26-01-2010, 06:39 PM
Seiring Berjalannya Waktu Divre 1 Sumatera Utara pun pernah mengalami kejayaan dan kesulitan , dan di Divre 1 pula ada beberapa nama KA yang mengalami penghapusan karna berbagai alasan ,terutama okupansi masyarakat yang begitu rendah ataupun bahkan tanpa alasan yang jelas .. berikut ini ada beberapa KA yang telah Gugur Dari Gapeka Divre 1 SU karna berbagai hal.
Kami berusaha mem-posting sedikit info yang saya dapat dari teman kami . (Rio Andika)
sesama RF divre 1 yang ingin hasil penelusurannya dipublikasikan di forum ini , dan tanpa banyak basa-basi kami dari Divre 1 memberikan ini untuk Railfans Semua .
Salam Hangat "Riky" Railfans Divre 1 happy reading
[spoiler]Sejarah KA Kinantan,
Seolah tidak mau kalah sama Perkereta-apian di Jawa, sekitar tahun 2001 manajemen PT Kereta Api Divre 1 SU dan NAD membuat gebrakan hebat yaitu meluncurkan KA Eksekutif pertama dan satu-satunya di Sumatera dengan nama KA Kinantan. KA Kinantan diluncurkan atas banyaknya permintaan dari para pengusaha perkebunan pada umumnya di Kabupaten Labuhan Batu khususnya di Kota Rantau Prapat yang ingin mendambakan keamanan, kenyamanan dan kecepatan walaupun dibayar dengan harga tiket yang relatif mahal. KA ini mempunyai fasilitas yang terbilang mewah layaknya seperti KA Eksekutif di Jawa, fasilitasnya meliputi ac, tv, kursi yang sangat nyaman dan bisa diputar-putar sesuai dengan keinginan ( reaclining seat) serta ada pijakan kaki dibawahnya, tong sampah mini dibawah kursi, bantal, selimut, makanan dan minuman dibagikan secara gratis yang diambil dari tuslah tiket, toilet yang bersih, prama-prami yang ramah -ramah, kereta makan yang bersih dan petugas keamanan yang selalu berjaga-jaga di setiap pintu agar tidak ada pedagang asongan dan pengemis yang memasuki kereta serta petugas pembersih kereta (OTC).
KA dengan relasi Medan-Tebing Tinggi-Kisaran-Mambang Muda-Rantau Prapat PP ini menggunakan satu rangkaian saja yang terdiri dari Loko BB 303 yang mempunyai lampu kabut layaknya Loko CC 203, lima kereta eksekutif (K1) dengan nomor kereta K1 78701, K1 78702, K1 78703, K1 78704 dan K1 81501 kapasitas maksimal 260 nomor kursi (satu kereta eksekutif (K1) dengan nomor K1 81501 merupakan eks kereta ekonomi K3 yang telah diretrofit menjadi kereta K1) dan dua kereta makan pembangkit eksekutif (KMP1) dengan nomor KMP1 78712 dan KMP1 78713 yang kedua-duanya merupakan eks kereta makan pembangkit bisnis (KMP2) yang telah diretrofit menjadi KMP1. Tapi hanya satu KMP1 saja yang dibawa dalam setiap operasionalnya sedangkan satu kereta KMP1 yang lain hanya digunakan sebagai cadangan. Semua rangkaiannya berwarna putih dan sangat mirip dengan warna KA Eksekutif di Jawa.
KA Kinantan memulai perjalanan dari Stasiun Medan jam 11.00 WIB dan tiba di Stasiun Rantau Prapat sekitar jam 15.30 WIB. Setibanya di Stasiun Rantau Prapat, loko penariknya di bersihkan dulu baik interiornya maupun eksteriornya, setelah selesai baru berpindah posisi ke arah Stasiun Medan. Karena di Stasiun Rantau Prapat tidak memiliki Dipo Likomotif, maka lokonya hanya di cek secukupnya saja oleh para masinis yang akan mengemudikannya kembali ke Stasiun Medan agar tidak terjadi problem mesin ketika dalam perjalanan dan tanpa ada pengisian bahan bakar High Speed Diesel (HSD). Sebaliknya rangkaian keretanya di bawa ke spur simpan untuk dilakukan pengecekan dan pembersihan baik interiornya maupun eksteriornya serta tidak lupa pengecekan kondisi air toilet disetiap rangkaiannya. Setelah selesai semuanya, KA ini pun berangkat kembali menuju Stasiun Medan. Dari Stasiun Rantau Prapat sekitar jam 18.30 WIB dan tiba sekitar jam 23.00 WIB. Sedangkan setibanya di Stasiun Medan, pengecekan rangkaian dan lokonya dilakukan pada besok paginya dengan lebih teliti lagi karena semua peralatan dan perlengkapan terdapat di Stasiun ini.
KA yang sempat dijuluki Argo Bromonya Divre 1 ini menempuh waktu perjalanan lebih kurang 4 jam 30 menit dengan jarak sekitar 267 km termasuk yang tercepat untuk angkutan jalan rel dan jalan darat di rute tersebut serta hingga saat ini rekor tersebut belum pernah terpecahkan. Perjalanannya hampir 80 % melewati wilayah perkebunan dan sebagian rawa. Perjalanan di lintasan antara Stasiun Kisaran hingga Stasiun Rantau Prapat PP penumpang akan disungguhi dengan pemandangan yang sangat unik karena banyak melewati pabrik kelapa sawit serta tempat pengisian Crude Palm Oil (CPO) kedalam gerbong tangki berjenis KKW dengan muatan rata-rata 30 ton per gerbong yang akan di bawa ke Pelabuhan Belawan. Sungguh pemandangan yang sangat jarang ditemui apabila naik kereta-api di luar Divre 1. Pada relasi Medan-Rantau Prapat ini pun sebenarnya terdapat juga KA penumpang Eksekutif/Bisnis Sri Bilah yang di jalankan sebanyak tiga kali dari Stasiun Medan dan Tiga kali dari Stasiun Rantau Prapat.
Sekitar tahun 2004 Gapeka KA Kinantan ini pun sempat dirubah. Yang biasanya berangkat dari Stasiun Medan jam 11.00 WIB dan tiba di Stasiun Rantau Prapat sekitar jam 15.30 WIB, dirubah berangkatnya menjadi jam 08.00 WIB dan tiba sekitar jam 12.30 WIB. Sedangkan berangkat dari Stasiun Rantau Prapat yang biasanya jam 18.30 WIB dan tiba di Stasiun Medan jam 23.00 WIB, dirubah berangkatnya menjadi jam 17.30 WIB dan tiba sekitar jam 22.00 WIB. KA berkode U1 dari Medan dan U2 dari Rantau Prapat merupakan KA unggulan yang perjalanannya harus didahulukan ketika bersilangan di setiap stasiun dengan KA lain. Kadang kalanya dibelakang rangkaian KA ini sering dirangkaikan dengan KA Sultan yang disewa oleh rombongan pejabat pemerintahan maupun pejabat perusahaan perkebunan serta masyarakat kalangan atas. Sayangnya sekitar tahun 2007 KA Kinantan di hapus dari Gapeka dengan alasan kurangnya okupansi penumpang. Sungguh sangat menyedihkan melihat KA reguler termewah di Sumatera harus di hapus dari Gapeka. Hingga saat ini bekas rangkaian KA Kinantan yang terdiri dari lima kereta K1 dan dua kereta KMP1 kini dijadikan armada KA Eksekutif/Bisnis Sri Bilah.[/spoiler]
[spoiler]Sejarah KA Putri Ungu,
KA Putri Ungu diluncurkan sekitar tahun 2002 dengan relasi Medan-Tebing Tinggi-Kisaran-Tanjung Balai dan Feeder ke Binjai PP. KA ini diluncurkan atas banyaknya permintaan masyarakat kalangan menengah yang ingin mendambakan keamanan dan kenyamanan selama dalam perjalanannya baik dari Medan dan Feeder ke Binjai maupun dari Tanjung Balai. KA yang hanya melayani kelas bisnis ini memiliki dua rangkaian yang dijalankan hampir secara bersamaan dari Stasiun Medan (Feeder Stasiun Binjai) maupun dari stasiun Tanjung Balai. Formasi rangkaiannya adalah satu loko BB 303, satu kereta makan pembangkit bisnis (KMP2) dan empat kereta bisnis (K2) yang seluruhnya berwarna putih.
KA Putri Ungu ini memulai perjalanan dari Stasiun Medan jam 07.00 WIB, tiba di Stasiun Tanjung Balai sekitar jam 11.00 WIB dan berangkat lagi jam 14.00 WIB, tiba sekitar jam 18.00 WIB. Sedangkan dari Stasiun Tanjung Balai berangkatnya lebih pagi lagi yaitu jam 06.30 WIB, tiba di Stasiun Medan sekitar jam 10.30 WIB dan berangkat lagi sekitar jam 14.30 WIB, tiba sekitar jam 18.30 WIB. Setibanya di Stasiun Medan, rangkaian KA Putri Ungu di bawa ke spur simpan untuk dilakukan pengecekan dan pembersihan baik interornya maupun eksteriornya serta tidak lupa pula pengecekan kondisi air toilet di masing-masing kereta. Sedangkan lokonya langsung menuju Dipo Lokomotif Medan untuk pengecekan dan pengisian bahan bakar High Speed Diesel (HSD). Sedangkan setibanya di Stasiun Tanjung Balai rangkaian KA ini hanya dicek rangkaian dan pembersihan interiornya saja. Karena di Stasiun ini tidak memiliki Dipo Lokomotif, maka lokomotifnya langsung pindah posisi ke arah Stasiun Medan tanpa di cek sama sekali, kecuali pada malam hari, lokonya nginap di Dipo Lokomotif Kisaran yang jaraknya sekitar 20 km dari Stasiun Tanjung Balai dan keesokan paginya kembali lagi ke Stasiun Tanjung Balai untuk melakukan dinasan KA Putri Ungu pagi.
Berdasarkan Gapeka pada saat itu, KA ini hanya berhenti dibeberapa stasiun saja. Berangkat dari Stasiun Medan, KA Putri Ungu berhenti di Stasiun Bandar Khalifah, Lubuk Pakam, Perbaungan, Tebing Tinggi, Sei Bejangkar, Kisaran dan berakhir di Stasiun Tanjung Balai. Begitu juga sebaliknya. Perjalanan KA ini menempuh jarak sekitar 174 km dan memakan waktu lebih kurang 4 jam serta hampir 75% melintasi wilayah perkebunan yang merupakan ciri khas perjalanan KA di Divre 1.
Sekitar tahun 2004 Gapeka KA Putri Ungu dirubah dari yang biasanya jalan sendiri menjadi digabung dengan KA Dolok Martimbang. Jadwal keberangakatan KA ini dari Stasiun Medan dan dari Stasiun Tanjung Balai tetap, tapi dibelakangnya ikut digabung rangkaian KA Dolok Martimbang. Setelah tiba di Stasiun Tebing Tinggi kedua KA ini dipisah untuk melanjutkan perjalanan ke stasiun akhir masing-masing. Begitu juga sebaliknya. Seiring berjalannya waktu, maka sekitar tahun 2007 KA ini dihapus dari Gapeka tanpa ada alasan yang jelas. Padahal penumpang KA ini termasuk ramai, walaupun pada rute ini terdapat juga perjalanan KA Ekonomi Putri Hijau sebanyak dua trip dari Stasiun Medan dan Stasiun Tanjung Balai. Pengganti KA Putri Ungu ini adalah KA Ekonomi Plus (K3 Plus) Putri Deli yang merupakan nama baru dan perpaduan antara KA Putri Hijau yang sudah ada sebelumnya dengan KA Putri Ungu.[/spoiler]
[spoiler]Sejarah KA Dolok Martimbang,
KA Dolok Martimbang diluncurkan pada saat negara Indonesia sedang dilanda krisis multidimensi yaitu sekitar tahun 1998 yang juga merupakan gebrakan baru bagi Perkereta-apian di Divre 1 SU dan NAD kerena pada saat itulah awal rangkaian kereta-api penumpang di daerah ini berwarna putih. KA ini diluncurkan untuk penumpang kelas menengah dan kelas atas, khususnya para pebisnis perkebunan yang mendambakan keamanan dan kenyamanan selama dalam perjalanan. KA dengan relasi Medan-Tebing Tinggi-Pematang Siantar PP ini menggunakan 1 rangkaian yang dijalankan secara fakultatif sebanyak dua kali dari Stasiun Pematang Siantar dan dua kali dari Stasiun Medan. Rangkaian KA ini terdiri dari satu loko BB 303 beserta satu kereta eksekutif (K1), satu kereta makan pembangkit bisnis (KMP2) dan dua kereta bisnis (K2) yang merupakan retrofit dari kereta ekonomi (K3) eks rangkaian KA Siantar Ekspres (Sireks) yang semuanya berwarna putih. KA Dolok Martimbang ini merupakan pengganti dari KA Sireks yang melayani jalur ini dan hanya terdapat kelas ekonomi (K3) saja.
KA Dolok Martimbang memulai perjalanan dari Stasiun Pematang Siantar sekitar jam 06.30 WIB dan tiba di Stasiun Medan sekitar jam 09.00 WIB dengan memasuki jalur satu. Demi kelancaran selama perjalanan kembali menuju Stasiun Pematang Siantar. Setibanya di Stasiun Medan, loko penariknya dilepas dari rangkaian kereta dan langsung menuju ke Dipo Lokomotif Medan untuk mengecek kondisi loko dan mengisi bahan bakar yang bernama High Speed Diesel (HSD). Setelah selesai, maka lokonya langsung dirangkaikan kembali dengan keretanya. Begitu pula dengan rangkaian keretanya. Setibanya di Stasiun Medan, rangakiannya pun langsung dicek satu persatu secara detail untuk dibersihkan baik interiornya maupun eksteriornya yang dilakukan di sekitar areal peron tepatnya dijalur satu juga karena KA ini tidak terlalu lama berhenti di Stasiun Medan. Tidak lupa pula dicek kondisi air toilet disetiap kereta.
Setelah selesai semuanya, jam 10.10 WIB KA Dolok Martimbang berangkat kembali dan tiba di Stasiun Pematang Siantar sekitar jam 12.35 WIB. Berbeda saat berada di Stasiun Medan, karena di Stasiun Pematang Siantar tidak memilki Dipo Lokomotif. Maka setelah KA ini tiba, lokonya pun langsung pindah posisi kearah Stasiun Medan tanpa dicek sama sekali. Sedangkan rangkaiannya hanya dibersihkan interiornya saja dan cek kondisi air toilet tanpa dicek satu persatu secara detail seperti yang dilakukan di Stasiun Medan.
Sekitar jam 13.35 WIB, KA ini kembali lagi menuju Stasiun Medan dan tiba sekitar pukul 16.00 WIB. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, maka proses pengecekan rangkaiannya sama saat KA ini tiba untuk yang kedua kalinya di Stasiun Medan. Setelah selesai pemeriksaan semuanya, KA Dolok Martimbang berangkat kembali menuju Stasiun Pematang Siantar jam 17.00 WIB dan tiba sekitar pukul 19.30 WIB. Begitu juga saat KA ini tiba untuk yang kedua kalinya di Stasiun Pematang Siantar, proses pengecekan rangkaian KAnya sama.
Berdasarkan Gapeka pada saat itu, KA Dolok Martimbang hanya berhenti dibeberapa stasiun saja. Berangkat dari Stasiun Pematang Siantar, KA ini berhenti di Stasiun Dolok Merangir, Baja Linggei, Tebing Tinggi, Lubuk Pakam dan berakhir di Stasiun Medan. Begitu juga sebaliknya. KA yang sempat di sebut-sebut sebagai Parahyangannya Divre 1 ini menempuh waktu perjalanan lebih kurang 2 jam 30 menit dan dengan jarak sekitar 129 km, perjalanannya yang melewati hampir 75% wilayah perkebunan membentang mulai dari Stasiun Perbaungan hingga hampir mendekati Stasiun Pematang Siantar merupakan perjalanan yang sangat mengasyikkan. Tak kalah mengasyikkannya juga pada saat KA ini melintasi jalur antara Stasiun Tebing Tinggi hingga Stasiun Pematang Siantar. Jalur ini konturnya sedikit menanjak dan berkelok-kelok seperti kebanyakan jalur KA di daerah operasi 2 (Daop 2), maka jangan heran kalau laju KA Dolok Martimbang dijalur tersebut sedikit agak pelan. Ditambah banyak ditemukannya jembatan KA yang tanpa dinding pembatas dan rel paksa yang kesemuanya itu merupakan ciri khas jalur KA pegunungan.
Sekitar tahun 2004, Gapeka KA Dolok Martimbang ini dirubah. KA yang dulunya berjalan secara fakultatif dengan menggunakan satu rangkaian kereta saja, maka ditahun 2004 KA ini menggunakan dua rangkaian kereta dan perjalanannya digabung dengan rangkaian KA Putri Ungu kelas bisnis relasi Medan-Tanjung Balai PP. Jadwal pemerjalanannyapun dirubah juga mengikuti jadwal KA Putri Ungu, tetapi nama KAnya tetap dibedakan Karena jadwal perjalanannya digabung. Setelah KA ini tiba di Stasiun Tebing-Tinggi, maka rangkaiannya pun dipisah menjadi dua. Begitu juga sebaliknya. Biasanya formasi kedua KA ini yaitu KA Putri Ungu berada diposisi depan sedangkan KA Dolok Martimbang dibelakang. Pada saat itu KA ini pun tetap melayani pemerjalanan sebanyak dua kali dari Stasiun Pematang Siantar dan dua kali dari Stasiun Medan. Sayangnya semenjak digabungkannya kedua KA ini, kereta K1 pada rangkaian KA Dolok Martimbang dihapuskan. Pada masa itu juga KA Dolok Martimbang sempat melebarkan sayapnya hingga ke Stasiun Binjai, tapi karena kurangnya okupansi penumpang, akhirnya tidak lebih dari sebulan relasi ke Binjai akhirnya dihapus dari Gapeka.
Seiring berjalannya waktu, maka sekitar tahun 2007 pemerjalanan KA Dolok Martimbang dihapus dari Gapeka. Dengan alasan kurangnya okupansi penumpang. Padahal dimasa jayanya KA ini sempat menarik enam kereta dari yang biasanya hanya tiga kereta dan merupakan primadona etnis Tionghoa yang melakukan perjalanan baik ke Pematang Siantar maupun ke Medan. Pengganti KA ini adalah KA Siantar Ekspres (Sireks) yang statusnya hanya KA kelas ekonomi (K3) seperti pada waktu zaman KA Sireks sebelum berganti menjadi KA Dolok Martimbang.[/spoiler]
Kami berusaha mem-posting sedikit info yang saya dapat dari teman kami . (Rio Andika)
sesama RF divre 1 yang ingin hasil penelusurannya dipublikasikan di forum ini , dan tanpa banyak basa-basi kami dari Divre 1 memberikan ini untuk Railfans Semua .
Salam Hangat "Riky" Railfans Divre 1 happy reading
[spoiler]Sejarah KA Kinantan,
Seolah tidak mau kalah sama Perkereta-apian di Jawa, sekitar tahun 2001 manajemen PT Kereta Api Divre 1 SU dan NAD membuat gebrakan hebat yaitu meluncurkan KA Eksekutif pertama dan satu-satunya di Sumatera dengan nama KA Kinantan. KA Kinantan diluncurkan atas banyaknya permintaan dari para pengusaha perkebunan pada umumnya di Kabupaten Labuhan Batu khususnya di Kota Rantau Prapat yang ingin mendambakan keamanan, kenyamanan dan kecepatan walaupun dibayar dengan harga tiket yang relatif mahal. KA ini mempunyai fasilitas yang terbilang mewah layaknya seperti KA Eksekutif di Jawa, fasilitasnya meliputi ac, tv, kursi yang sangat nyaman dan bisa diputar-putar sesuai dengan keinginan ( reaclining seat) serta ada pijakan kaki dibawahnya, tong sampah mini dibawah kursi, bantal, selimut, makanan dan minuman dibagikan secara gratis yang diambil dari tuslah tiket, toilet yang bersih, prama-prami yang ramah -ramah, kereta makan yang bersih dan petugas keamanan yang selalu berjaga-jaga di setiap pintu agar tidak ada pedagang asongan dan pengemis yang memasuki kereta serta petugas pembersih kereta (OTC).
KA dengan relasi Medan-Tebing Tinggi-Kisaran-Mambang Muda-Rantau Prapat PP ini menggunakan satu rangkaian saja yang terdiri dari Loko BB 303 yang mempunyai lampu kabut layaknya Loko CC 203, lima kereta eksekutif (K1) dengan nomor kereta K1 78701, K1 78702, K1 78703, K1 78704 dan K1 81501 kapasitas maksimal 260 nomor kursi (satu kereta eksekutif (K1) dengan nomor K1 81501 merupakan eks kereta ekonomi K3 yang telah diretrofit menjadi kereta K1) dan dua kereta makan pembangkit eksekutif (KMP1) dengan nomor KMP1 78712 dan KMP1 78713 yang kedua-duanya merupakan eks kereta makan pembangkit bisnis (KMP2) yang telah diretrofit menjadi KMP1. Tapi hanya satu KMP1 saja yang dibawa dalam setiap operasionalnya sedangkan satu kereta KMP1 yang lain hanya digunakan sebagai cadangan. Semua rangkaiannya berwarna putih dan sangat mirip dengan warna KA Eksekutif di Jawa.
KA Kinantan memulai perjalanan dari Stasiun Medan jam 11.00 WIB dan tiba di Stasiun Rantau Prapat sekitar jam 15.30 WIB. Setibanya di Stasiun Rantau Prapat, loko penariknya di bersihkan dulu baik interiornya maupun eksteriornya, setelah selesai baru berpindah posisi ke arah Stasiun Medan. Karena di Stasiun Rantau Prapat tidak memiliki Dipo Likomotif, maka lokonya hanya di cek secukupnya saja oleh para masinis yang akan mengemudikannya kembali ke Stasiun Medan agar tidak terjadi problem mesin ketika dalam perjalanan dan tanpa ada pengisian bahan bakar High Speed Diesel (HSD). Sebaliknya rangkaian keretanya di bawa ke spur simpan untuk dilakukan pengecekan dan pembersihan baik interiornya maupun eksteriornya serta tidak lupa pengecekan kondisi air toilet disetiap rangkaiannya. Setelah selesai semuanya, KA ini pun berangkat kembali menuju Stasiun Medan. Dari Stasiun Rantau Prapat sekitar jam 18.30 WIB dan tiba sekitar jam 23.00 WIB. Sedangkan setibanya di Stasiun Medan, pengecekan rangkaian dan lokonya dilakukan pada besok paginya dengan lebih teliti lagi karena semua peralatan dan perlengkapan terdapat di Stasiun ini.
KA yang sempat dijuluki Argo Bromonya Divre 1 ini menempuh waktu perjalanan lebih kurang 4 jam 30 menit dengan jarak sekitar 267 km termasuk yang tercepat untuk angkutan jalan rel dan jalan darat di rute tersebut serta hingga saat ini rekor tersebut belum pernah terpecahkan. Perjalanannya hampir 80 % melewati wilayah perkebunan dan sebagian rawa. Perjalanan di lintasan antara Stasiun Kisaran hingga Stasiun Rantau Prapat PP penumpang akan disungguhi dengan pemandangan yang sangat unik karena banyak melewati pabrik kelapa sawit serta tempat pengisian Crude Palm Oil (CPO) kedalam gerbong tangki berjenis KKW dengan muatan rata-rata 30 ton per gerbong yang akan di bawa ke Pelabuhan Belawan. Sungguh pemandangan yang sangat jarang ditemui apabila naik kereta-api di luar Divre 1. Pada relasi Medan-Rantau Prapat ini pun sebenarnya terdapat juga KA penumpang Eksekutif/Bisnis Sri Bilah yang di jalankan sebanyak tiga kali dari Stasiun Medan dan Tiga kali dari Stasiun Rantau Prapat.
Sekitar tahun 2004 Gapeka KA Kinantan ini pun sempat dirubah. Yang biasanya berangkat dari Stasiun Medan jam 11.00 WIB dan tiba di Stasiun Rantau Prapat sekitar jam 15.30 WIB, dirubah berangkatnya menjadi jam 08.00 WIB dan tiba sekitar jam 12.30 WIB. Sedangkan berangkat dari Stasiun Rantau Prapat yang biasanya jam 18.30 WIB dan tiba di Stasiun Medan jam 23.00 WIB, dirubah berangkatnya menjadi jam 17.30 WIB dan tiba sekitar jam 22.00 WIB. KA berkode U1 dari Medan dan U2 dari Rantau Prapat merupakan KA unggulan yang perjalanannya harus didahulukan ketika bersilangan di setiap stasiun dengan KA lain. Kadang kalanya dibelakang rangkaian KA ini sering dirangkaikan dengan KA Sultan yang disewa oleh rombongan pejabat pemerintahan maupun pejabat perusahaan perkebunan serta masyarakat kalangan atas. Sayangnya sekitar tahun 2007 KA Kinantan di hapus dari Gapeka dengan alasan kurangnya okupansi penumpang. Sungguh sangat menyedihkan melihat KA reguler termewah di Sumatera harus di hapus dari Gapeka. Hingga saat ini bekas rangkaian KA Kinantan yang terdiri dari lima kereta K1 dan dua kereta KMP1 kini dijadikan armada KA Eksekutif/Bisnis Sri Bilah.[/spoiler]
[spoiler]Sejarah KA Putri Ungu,
KA Putri Ungu diluncurkan sekitar tahun 2002 dengan relasi Medan-Tebing Tinggi-Kisaran-Tanjung Balai dan Feeder ke Binjai PP. KA ini diluncurkan atas banyaknya permintaan masyarakat kalangan menengah yang ingin mendambakan keamanan dan kenyamanan selama dalam perjalanannya baik dari Medan dan Feeder ke Binjai maupun dari Tanjung Balai. KA yang hanya melayani kelas bisnis ini memiliki dua rangkaian yang dijalankan hampir secara bersamaan dari Stasiun Medan (Feeder Stasiun Binjai) maupun dari stasiun Tanjung Balai. Formasi rangkaiannya adalah satu loko BB 303, satu kereta makan pembangkit bisnis (KMP2) dan empat kereta bisnis (K2) yang seluruhnya berwarna putih.
KA Putri Ungu ini memulai perjalanan dari Stasiun Medan jam 07.00 WIB, tiba di Stasiun Tanjung Balai sekitar jam 11.00 WIB dan berangkat lagi jam 14.00 WIB, tiba sekitar jam 18.00 WIB. Sedangkan dari Stasiun Tanjung Balai berangkatnya lebih pagi lagi yaitu jam 06.30 WIB, tiba di Stasiun Medan sekitar jam 10.30 WIB dan berangkat lagi sekitar jam 14.30 WIB, tiba sekitar jam 18.30 WIB. Setibanya di Stasiun Medan, rangkaian KA Putri Ungu di bawa ke spur simpan untuk dilakukan pengecekan dan pembersihan baik interornya maupun eksteriornya serta tidak lupa pula pengecekan kondisi air toilet di masing-masing kereta. Sedangkan lokonya langsung menuju Dipo Lokomotif Medan untuk pengecekan dan pengisian bahan bakar High Speed Diesel (HSD). Sedangkan setibanya di Stasiun Tanjung Balai rangkaian KA ini hanya dicek rangkaian dan pembersihan interiornya saja. Karena di Stasiun ini tidak memiliki Dipo Lokomotif, maka lokomotifnya langsung pindah posisi ke arah Stasiun Medan tanpa di cek sama sekali, kecuali pada malam hari, lokonya nginap di Dipo Lokomotif Kisaran yang jaraknya sekitar 20 km dari Stasiun Tanjung Balai dan keesokan paginya kembali lagi ke Stasiun Tanjung Balai untuk melakukan dinasan KA Putri Ungu pagi.
Berdasarkan Gapeka pada saat itu, KA ini hanya berhenti dibeberapa stasiun saja. Berangkat dari Stasiun Medan, KA Putri Ungu berhenti di Stasiun Bandar Khalifah, Lubuk Pakam, Perbaungan, Tebing Tinggi, Sei Bejangkar, Kisaran dan berakhir di Stasiun Tanjung Balai. Begitu juga sebaliknya. Perjalanan KA ini menempuh jarak sekitar 174 km dan memakan waktu lebih kurang 4 jam serta hampir 75% melintasi wilayah perkebunan yang merupakan ciri khas perjalanan KA di Divre 1.
Sekitar tahun 2004 Gapeka KA Putri Ungu dirubah dari yang biasanya jalan sendiri menjadi digabung dengan KA Dolok Martimbang. Jadwal keberangakatan KA ini dari Stasiun Medan dan dari Stasiun Tanjung Balai tetap, tapi dibelakangnya ikut digabung rangkaian KA Dolok Martimbang. Setelah tiba di Stasiun Tebing Tinggi kedua KA ini dipisah untuk melanjutkan perjalanan ke stasiun akhir masing-masing. Begitu juga sebaliknya. Seiring berjalannya waktu, maka sekitar tahun 2007 KA ini dihapus dari Gapeka tanpa ada alasan yang jelas. Padahal penumpang KA ini termasuk ramai, walaupun pada rute ini terdapat juga perjalanan KA Ekonomi Putri Hijau sebanyak dua trip dari Stasiun Medan dan Stasiun Tanjung Balai. Pengganti KA Putri Ungu ini adalah KA Ekonomi Plus (K3 Plus) Putri Deli yang merupakan nama baru dan perpaduan antara KA Putri Hijau yang sudah ada sebelumnya dengan KA Putri Ungu.[/spoiler]
[spoiler]Sejarah KA Dolok Martimbang,
KA Dolok Martimbang diluncurkan pada saat negara Indonesia sedang dilanda krisis multidimensi yaitu sekitar tahun 1998 yang juga merupakan gebrakan baru bagi Perkereta-apian di Divre 1 SU dan NAD kerena pada saat itulah awal rangkaian kereta-api penumpang di daerah ini berwarna putih. KA ini diluncurkan untuk penumpang kelas menengah dan kelas atas, khususnya para pebisnis perkebunan yang mendambakan keamanan dan kenyamanan selama dalam perjalanan. KA dengan relasi Medan-Tebing Tinggi-Pematang Siantar PP ini menggunakan 1 rangkaian yang dijalankan secara fakultatif sebanyak dua kali dari Stasiun Pematang Siantar dan dua kali dari Stasiun Medan. Rangkaian KA ini terdiri dari satu loko BB 303 beserta satu kereta eksekutif (K1), satu kereta makan pembangkit bisnis (KMP2) dan dua kereta bisnis (K2) yang merupakan retrofit dari kereta ekonomi (K3) eks rangkaian KA Siantar Ekspres (Sireks) yang semuanya berwarna putih. KA Dolok Martimbang ini merupakan pengganti dari KA Sireks yang melayani jalur ini dan hanya terdapat kelas ekonomi (K3) saja.
KA Dolok Martimbang memulai perjalanan dari Stasiun Pematang Siantar sekitar jam 06.30 WIB dan tiba di Stasiun Medan sekitar jam 09.00 WIB dengan memasuki jalur satu. Demi kelancaran selama perjalanan kembali menuju Stasiun Pematang Siantar. Setibanya di Stasiun Medan, loko penariknya dilepas dari rangkaian kereta dan langsung menuju ke Dipo Lokomotif Medan untuk mengecek kondisi loko dan mengisi bahan bakar yang bernama High Speed Diesel (HSD). Setelah selesai, maka lokonya langsung dirangkaikan kembali dengan keretanya. Begitu pula dengan rangkaian keretanya. Setibanya di Stasiun Medan, rangakiannya pun langsung dicek satu persatu secara detail untuk dibersihkan baik interiornya maupun eksteriornya yang dilakukan di sekitar areal peron tepatnya dijalur satu juga karena KA ini tidak terlalu lama berhenti di Stasiun Medan. Tidak lupa pula dicek kondisi air toilet disetiap kereta.
Setelah selesai semuanya, jam 10.10 WIB KA Dolok Martimbang berangkat kembali dan tiba di Stasiun Pematang Siantar sekitar jam 12.35 WIB. Berbeda saat berada di Stasiun Medan, karena di Stasiun Pematang Siantar tidak memilki Dipo Lokomotif. Maka setelah KA ini tiba, lokonya pun langsung pindah posisi kearah Stasiun Medan tanpa dicek sama sekali. Sedangkan rangkaiannya hanya dibersihkan interiornya saja dan cek kondisi air toilet tanpa dicek satu persatu secara detail seperti yang dilakukan di Stasiun Medan.
Sekitar jam 13.35 WIB, KA ini kembali lagi menuju Stasiun Medan dan tiba sekitar pukul 16.00 WIB. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, maka proses pengecekan rangkaiannya sama saat KA ini tiba untuk yang kedua kalinya di Stasiun Medan. Setelah selesai pemeriksaan semuanya, KA Dolok Martimbang berangkat kembali menuju Stasiun Pematang Siantar jam 17.00 WIB dan tiba sekitar pukul 19.30 WIB. Begitu juga saat KA ini tiba untuk yang kedua kalinya di Stasiun Pematang Siantar, proses pengecekan rangkaian KAnya sama.
Berdasarkan Gapeka pada saat itu, KA Dolok Martimbang hanya berhenti dibeberapa stasiun saja. Berangkat dari Stasiun Pematang Siantar, KA ini berhenti di Stasiun Dolok Merangir, Baja Linggei, Tebing Tinggi, Lubuk Pakam dan berakhir di Stasiun Medan. Begitu juga sebaliknya. KA yang sempat di sebut-sebut sebagai Parahyangannya Divre 1 ini menempuh waktu perjalanan lebih kurang 2 jam 30 menit dan dengan jarak sekitar 129 km, perjalanannya yang melewati hampir 75% wilayah perkebunan membentang mulai dari Stasiun Perbaungan hingga hampir mendekati Stasiun Pematang Siantar merupakan perjalanan yang sangat mengasyikkan. Tak kalah mengasyikkannya juga pada saat KA ini melintasi jalur antara Stasiun Tebing Tinggi hingga Stasiun Pematang Siantar. Jalur ini konturnya sedikit menanjak dan berkelok-kelok seperti kebanyakan jalur KA di daerah operasi 2 (Daop 2), maka jangan heran kalau laju KA Dolok Martimbang dijalur tersebut sedikit agak pelan. Ditambah banyak ditemukannya jembatan KA yang tanpa dinding pembatas dan rel paksa yang kesemuanya itu merupakan ciri khas jalur KA pegunungan.
Sekitar tahun 2004, Gapeka KA Dolok Martimbang ini dirubah. KA yang dulunya berjalan secara fakultatif dengan menggunakan satu rangkaian kereta saja, maka ditahun 2004 KA ini menggunakan dua rangkaian kereta dan perjalanannya digabung dengan rangkaian KA Putri Ungu kelas bisnis relasi Medan-Tanjung Balai PP. Jadwal pemerjalanannyapun dirubah juga mengikuti jadwal KA Putri Ungu, tetapi nama KAnya tetap dibedakan Karena jadwal perjalanannya digabung. Setelah KA ini tiba di Stasiun Tebing-Tinggi, maka rangkaiannya pun dipisah menjadi dua. Begitu juga sebaliknya. Biasanya formasi kedua KA ini yaitu KA Putri Ungu berada diposisi depan sedangkan KA Dolok Martimbang dibelakang. Pada saat itu KA ini pun tetap melayani pemerjalanan sebanyak dua kali dari Stasiun Pematang Siantar dan dua kali dari Stasiun Medan. Sayangnya semenjak digabungkannya kedua KA ini, kereta K1 pada rangkaian KA Dolok Martimbang dihapuskan. Pada masa itu juga KA Dolok Martimbang sempat melebarkan sayapnya hingga ke Stasiun Binjai, tapi karena kurangnya okupansi penumpang, akhirnya tidak lebih dari sebulan relasi ke Binjai akhirnya dihapus dari Gapeka.
Seiring berjalannya waktu, maka sekitar tahun 2007 pemerjalanan KA Dolok Martimbang dihapus dari Gapeka. Dengan alasan kurangnya okupansi penumpang. Padahal dimasa jayanya KA ini sempat menarik enam kereta dari yang biasanya hanya tiga kereta dan merupakan primadona etnis Tionghoa yang melakukan perjalanan baik ke Pematang Siantar maupun ke Medan. Pengganti KA ini adalah KA Siantar Ekspres (Sireks) yang statusnya hanya KA kelas ekonomi (K3) seperti pada waktu zaman KA Sireks sebelum berganti menjadi KA Dolok Martimbang.[/spoiler]