Hi, temen2, ni tadi barusan gwe temukan di . Ni cerita lumayan bagus lho..
Met Nikmati
:esmile: :esmile:
"MKA
Jawa Barat
31 Juni 2007
Penulis: Dian Pujayanti
Sekitar dua tahun lalu, saya melihat ada sebuah bangunan mirip bengkel kereta di lintas Kerawang-Cikampek. Di dalamnya tampak dua buah loko uap hitam, yang satu ada kupingnya. Bisakan Majalah KA menelusuri loko-loko itu? Apakah masih ada?
Berbekal email Deny Nurdin yang terus memberi informasi seputar temuannya tersebut, MKA berangkat bersama Odong-odong untuk menelusuri jejak si hitam legam di Karawang. Odong-odong merupakan sebutan KA penumpang jurusan Pasar Senen-Purwakarta. Disebut odong-odong, menurut penuturan pengasong Stasiun Senen, Selain kondisinya yang buruk KA ini selalu mengalah terhadap kereta lain.
KA Odong-odong terdiri dari 2 kelas. Ekonomi dan bisnis masing-masing berjalan satu kali. Tiket KA Odong-odong cuman Rp 2500,- untuk kelas ekonomi, dan Rp 5000 kelas bisnis. KA ini bebas menurunkan dan menaikkan penumpang di setiap stasiun sepanjang linta Pasar Senen-Purwakarta. Uniknya, siang itu si Odong-odong ditarik lok CC 203 01 milik Depo Yogyakarta. Sedang lok CC 201 warna merah yang biasa menemani, justru digunakan menarik KA Eksekutif Taksaka. Yang lagi nganggur ini, makanya dipakai. Sedang lok yang biasanya untuk narik Taksaka, terang Rijadi, asisten masinis KA Odong-odong lepas stasiun Cikampek, Haah?
Bengkel Perucatan Loko Uap
Lepas stasiun Cikampek, udara panas kian mengitari kami berdua. Sesekali kami mengusapkan ribuan tisu untuk menghilangkan keringat yang mengucur. Tak ayal, kumpulan tisu memenuhi ¾ dari tas kami. Kami pun terus mengorek cerita dari masinis dan asistennya.
Menurut Rijadi, keberadaan loko uap sudah tidak tercium sejak dua-tiga tahun lalu. Kalaupun ada hanya deponya saja yang tertinggal, yaitu di Purwakarta dan Kerawang. Depo Purwakarta yang menjadi basis loko uap fungsinya sudah beralih menjadi lapangan tenis dan bulu tangkis. Sedang Depo Kerawang sekitar tahun 2003-2005 pernah sebagai tempat mangkrak loko uap.
Dari stasiun Kerawang, kami berjalan menuju bekas depo Kerawang, tempat dimana dua loko uap pernah dilihat Deny. Depo ini terletak sekitar 500 meter ke arah timur stasiun Kerawang. Meski keberadaan depo sudah terhalang rumah-rumah penduduk, sangat mudah mencarinya. Masyarakat sekitar akan menunjukkan arah depo tersebut.
Bangunan seluas 40 x 20 meter ini terdiri dari 6 pintu utama dengan 4 buah jendela besar. Ada 3 bekas landasar sepur ukuran 750 mm, dan 3 gudang penyimpanan. Selain itu terdapat 2 sepur ukuran 1.067 mm diluar depo. Sayang kondisi depo sangan parah. Pengeroposan tembok dimana-mana dan beberapa bagian atap telah hilang. Tak dijumpai secuil relpun disini. Apalagi loko!.
Layaknya depo KA era kolonial, tepat di samping depo sekitar 10 meter terdapat tower air. Tak jauh dari sini dan masih satu komplek ada kantor PUK yang masih utuh dan telah beralih fungsi sebagai mushola dan tempat tinggal pegawai PT. KA. Sedang depo menjadi area bermain bola anak-anak sekitar. Menurut Bagus (10), salah satu anak-anak yang sedang bermain, dirinya melihat ada loko hitam dua-tiga tahun lalu. Ia dan teman-temanya juga melihat loko hitam tersebut dipotong-potong. Orang-orang saling berebut teh, terus di jual ke tukang besi, katanya ringan.
Loko Presiden Soekarno
Pak Hari, salah satu warga menyatakan saat terjadi pemotongan (perucatan) seluruh lok, ada orang luar negeri yang turut menyaksikan. Dulu ada 5 lokomotif yang biasa berbaris di depo ini. Tiga lok kecil di dalam dan 2 lok besar di luar. Saat motong-motong juga ada orang Perancis selain orang-orang dari PJKA (PT. KA).
Hari juga melihat, orang-orang bule tersebut mengabadikan dalam sebuah kamera. Pria yang pamannya adalah masinis lok uap depo Kerawang ini, menyebutkan jenis-jenis lok uap yang di rucat yaitu TC, TD, D2, D3, dan C. Uniknya khusus lokomotif uap seri TC, masyarakat biasa menyebutnya si Cemet yang berarti loko kecil ukuran menengah.
Si Cemet ternyata tidak sendiri. Ada loko besar yang diduga loko penarik KLB Presiden Soekarno C 2849, juga dirucat di depo ini. “Lok besar, peninggalan Bung Karno juga dipotong disini. Rencananya mau dipindah ke Taman Mini tapi karena rodanya sudah hancur jadi dipotong juga, jelas Ndung, warga lainnya.
Hingga MKA meninggalkan tawa ceria anak-anak masih menghias di bekas depo tua lok uap itu. Meski bangkai lok-lok uap tak berhasil ditemukan setidaknya sepenggal sejarah raibnya loko uap KLB Presiden Soekarno, sedikit terkuak. Penelusuran MKA belum berakhir, kami segera bertandang ke salah satu masinis loko uap yang berumur 80 tahun dengan 9 anak, 24 cucu da 5 cicit."
Bagus nggak toeh cerita?? :gembira:
Met Nikmati
:esmile: :esmile:
"MKA
Jawa Barat
31 Juni 2007
Penulis: Dian Pujayanti
Sekitar dua tahun lalu, saya melihat ada sebuah bangunan mirip bengkel kereta di lintas Kerawang-Cikampek. Di dalamnya tampak dua buah loko uap hitam, yang satu ada kupingnya. Bisakan Majalah KA menelusuri loko-loko itu? Apakah masih ada?
Berbekal email Deny Nurdin yang terus memberi informasi seputar temuannya tersebut, MKA berangkat bersama Odong-odong untuk menelusuri jejak si hitam legam di Karawang. Odong-odong merupakan sebutan KA penumpang jurusan Pasar Senen-Purwakarta. Disebut odong-odong, menurut penuturan pengasong Stasiun Senen, Selain kondisinya yang buruk KA ini selalu mengalah terhadap kereta lain.
KA Odong-odong terdiri dari 2 kelas. Ekonomi dan bisnis masing-masing berjalan satu kali. Tiket KA Odong-odong cuman Rp 2500,- untuk kelas ekonomi, dan Rp 5000 kelas bisnis. KA ini bebas menurunkan dan menaikkan penumpang di setiap stasiun sepanjang linta Pasar Senen-Purwakarta. Uniknya, siang itu si Odong-odong ditarik lok CC 203 01 milik Depo Yogyakarta. Sedang lok CC 201 warna merah yang biasa menemani, justru digunakan menarik KA Eksekutif Taksaka. Yang lagi nganggur ini, makanya dipakai. Sedang lok yang biasanya untuk narik Taksaka, terang Rijadi, asisten masinis KA Odong-odong lepas stasiun Cikampek, Haah?
Bengkel Perucatan Loko Uap
Lepas stasiun Cikampek, udara panas kian mengitari kami berdua. Sesekali kami mengusapkan ribuan tisu untuk menghilangkan keringat yang mengucur. Tak ayal, kumpulan tisu memenuhi ¾ dari tas kami. Kami pun terus mengorek cerita dari masinis dan asistennya.
Menurut Rijadi, keberadaan loko uap sudah tidak tercium sejak dua-tiga tahun lalu. Kalaupun ada hanya deponya saja yang tertinggal, yaitu di Purwakarta dan Kerawang. Depo Purwakarta yang menjadi basis loko uap fungsinya sudah beralih menjadi lapangan tenis dan bulu tangkis. Sedang Depo Kerawang sekitar tahun 2003-2005 pernah sebagai tempat mangkrak loko uap.
Dari stasiun Kerawang, kami berjalan menuju bekas depo Kerawang, tempat dimana dua loko uap pernah dilihat Deny. Depo ini terletak sekitar 500 meter ke arah timur stasiun Kerawang. Meski keberadaan depo sudah terhalang rumah-rumah penduduk, sangat mudah mencarinya. Masyarakat sekitar akan menunjukkan arah depo tersebut.
Bangunan seluas 40 x 20 meter ini terdiri dari 6 pintu utama dengan 4 buah jendela besar. Ada 3 bekas landasar sepur ukuran 750 mm, dan 3 gudang penyimpanan. Selain itu terdapat 2 sepur ukuran 1.067 mm diluar depo. Sayang kondisi depo sangan parah. Pengeroposan tembok dimana-mana dan beberapa bagian atap telah hilang. Tak dijumpai secuil relpun disini. Apalagi loko!.
Layaknya depo KA era kolonial, tepat di samping depo sekitar 10 meter terdapat tower air. Tak jauh dari sini dan masih satu komplek ada kantor PUK yang masih utuh dan telah beralih fungsi sebagai mushola dan tempat tinggal pegawai PT. KA. Sedang depo menjadi area bermain bola anak-anak sekitar. Menurut Bagus (10), salah satu anak-anak yang sedang bermain, dirinya melihat ada loko hitam dua-tiga tahun lalu. Ia dan teman-temanya juga melihat loko hitam tersebut dipotong-potong. Orang-orang saling berebut teh, terus di jual ke tukang besi, katanya ringan.
Loko Presiden Soekarno
Pak Hari, salah satu warga menyatakan saat terjadi pemotongan (perucatan) seluruh lok, ada orang luar negeri yang turut menyaksikan. Dulu ada 5 lokomotif yang biasa berbaris di depo ini. Tiga lok kecil di dalam dan 2 lok besar di luar. Saat motong-motong juga ada orang Perancis selain orang-orang dari PJKA (PT. KA).
Hari juga melihat, orang-orang bule tersebut mengabadikan dalam sebuah kamera. Pria yang pamannya adalah masinis lok uap depo Kerawang ini, menyebutkan jenis-jenis lok uap yang di rucat yaitu TC, TD, D2, D3, dan C. Uniknya khusus lokomotif uap seri TC, masyarakat biasa menyebutnya si Cemet yang berarti loko kecil ukuran menengah.
Si Cemet ternyata tidak sendiri. Ada loko besar yang diduga loko penarik KLB Presiden Soekarno C 2849, juga dirucat di depo ini. “Lok besar, peninggalan Bung Karno juga dipotong disini. Rencananya mau dipindah ke Taman Mini tapi karena rodanya sudah hancur jadi dipotong juga, jelas Ndung, warga lainnya.
Hingga MKA meninggalkan tawa ceria anak-anak masih menghias di bekas depo tua lok uap itu. Meski bangkai lok-lok uap tak berhasil ditemukan setidaknya sepenggal sejarah raibnya loko uap KLB Presiden Soekarno, sedikit terkuak. Penelusuran MKA belum berakhir, kami segera bertandang ke salah satu masinis loko uap yang berumur 80 tahun dengan 9 anak, 24 cucu da 5 cicit."
Bagus nggak toeh cerita?? :gembira:
JAYALAH KERETA APIKU