02-07-2014, 06:52 PM
(This post was last modified: 02-07-2014, 07:13 PM by triez_RF Cirebon.)
Lanjutan..
Pukul 09.34 PPKA TGI memberikan aspek aman kepada masinis S8 Rajabasa setelah disusul BBR super Arah Tarahan. Disini ada yang unik, meskipun , 40 dan 41 telah lengkap, namun sinyal keluar stasiun tidak terlihat dari kabin masinis. Ini disebabkan karena jarak pandang yang sangat jauh.namun begitu, massinis dan ass massinis selalu berkordinasi menggunakan HT dan juga radio lok.
Perhatikan gambar dibawah ini:
[spoiler=apakah sinyak keluar stasiun TGI terlihat?]
[/spoiler]
Jika teman-teman bisa melihat dengan jelas sinyal keluar tersebut, ane acungkan jempol dah
Perlahan roda besi mulai menggelinding menjauhi keramaian stasiun pagi itu.
Disini S8 Rajabasa menyusul KA BBR regular yang sudah tersedia dijalur sedari tadi.
[spoiler=susul BBR Regular]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
Beberapa saat berlalu, akhirnya melewati rumah sinyal yang terletak kurang lebih 500 meter dari stasiun TGI.
[spoiler=Rumah Sinyal (pos) TGI]
[/spoiler]
dan sinyal keluar stasiun tegineneg pun terlihat. Ternyata sudah sedari tadi mengangkat keatas yang menandakan jalur aman dan boleh dilewati
[spoiler=sinyal keluar stasiun TGI]
[/spoiler]
Seusai semboyan 21 S8 rajabasa melewati wesel, kecepatan laju KA semakin kencang saja. Jalur lurus membuat daya pandang massinis cukup terpantau, sehingga ia memberanikan diri memacu secepat mungkin sepoor yang dikendalikannya, tapi tetap memperhatikan taspat dilintas tersebut.
Stasiun persinggahan berikutnya adalah:
[spoiler=stasiun Rengas]
[/spoiler]
Perjalanan menuju stasiun rengas, masih sama seperti menuju stasiun tegineneng. Hijau royo-royo masih menemani perjalanan 12 kilometer kami saat itu. Jalur disini masih double track, sehingga memungkin terjadinya persusulan maupun persilngan.
Dalam hati berkata, : “kira-kira di rengas ada apah yak?. Silang atau susul yak?â€Â.
Belom selesai berucap, laju S8 melemah. Ketika buka bordes dan ngecek, ternyata dari kejauhan sinyal muka stasiun rengas masih tertidur dengan pulasnya.
Ternyata unik juga kelakuan massinis S8 ini. Rupanya dia tidak “nge-rem†sekaligus dan berhenti didepan sinyal muka dan sinyal masuk. Melainkan berjalan perlahan sembari menunggu sinyal aman. Kecepatannya saya perkirakan sekitar 5 KmM/Jam.
Dari kejauhan terlihat jelas bahwa stasiun rengas memiliki dua jalur.
Satu jalur untuk persilangan dan menaik-turunkan penumpang. Sementara jalur no 2 merupakan sepoor langsung yang digunakan sebagai KA yang berjalan langsung.
Sekiranya sepoor ini akan masuk jalur 1, karena peronnya yang sudah ditinggikan.
[spoiler=stasiun rengas]
[/spoiler]
[spoiler=makin deket]
[/spoiler]
[spoiler=lebih dekat]
[/spoiler ]
[spoiler=persiapan belok]
[/spoiler]
[spoiler=lebih dekat lagi]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
Distasiun rengas, penumpang yang naik tidak begitu banyak. Masih bisa dihitung dengan jari.
kini, stasiun ini telah berperon tinggi. Memudahkan penumpang untuk naik kedalam rangkaian
[spoiler=S8 distasiun Rengas 1]
[/spoiler]
[spoiler=sisi lain S8 distasiun Rengas]
[/spoiler]
[spoiler=sisi lain S8 distasiun rengas 2]
[/spoiler]
[spoiler=lebih dekat]
[/spoiler]
[spoiler=sisi lain]
[/spoiler]
[spoiler=sisi lain 2]
[/spoiler]
Disini, saya kira akan mengalami nasib apes juga. Namun ternyata dugaan saya keliru. S8 Rajabasa disini tidak kena persilangan maupun persusulan. KA Rajabasa bisa berjalan kembali tanpa harus menunggu, namun tetap ternyata berhenti lama juga rupanya.
[spoiler=waiting sinyal aman]
[/spoiler]
Setelah menunggu beberapa menit, terdengarlah suara peluit dari arah tengah rangkaian. Kemudian massinis mengecek asal suara itu dan mencari-cari orang berseragam yang mengacungkan tongkat sakti berwarna hijau.
[spoiler=memastikan semboyan 40 dan 41]
[/spoiler]
Sinyal keluar didepan sana sudah mengangkat. Dari dalam kabin dan bordes k3-1, sinyal keluar ini masih bisa terlihat dengan jelas sekali. Jaraknya relatif letif pendek dari sinyal distasiun sebelumnya.
[spoiler=sinyal keluar]
[/spoiler]
Jika diamati lebih seksama, ternyata lintas yang berikutnya akan kita jalani adalah naik turun, meskipun tidak terjal, namun cukup menantang juga.
Ketika roda semakin berputar, kami semakin mendekati sinyal keluar stasiun rengas.
[spoiler=sinyal keluar]
[/spoiler]
Dari foto diatas, bisa dilihat bahwa jalur menuju stasiun berikutnya adalah bergelombang, naik dan turun. Dan uniknya lagi, sinyal muka stasiun rengas arah tanjung karang sudah elektrik. Sungguh sangat istimewa sekali
Kembali ke perjalanan,:
hijaunya sawah dan perkebunan milik warga masih memanjakan mata kami dan menemani perjalanan kami. Banyak diantara petani yang sengaja berhenti beraktivitas sejenak guna melihat kegagahan kereta yang kami naiki ini.
Perjalanan menuju stasiun berikutnya, masih identik dengan sepoor yang lurus dan jarang sekali berbelok-belok. Maasinis pun masih berani menggeber kecapatan sesuai taspat dilintas tersebut.
Disini, sambil mengusir kebosanan, maka saya mulai memberanikan diri untuk mengobrol dengan penduduk lokal setempat. Tentunya menggunakan bahasa indonesia. Karena saya gak ngerti bahasa mereka
Ternyata, jika diambil kesimpulan. Banyak dari mereka yang menggangap kereta adalah moda transportasi aman, nyaman dan sangat murah jika dibandingkan dengan moda darat lainnya. Jika menggunakan ban karet, tanjung karang-palembang bisa 15 jam lebih dengan harga > Rp 130.000.
Maka dari itu, kereta penumpang disini laku keras meskipun sering mengalah sama sepoor presiden
Ketika tengah asyik mengobrol, kecepatan kereta berkurang dan terdengar dari cc20415. Segera kuakhiri obrolan singkat tersebut. Tentunya dengan meimnta izin terlebih dulu. Dan saya jelaskan kalo ingin :motrek:
Stasiun Bekri [BKI]
[spoiler=Bekri dari jauh]
[/spoiler]
[spoiler=bangunan stasiun Bekri]
[/spoiler]
[spoiler=disambut PPKA]
[/spoiler]
Stasiun bekri saya rasa cukup unik. Antara peron penumpang dengan ruang PPKA nya itu terpisah.
Dimana sepoor lurus menjadikan pemisah antara keduanya
Berikut, foto-foto ketika S8 Rajabasa berhenti distasiun Bekri/BKI
[spoiler]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
Seperti yang sudah saya pernah katakan, sinyal keluar beberapa stasiun tidak terlihat. Selain karena letaknya yang jauh dan juga karena adanya tikungan, sehingga tidak nampak jelas oleh massinis.
Dan stasiun bekri adalah salah satunya. Sinyal keluar stasiun bekri, ditempuh dalam waktu 2 menitan dengan kecepatan normal. Jika dihitung berdasarkan jarak, mungkin sekitar 1-2 Kilometer jauhnya.
Dan disini, kami tidak mengalami silang maupun susul antar KA. Kereta berhenti hanya untuk menaik-turunkan penumpang saja.
S8 rajaba berangkat stasiun Bekri tepat pukul 10.00 setelah berhenti sekitar 5 menitan distasiun ini. Tidak banyak yang naik, namun keberadaan stasiun ini cukup membantu untu persilangan dan persusulan karena sepoor beloknya yang panjanggnya luar biasa
Silahkan cek dimari:
Sebelum KA berjalan, saya sempat ngobrol sama assisten massinis S8 Rajabasa.
“mas, sinyal keluar didepan ko gak ada?â€Â. Tanyaku padanya.
“ada mas, didepan sana. Letaknya memang agak jauhâ€Â, bales orang tersebut.
“kalo jauh gitu, emang kelihatan?†tanyaku lagi padanya.
“kelihatan ko masâ€Â, imbuhnya.
Sembari memberikan Semboyan 35 kepada PPKA, assisten masinis muda itu pun masuk kedalam kabin yang mengakhiri obrolan singkat kita siang itu.
[spoiler=ini dia orangnya]
[/spoiler]
Dalam perjalanan menuju stasiun berikutnya, kembali saya mengobrol dengan penduduk lokal guna menghibur diri dan mengusir kebosanan yang mulai melanda. Rsa kantuk juga mulai melanda perjalanan saya pagi ini.
Selama perjalanan, CC20415 berjalan normal dengan kecepatan sekitar 60 Km saja.
Tak terasa, 10 menit berjalan kami sudah harus singgah dan berhenti lagi distasiun beikutnya.
Ya, stasiun haji pemanggilan.
Berbeda dengan stasiun Bekri, stasiun ini sepoor beloknya pendek sekali. Mungkin sama dengan sepoor belok KA di jawa.
[spoiler=bangunan stasiun Haji Pemanggilan]
[/spoiler]
Beberapa foto S8 saat berhenti di stasiun Haji pemanggilan:
[spoiler=Foto 1]
[/SPOILER]
[spoiler=Foto 2]
[/spoiler]
[spoiler=Foto 3]
[/spoiler]
[spoiler=Foto 4]
[/spoiler]
Tak berhenti lama rupanya S8 Rajabasa distasiun ini. < 3 menit.
Menurut Gapeka 2013, malah gak berhenti disini. Namun ternyata, PPKA berkata lain. S8 rajabasa berhenti untuk tuk aman stasiun berikutnya.
[spoiler=Cek Semboyan 40 dan 41]
[/spoiler]
Pukul 10.11 S8 Rajabasa Diizinkan berangkat.
Rasa penasaran mulai menghantui saya, karena selama perjalanan hanya berdiam diri dibordes, maka saya beranikan diri untuk nengok kedalam rangkaian. Seperti apah sih suasana S8 pagi ini?
[spoiler=suasana S8]
[/spoiler]
Ketika memberanikan diri untuk membuka pintu, maka suasana dingin segera menghampiri saya.
Udara saat itu begitu dingin dan segarnya. Jika dibandingkan dengan KA dijawa, mungkin seperti AC K2.
Benar-benar puas saya terhadap AC S8 rajabasa ini, meskipun sudah jalan > 3 jam, AC tetap dingin. Hal ini dijumpai hampir disemua kereta. Termasuk KMP3 nya juga, dingin.
sepanjang perjalanan pun, teknisi selalu mondar-mandir kedepan belakang guna mengecek kedinginan suhu ruangan. Bahkan, beliau sempat bertanya kepada beberapa penumpang mengenai tingkat kepuasan mereka.
Suasana k3-1 tempat saya bernaung, ternyata cukup ramai juga. Kursi-kursi telah terisi penuh dengan “nyang punya†itu kursi sendiri. Rata-rata dari mereka, selalu memperhatikan orang yang sedang jalan. Bak artis, saat sedang berjalan menyelusuri seluruh rangkaian ane dilihatiin gitu. Ge-Er nya minta ampun bro.
Tapi sayangnya gak ada nyang bkin saya sih.
Semua masih kalah jauh sama gadis pantura : ha ha ha:
Ketika tengah asik menikmati interior K3 S8, ternyata S8 sudah akan berhenti distasiun pemberhentian selanjutnya. Stasiun Sulusuban.
Seperti yang sudah-sudah, peron dan emplasment stasiun ini lebih mirip stasiun KRL di jabodetabek.
Hanya memiliki dua buah jalur, namun jalur beloknya tersebut mimiliki panjang yang lumayan panjang. Sekitar 1-1,5 Kilometer.
Dijadwal, harusnya distasiun juga S8 Rajabasa Berjalan langsung. Namun ternyata disini S8 yang kami naiki menang susul melawan BBR Super.
[spoiler=S8 Rajabasa Saat berhenti di Sulusuban]
[/spoiler]
[spoiler=S8 Rajabasa Saat berhenti di Sulusuban 2]
[/spoiler]
Ternyata dugaan saya benar adanya.
Kenapa S8 Rajabasa harus berhenti sejenak distasiun sebelumnya. Ternyata S8 berngkat stasiun HJI tunggu aman stasiun SLS. Di SLS sendiri S8 Rajabasa rencananya akan menyusul KA BBR Super disepoor lurus.
Setelah jalur aman, barulah S8 rajabasa berngkat HJI.
Dari kejauhan, memang terlihat kotak kecil berwarna kuning.
Jika diamati lebih jauh, itu adalah bokongnya BBR Super yang akan kita “salip†(susul).
[spoiler=Bokong BBR Super]
[/spoiler]
[spoiler=Bokong BBR Super 2]
[/Spoiler]
[spoiler=Bokong BBR super 3]
[/spoiler]
[spoiler=Bokong BBR super 4]
[/SPOILER]
Berpacu pada gapeka, seharusnya KA ini tidak berhenti regular disini.
Berhenti hanya untuk silang susul antar KA saja. Namun ternyata, minat masyarakat terhadap jasa KA semakin besar.
Ada beberapa penumpang yang ternyata naik dari sini.
Dengan kata lain, S8 rajabasa ini terpaksa BLB dimari.
[spoiler=penumpang S8 Rajabasa]
[/spoiler]
Tiba-tiba muncul dari kejauhan sesosok pria berseragam acak-acakan berlari menuju kabin .
Kalo dilihat-lihat sih, seperti kru KA BBR yang akan kita susul. Rupanya, pagawai tersebut ikut nebeng sampai 205 tersebut. kalo jalan kaki, lumayan juga soalnya. Jauhnya minta ampun
[spoiler]
[/spoiler]
Bersambung dulu ah
dilanjutkan sambil menunggu waktu senggang
owh, lengkap sekali bro. nuhun infonya.
Pukul 09.34 PPKA TGI memberikan aspek aman kepada masinis S8 Rajabasa setelah disusul BBR super Arah Tarahan. Disini ada yang unik, meskipun , 40 dan 41 telah lengkap, namun sinyal keluar stasiun tidak terlihat dari kabin masinis. Ini disebabkan karena jarak pandang yang sangat jauh.namun begitu, massinis dan ass massinis selalu berkordinasi menggunakan HT dan juga radio lok.
Perhatikan gambar dibawah ini:
[spoiler=apakah sinyak keluar stasiun TGI terlihat?]
[/spoiler]
Jika teman-teman bisa melihat dengan jelas sinyal keluar tersebut, ane acungkan jempol dah
Perlahan roda besi mulai menggelinding menjauhi keramaian stasiun pagi itu.
Disini S8 Rajabasa menyusul KA BBR regular yang sudah tersedia dijalur sedari tadi.
[spoiler=susul BBR Regular]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
Beberapa saat berlalu, akhirnya melewati rumah sinyal yang terletak kurang lebih 500 meter dari stasiun TGI.
[spoiler=Rumah Sinyal (pos) TGI]
[/spoiler]
dan sinyal keluar stasiun tegineneg pun terlihat. Ternyata sudah sedari tadi mengangkat keatas yang menandakan jalur aman dan boleh dilewati
[spoiler=sinyal keluar stasiun TGI]
[/spoiler]
Seusai semboyan 21 S8 rajabasa melewati wesel, kecepatan laju KA semakin kencang saja. Jalur lurus membuat daya pandang massinis cukup terpantau, sehingga ia memberanikan diri memacu secepat mungkin sepoor yang dikendalikannya, tapi tetap memperhatikan taspat dilintas tersebut.
Stasiun persinggahan berikutnya adalah:
[spoiler=stasiun Rengas]
[/spoiler]
Perjalanan menuju stasiun rengas, masih sama seperti menuju stasiun tegineneng. Hijau royo-royo masih menemani perjalanan 12 kilometer kami saat itu. Jalur disini masih double track, sehingga memungkin terjadinya persusulan maupun persilngan.
Dalam hati berkata, : “kira-kira di rengas ada apah yak?. Silang atau susul yak?â€Â.
Belom selesai berucap, laju S8 melemah. Ketika buka bordes dan ngecek, ternyata dari kejauhan sinyal muka stasiun rengas masih tertidur dengan pulasnya.
Ternyata unik juga kelakuan massinis S8 ini. Rupanya dia tidak “nge-rem†sekaligus dan berhenti didepan sinyal muka dan sinyal masuk. Melainkan berjalan perlahan sembari menunggu sinyal aman. Kecepatannya saya perkirakan sekitar 5 KmM/Jam.
Dari kejauhan terlihat jelas bahwa stasiun rengas memiliki dua jalur.
Satu jalur untuk persilangan dan menaik-turunkan penumpang. Sementara jalur no 2 merupakan sepoor langsung yang digunakan sebagai KA yang berjalan langsung.
Sekiranya sepoor ini akan masuk jalur 1, karena peronnya yang sudah ditinggikan.
[spoiler=stasiun rengas]
[/spoiler]
[spoiler=makin deket]
[/spoiler]
[spoiler=lebih dekat]
[/spoiler ]
[spoiler=persiapan belok]
[/spoiler]
[spoiler=lebih dekat lagi]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
Distasiun rengas, penumpang yang naik tidak begitu banyak. Masih bisa dihitung dengan jari.
kini, stasiun ini telah berperon tinggi. Memudahkan penumpang untuk naik kedalam rangkaian
[spoiler=S8 distasiun Rengas 1]
[/spoiler]
[spoiler=sisi lain S8 distasiun Rengas]
[/spoiler]
[spoiler=sisi lain S8 distasiun rengas 2]
[/spoiler]
[spoiler=lebih dekat]
[/spoiler]
[spoiler=sisi lain]
[/spoiler]
[spoiler=sisi lain 2]
[/spoiler]
Disini, saya kira akan mengalami nasib apes juga. Namun ternyata dugaan saya keliru. S8 Rajabasa disini tidak kena persilangan maupun persusulan. KA Rajabasa bisa berjalan kembali tanpa harus menunggu, namun tetap ternyata berhenti lama juga rupanya.
[spoiler=waiting sinyal aman]
[/spoiler]
Setelah menunggu beberapa menit, terdengarlah suara peluit dari arah tengah rangkaian. Kemudian massinis mengecek asal suara itu dan mencari-cari orang berseragam yang mengacungkan tongkat sakti berwarna hijau.
[spoiler=memastikan semboyan 40 dan 41]
[/spoiler]
Sinyal keluar didepan sana sudah mengangkat. Dari dalam kabin dan bordes k3-1, sinyal keluar ini masih bisa terlihat dengan jelas sekali. Jaraknya relatif letif pendek dari sinyal distasiun sebelumnya.
[spoiler=sinyal keluar]
[/spoiler]
Jika diamati lebih seksama, ternyata lintas yang berikutnya akan kita jalani adalah naik turun, meskipun tidak terjal, namun cukup menantang juga.
Ketika roda semakin berputar, kami semakin mendekati sinyal keluar stasiun rengas.
[spoiler=sinyal keluar]
[/spoiler]
Dari foto diatas, bisa dilihat bahwa jalur menuju stasiun berikutnya adalah bergelombang, naik dan turun. Dan uniknya lagi, sinyal muka stasiun rengas arah tanjung karang sudah elektrik. Sungguh sangat istimewa sekali
Kembali ke perjalanan,:
hijaunya sawah dan perkebunan milik warga masih memanjakan mata kami dan menemani perjalanan kami. Banyak diantara petani yang sengaja berhenti beraktivitas sejenak guna melihat kegagahan kereta yang kami naiki ini.
Perjalanan menuju stasiun berikutnya, masih identik dengan sepoor yang lurus dan jarang sekali berbelok-belok. Maasinis pun masih berani menggeber kecapatan sesuai taspat dilintas tersebut.
Disini, sambil mengusir kebosanan, maka saya mulai memberanikan diri untuk mengobrol dengan penduduk lokal setempat. Tentunya menggunakan bahasa indonesia. Karena saya gak ngerti bahasa mereka
Ternyata, jika diambil kesimpulan. Banyak dari mereka yang menggangap kereta adalah moda transportasi aman, nyaman dan sangat murah jika dibandingkan dengan moda darat lainnya. Jika menggunakan ban karet, tanjung karang-palembang bisa 15 jam lebih dengan harga > Rp 130.000.
Maka dari itu, kereta penumpang disini laku keras meskipun sering mengalah sama sepoor presiden
Ketika tengah asyik mengobrol, kecepatan kereta berkurang dan terdengar dari cc20415. Segera kuakhiri obrolan singkat tersebut. Tentunya dengan meimnta izin terlebih dulu. Dan saya jelaskan kalo ingin :motrek:
Stasiun Bekri [BKI]
[spoiler=Bekri dari jauh]
[/spoiler]
[spoiler=bangunan stasiun Bekri]
[/spoiler]
[spoiler=disambut PPKA]
[/spoiler]
Stasiun bekri saya rasa cukup unik. Antara peron penumpang dengan ruang PPKA nya itu terpisah.
Dimana sepoor lurus menjadikan pemisah antara keduanya
Berikut, foto-foto ketika S8 Rajabasa berhenti distasiun Bekri/BKI
[spoiler]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
[spoiler]
[/spoiler]
Seperti yang sudah saya pernah katakan, sinyal keluar beberapa stasiun tidak terlihat. Selain karena letaknya yang jauh dan juga karena adanya tikungan, sehingga tidak nampak jelas oleh massinis.
Dan stasiun bekri adalah salah satunya. Sinyal keluar stasiun bekri, ditempuh dalam waktu 2 menitan dengan kecepatan normal. Jika dihitung berdasarkan jarak, mungkin sekitar 1-2 Kilometer jauhnya.
Dan disini, kami tidak mengalami silang maupun susul antar KA. Kereta berhenti hanya untuk menaik-turunkan penumpang saja.
S8 rajaba berangkat stasiun Bekri tepat pukul 10.00 setelah berhenti sekitar 5 menitan distasiun ini. Tidak banyak yang naik, namun keberadaan stasiun ini cukup membantu untu persilangan dan persusulan karena sepoor beloknya yang panjanggnya luar biasa
Silahkan cek dimari:
Sebelum KA berjalan, saya sempat ngobrol sama assisten massinis S8 Rajabasa.
“mas, sinyal keluar didepan ko gak ada?â€Â. Tanyaku padanya.
“ada mas, didepan sana. Letaknya memang agak jauhâ€Â, bales orang tersebut.
“kalo jauh gitu, emang kelihatan?†tanyaku lagi padanya.
“kelihatan ko masâ€Â, imbuhnya.
Sembari memberikan Semboyan 35 kepada PPKA, assisten masinis muda itu pun masuk kedalam kabin yang mengakhiri obrolan singkat kita siang itu.
[spoiler=ini dia orangnya]
[/spoiler]
Dalam perjalanan menuju stasiun berikutnya, kembali saya mengobrol dengan penduduk lokal guna menghibur diri dan mengusir kebosanan yang mulai melanda. Rsa kantuk juga mulai melanda perjalanan saya pagi ini.
Selama perjalanan, CC20415 berjalan normal dengan kecepatan sekitar 60 Km saja.
Tak terasa, 10 menit berjalan kami sudah harus singgah dan berhenti lagi distasiun beikutnya.
Ya, stasiun haji pemanggilan.
Berbeda dengan stasiun Bekri, stasiun ini sepoor beloknya pendek sekali. Mungkin sama dengan sepoor belok KA di jawa.
[spoiler=bangunan stasiun Haji Pemanggilan]
[/spoiler]
Beberapa foto S8 saat berhenti di stasiun Haji pemanggilan:
[spoiler=Foto 1]
[/SPOILER]
[spoiler=Foto 2]
[/spoiler]
[spoiler=Foto 3]
[/spoiler]
[spoiler=Foto 4]
[/spoiler]
Tak berhenti lama rupanya S8 Rajabasa distasiun ini. < 3 menit.
Menurut Gapeka 2013, malah gak berhenti disini. Namun ternyata, PPKA berkata lain. S8 rajabasa berhenti untuk tuk aman stasiun berikutnya.
[spoiler=Cek Semboyan 40 dan 41]
[/spoiler]
Pukul 10.11 S8 Rajabasa Diizinkan berangkat.
Rasa penasaran mulai menghantui saya, karena selama perjalanan hanya berdiam diri dibordes, maka saya beranikan diri untuk nengok kedalam rangkaian. Seperti apah sih suasana S8 pagi ini?
[spoiler=suasana S8]
[/spoiler]
Ketika memberanikan diri untuk membuka pintu, maka suasana dingin segera menghampiri saya.
Udara saat itu begitu dingin dan segarnya. Jika dibandingkan dengan KA dijawa, mungkin seperti AC K2.
Benar-benar puas saya terhadap AC S8 rajabasa ini, meskipun sudah jalan > 3 jam, AC tetap dingin. Hal ini dijumpai hampir disemua kereta. Termasuk KMP3 nya juga, dingin.
sepanjang perjalanan pun, teknisi selalu mondar-mandir kedepan belakang guna mengecek kedinginan suhu ruangan. Bahkan, beliau sempat bertanya kepada beberapa penumpang mengenai tingkat kepuasan mereka.
Suasana k3-1 tempat saya bernaung, ternyata cukup ramai juga. Kursi-kursi telah terisi penuh dengan “nyang punya†itu kursi sendiri. Rata-rata dari mereka, selalu memperhatikan orang yang sedang jalan. Bak artis, saat sedang berjalan menyelusuri seluruh rangkaian ane dilihatiin gitu. Ge-Er nya minta ampun bro.
Tapi sayangnya gak ada nyang bkin saya sih.
Semua masih kalah jauh sama gadis pantura : ha ha ha:
Ketika tengah asik menikmati interior K3 S8, ternyata S8 sudah akan berhenti distasiun pemberhentian selanjutnya. Stasiun Sulusuban.
Seperti yang sudah-sudah, peron dan emplasment stasiun ini lebih mirip stasiun KRL di jabodetabek.
Hanya memiliki dua buah jalur, namun jalur beloknya tersebut mimiliki panjang yang lumayan panjang. Sekitar 1-1,5 Kilometer.
Dijadwal, harusnya distasiun juga S8 Rajabasa Berjalan langsung. Namun ternyata disini S8 yang kami naiki menang susul melawan BBR Super.
[spoiler=S8 Rajabasa Saat berhenti di Sulusuban]
[/spoiler]
[spoiler=S8 Rajabasa Saat berhenti di Sulusuban 2]
[/spoiler]
Ternyata dugaan saya benar adanya.
Kenapa S8 Rajabasa harus berhenti sejenak distasiun sebelumnya. Ternyata S8 berngkat stasiun HJI tunggu aman stasiun SLS. Di SLS sendiri S8 Rajabasa rencananya akan menyusul KA BBR Super disepoor lurus.
Setelah jalur aman, barulah S8 rajabasa berngkat HJI.
Dari kejauhan, memang terlihat kotak kecil berwarna kuning.
Jika diamati lebih jauh, itu adalah bokongnya BBR Super yang akan kita “salip†(susul).
[spoiler=Bokong BBR Super]
[/spoiler]
[spoiler=Bokong BBR Super 2]
[/Spoiler]
[spoiler=Bokong BBR super 3]
[/spoiler]
[spoiler=Bokong BBR super 4]
[/SPOILER]
Berpacu pada gapeka, seharusnya KA ini tidak berhenti regular disini.
Berhenti hanya untuk silang susul antar KA saja. Namun ternyata, minat masyarakat terhadap jasa KA semakin besar.
Ada beberapa penumpang yang ternyata naik dari sini.
Dengan kata lain, S8 rajabasa ini terpaksa BLB dimari.
[spoiler=penumpang S8 Rajabasa]
[/spoiler]
Tiba-tiba muncul dari kejauhan sesosok pria berseragam acak-acakan berlari menuju kabin .
Kalo dilihat-lihat sih, seperti kru KA BBR yang akan kita susul. Rupanya, pagawai tersebut ikut nebeng sampai 205 tersebut. kalo jalan kaki, lumayan juga soalnya. Jauhnya minta ampun
[spoiler]
[/spoiler]
Bersambung dulu ah
dilanjutkan sambil menunggu waktu senggang
owh, lengkap sekali bro. nuhun infonya.