapa di antaranya diadaptasi oleh NASA. Dengan demikian, untuk keamanan penumpang bisa dikatakan relatif terjamin," katanya.
Lebih jauh Iwan menyatakan, pihaknya bersama dengan konsorsium dan BKPMD Jabar akan mulai melakukan pemetaan, dilihat dari sisi keuntungan ataupun kerugian bagi Jabar. "Selanjutnya kita akan mulai melakukan road show ke Gubernur Jabar, DKI, Bappenas, BKPM, bupati dan wali kota yang terlewati jalur tersebut," katanya.
Dikatakan, rencana pembangunan projek ini sebenarnya sedikit tertunda karena krisis global yang mendera tahun lalu. "Dengan demikian, dari momen ini saya melihat adanya prospek investasi yang menarik di Jabar serta tidak terlepas dari kinerja perekonomian Indonesia, terutama Jabar yang relatif bagus dibandingkan dengan daerah lain," katanya.
Sementara Kepala BKPMD Jabar Iwa Kartiwa memperkirakan akan ada potensi konflik persaingan usaha, terutama dari sektor transportasi darat seperti dengan PT Kerata Api dan Organda. "Saya sendiri akan berkoordinasi dengan mereka. Saya harap akan ada pengertian karena ini adalah proses perubahan yang tak terhindarkan," katanya.
Namun dikatakan, seluruh sektor jasa transportasi masih bisa berjalan beriringan karena masih ada ruang usaha lain. "Terutama untuk feeder menuju terminal, ini akan menjadi sesuatu yang prospektif. Selain itu, saya kira usaha travel masih bisa berjalan karena penumpang dari Bandung memiliki tujuan yang berbeda-beda di Jakarta," katanya.
Selain itu, faktor nonteknis yang perlu dikhawatirkan adalah pembebasan lahan. Bagaimanapun harus diakui, tahapan pembebasan lahan merupakan proses terlama dan mungkin termahal dari rangkaian proses pembangunan di luar konstruksi. (Dadang Hermawan/"PR") ***
so seperti biasa, pertanyaan klasik ... akankah ini terealisasi ?, mengingat ini proyek swasta, akankah pemerintah mau bekerjasama ? ataukah bakal diprotes lagi sm organda ?, ah entahlah
ps:
maaf kalo thread serupa sudah ada, soalnya sy cari2 gak ketemu