08-09-2016, 10:10 PM
Ikutan ah..
Mohon perhatian. Para pengguna jalan raya, perlu kami beritahukan bahwa sesuai dengan Undang-Undang nomor 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian, bahwa setiap pemakai jalan raya yang hendak melintas jalan kereta api, wajib mendahulukan lewatnya kereta api. Palang pintu perlintasan bukanlah alat pengamanan utama dan bukan merupakan rambu lalu lintas, tetapi hanyalah alat bantu untuk mengamankan perjalanan kereta api.
Suara itu. Suara yang lama tak kudengar. Suara yang menurutmu membosankan dan bikin ngantuk.
"Coba aku yang bilang. Wah, dijamin yang dengar bakal berah nunggu kereta lewat," begitu ucapmu kala itu. Ah, kamu memang orang yang humoris.
Lalu aku pun akan tertawa. Kamu memang sedikit nyentrik. Tapi baik hati, tentu saja. Karena itulah aku nyaman ketika berada di dekatmu.
Selanjutnya, seperti biasa, kita, aku dan kamu, bergegas mendekati perlintasan. Seperti anak kecil yang polos dan lucu.
"Lihat! Itu Penataran!" katamu seraya menunjuk ke arah Stasiun Singosari. Aku hanya diam dan memerhatikan.
"Shania! Tuh, dengar! Panjangnya!" Ah, seperti biasa, kamu akan heboh sendiri ketika sulai mengudara. Dan kamu benar, kali ini lebih panjang dari biasanya.
Kita masih berdiri di sini, di dekat palang yang telah menutup hampir empat menit. Di antara pengendara yang sebagian terlihat tak sabaran.
Kereta mulai berjalan pelan membelai mesra rel di bawahnya. Dan senyum cerah serta binar matamu makin menjadi. Mungkin kamu tak tahu, tapi aku sebang melihatmu bahagia seperti itu.
Dari balik kabin masinis sebuah tangan melambai keluar, sepertinya menyapa kami, atau entah siapa yang dimaksud.
"Shaniaaaa!!!" Aduh, mulai lagi, kamu dengan lebaymu. Tapi tak mengapa. Asal senyummu semakin merekah hangat.
Palang membuka kembali. Aku, juga kamu, berjalan riang melintasi rel. Kaki kita bersenandung ceria.
Memori itu perlahan memudar, berganti bulir-bulir bening yang memberati kelopak mata.
Di sini, di tempat yang sama, di JPL sebelah Stasiun Singosari kita pernah bersama, memandang ular besi melintas sepulang sekolah. Kamu tahu, tiba-tiba aku rindu saat itu.
Untuk itu berhati-hatilah setiap akan melewati perlintasan kereta api. Di lokasi lain masih banyak perlintasan yang tidak dijaga dan tidak berpintu. Oleh sebab itu patuhilah rambu-rambu lalu lintas yang ada. Dengan mematuhi peraturan lalu lintas berarti anda telah menyelamatkan diri sendiri, keluarga, dan rekan-rekan dari bahaya kecelakaan.
Palang telah membuka kembali. Kulajukan mobil ini melewati perlintasan dengan sisa-sisa kenangan yang ada padanya.
Suatu Senja di Singosari
Mohon perhatian. Para pengguna jalan raya, perlu kami beritahukan bahwa sesuai dengan Undang-Undang nomor 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian, bahwa setiap pemakai jalan raya yang hendak melintas jalan kereta api, wajib mendahulukan lewatnya kereta api. Palang pintu perlintasan bukanlah alat pengamanan utama dan bukan merupakan rambu lalu lintas, tetapi hanyalah alat bantu untuk mengamankan perjalanan kereta api.
Suara itu. Suara yang lama tak kudengar. Suara yang menurutmu membosankan dan bikin ngantuk.
"Coba aku yang bilang. Wah, dijamin yang dengar bakal berah nunggu kereta lewat," begitu ucapmu kala itu. Ah, kamu memang orang yang humoris.
Lalu aku pun akan tertawa. Kamu memang sedikit nyentrik. Tapi baik hati, tentu saja. Karena itulah aku nyaman ketika berada di dekatmu.
Selanjutnya, seperti biasa, kita, aku dan kamu, bergegas mendekati perlintasan. Seperti anak kecil yang polos dan lucu.
"Lihat! Itu Penataran!" katamu seraya menunjuk ke arah Stasiun Singosari. Aku hanya diam dan memerhatikan.
"Shania! Tuh, dengar! Panjangnya!" Ah, seperti biasa, kamu akan heboh sendiri ketika sulai mengudara. Dan kamu benar, kali ini lebih panjang dari biasanya.
Kita masih berdiri di sini, di dekat palang yang telah menutup hampir empat menit. Di antara pengendara yang sebagian terlihat tak sabaran.
Kereta mulai berjalan pelan membelai mesra rel di bawahnya. Dan senyum cerah serta binar matamu makin menjadi. Mungkin kamu tak tahu, tapi aku sebang melihatmu bahagia seperti itu.
Dari balik kabin masinis sebuah tangan melambai keluar, sepertinya menyapa kami, atau entah siapa yang dimaksud.
"Shaniaaaa!!!" Aduh, mulai lagi, kamu dengan lebaymu. Tapi tak mengapa. Asal senyummu semakin merekah hangat.
Palang membuka kembali. Aku, juga kamu, berjalan riang melintasi rel. Kaki kita bersenandung ceria.
Memori itu perlahan memudar, berganti bulir-bulir bening yang memberati kelopak mata.
Di sini, di tempat yang sama, di JPL sebelah Stasiun Singosari kita pernah bersama, memandang ular besi melintas sepulang sekolah. Kamu tahu, tiba-tiba aku rindu saat itu.
Untuk itu berhati-hatilah setiap akan melewati perlintasan kereta api. Di lokasi lain masih banyak perlintasan yang tidak dijaga dan tidak berpintu. Oleh sebab itu patuhilah rambu-rambu lalu lintas yang ada. Dengan mematuhi peraturan lalu lintas berarti anda telah menyelamatkan diri sendiri, keluarga, dan rekan-rekan dari bahaya kecelakaan.
Palang telah membuka kembali. Kulajukan mobil ini melewati perlintasan dengan sisa-sisa kenangan yang ada padanya.
Mencatat senja sebelum kepulanganku, menyanding rahimmu yang menganak pertemuan kita..
-Sebuah Nama yang Tak Pernah Sampai-